Share

Bab 2. BIDADARI PENYIHIR

"Ikuti saja perintahku."

Kembali Bastian merengkuh tubuh lembut itu dan melumat bibir ranum yang kini dia tahu menjanjikan kenikmatan.

Kembali hasratnya naik dengan kecepatan yang menakjubkan.

Kali ini Bastian mencium dengan segala keahlian yang dimilikinya hingga mereka berdua lupa daratan.

Bastian baru melepaskan pagutannya saat rintihan lirih terdengar samar di telinganya.

"Sorry," gumam Bastian.

Mereka berdua saling memandang lalu Bastian melihat wanita itu akan beranjak meninggalkannya, reflek Bastian menahan tubuhnya.

"Jangan terburu-buru, siapa tahu mereka masih di sekitar sini."

Wanita itu hanya mengangguk, lalu menundukkan kepalanya.

Bastian melihat wanita itu sama sekali tidak tertarik untuk berbicara dengannya.

AMAZING!!

Sepanjang umur dewasanya lawan jenis berlomba-lomba menarik perhatiannya.

Baru malam ini dia bertemu wanita yang ingin segera meninggalkannya.

Wanita berbibir ranum yang telah menyihirnya.

"Tunggu di sini aku akan memeriksa mereka."

Wanita itu kembali mengangguk.

Bastian meninggalkan wanita itu, dia sengaja sedikit menjauh untuk meredakan hasrat yang menggebu yang membuatnya takjub!

Bidadari PENYIHIR.

Baru kali ini Bastian ingin bercinta di lima menit pertemuan pertama, luar biasa!

Setelah merasa bisa mengendalikan dirinya, Bastian langsung kembali ke ruang perlengkapan.

"Ikuti aku sebelum mereka kembali ke sini."

"Kita akan ke mana?"

"Kita naik lift, ikuti saja aku."

"No! Mereka pasti mengirim anak buah untuk berjaga di setiap lantai."

"Kita naik private lift!"

Begitu sampai di Penthouse-nya Bastian langsung menuju meja bar dan mengambil minuman buat si wanita.

"Minumlah, itu bisa meredakan keteganganmu dan membuatmu lebih rileks."

"Aku tidak biasa minum, hasilnya akan lebih merepotkanmu."

Bastian mengangguk samar, lalu memberikan kemejanya.

"Ganti bajumu, minimal kemejaku akan seperti gaun di tubuhmu."

"A-aku akan ganti baju dulu," wanita itu gugup menjawab lalu pergi meninggalkan Bastian.

Bastian menandaskan minumannya dalam satu tegukan, ternyata bukan hanya wanita itu yang gugup, dia pun gugup.

Tak lama Bastian mendengar ada gerakan samar di belakangnya, jadi dia berbalik dan tarraaaa......

'shitttt, aku sedang berusaha meredakan gairahku akan tetapi aku malah menyuruhnya memakai kemejaku, dan lihatlah hasilnya! Efeknya melihat tubuh seksi yang dibalut kemejaku seakan kami baru saja bercinta habis-habisan, sepertinya masih lebih baik biarkan dia dalam pakaiannya yang terkoyak, tapi kilasan dada ranum itu pun tadi berhasil menaikkan tekanan darahku dengan cepat kan,' suara hatinya berdebat dengan sisi dirinya yang gelap.

Bastian berusaha melegakan tenggorokannya yang mendadak serak.

"Duduklah, aku akan membuat kopi untuk kita, btw kamu pasti belum makan?"

Wanita itu menggeleng.

"Oke aku akan memesan sesuatu_"

"Tidak usah, aku bisa memasak buat kita berdua, aku cek isi kulkasmu dulu."

Bastian melihat si wanita mengeluarkan berbagai bahan dari lemari es.

"Kalau begitu aku mandi sebentar."

Bastian pun pergi dari dapur.

Lima belas menit kemudian Bastian keluar dari kamar dengan rambut basah dan langsung disergap harum masakan lezat.

Melihat hidangan di meja makan sudah tersedia Bastian langsung mencicipi dan memang rasanya sangat nikmat sama seperti tampilannya.

"Lezat," gumam Bastian.

Wanita itu tersenyum, senyum pertamanya.

Bastian terpana....

Bastian merasa ada yang menohok perutnya dengan keras, tangannya yang masih memegang sendok terdiam di udara, seakan ada sihir yang menyelubungi dirinya.

Senyum itu begitu lembut memukau.

'ini pasti sihir! Tidak pernah ada wanita yang pesonanya sampai melumpuhkan otakku.'

Kembali Bastian menganalisa dalam hati.

"Thank you, aku masak sebisanya dengan apa yang ada," wanita itu berusaha merendah dengan tersipu.

Wanita yang tidak terlatih menerima pujian.

'Hmm...sangat menarik,' batin Bastian.

Mereka makan dengan lahap, Bastian menghabiskan semua makanan.

"Boleh aku meminjam teleponmu?"

"Pakailah, aku yang akan membersihkan semua."

"Tidak usah, kau sudah banyak menolongku, jadi biarkan aku yang membereskan semuanya."

"Jangan membantah, kau sudah memasak, duduklah, pakai telepon itu."

"Kau punya masker? Aku merasa akan flu."

Bastian mengambil masker dan memberikannya kepada wanita itu lalu ke dapur dengan suasana hati sungguh riang...

Tak berapa lama Wanita itu mengikuti Bastian ke dapur.

"Aku ingin minta tolong sekali lagi."

Bastian mengangguk dan berharap semoga apa yang wanita ini ucapkan tidak membuatnya jadi sama dengan wanita kebanyakan yang Bastian kenal, karena sampai sejauh ini dia berhasil memikat Bastian karena dia BEDA.

"Ponsel dan dompetku hilang, aku hanya bisa mengingat nomor sahabatku, dan ponselnya mati, jadi bolehkah aku tidur di sofa hingga besok pagi pagi sekali baru aku akan pergi?"

Mendengar permintaan yang dilontarkan dengan ragu-ragu itu seketika Bastian merasa ada yang menari-nari di perutnya.

Sebenarnya dia bisa menyuruh sopirnya mengantarkan si wanita kemanapun dia ingin pergi, tapi masalahnya Bastian tidak ingin wanita itu pergi.

"Tinggallah," Jawab Bastian sambil menjaga ekspresinya tetap datar walau sebenarnya dia ingin tersenyum lebar.

"Thank you."

Kembali Bastian ternganga melihat senyum lembut itu.

Sepeninggal wanita itu, Bastian segera membereskan piring-piring kotor sambil mengejek diri sendiri yang bereaksi seperti remaja belasan tahun yang baru terpikat pada lawan jenis.

Samar, Bastian mendengar percakapan...atau pertengkaran? Segera Bastian kembali ke ruang duduk dan Bastian terkejut mendapati Miranda, istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan, sedang mendamprat si wanita yang berdiri kebingungan.

"Ternyata kamu penyebab dia berpaling dariku..JALANG!"

"Stop!" Teriak Bastian.

PLAKK!

Terlambat, teriakan Bastian tidak bisa menghentikan tamparan yang mendarat dengan keras di pipi si wanita.

"Kamu pakai masker biar aku tidak bisa mengenalimu? Hah?"

Miranda kembali akan menampar wajah si wanita ketika Bastian tiba dan berdiri di tengah mereka berdua.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Bastian yang khawatir melihat wajah si wanita sepucat kapas.

Miranda nampak makin murka mengetahui miliarder tampan yang masih berstatus suaminya itu malah perhatian dan membela wanita lain.

"Sudah berapa lama kalian berselingkuh di belakangku? Pantas kalian sudah tinggal bersama, wanita tak punya malu," teriak Miranda.

"Tutup mulutmu Miranda, kau dan belasan pria mudamu yang membuatku jijik, tidak usah cari kambing hitam!" Bentakan Bastian seketika membuat Miranda bungkam.

Bastian langsung menarik Miranda masuk ke ruang kerjanya.

Dalam hati Bastian mengutuk dirinya yang lupa mengganti kunci hingga Miranda bisa masuk seenaknya.

Bastian mencela Miranda yang langsung bermain drama, meminta maaf, menangis dan memohon Bastian agar membatalkan perceraian mereka.

"Aku akan memaafkan apa yang aku lihat malam ini," celetuknya di antara tangis pura-pura.

"Memangnya apa yang kau lihat?"

Makin muak Bastian melihat sikap Miranda.

Dia heran kenapa dia dulu sampai memutuskan memperistri Miranda, kenapa dia tidak bisa melihat semua kepalsuan Miranda.

"Dia tinggal bersamamu, dia memakai kemejamu, kau menyangkalnya?"

"No! Aku senang dia ada di sini, aku senang dia memasak di dapurku, aku senang dia memakai kemejaku, aku senang dia akan menginap bersamaku, aku MEMANG SENANG dan itu tidak ada hubungannya denganmu, hubungan kita sudah berakhir saat kamu tidak menghormati janji pernikahan kita, jadi jangan buat tuntutan yang tidak masuk akal agar perceraian kita segera beres, sekarang keluar dari rumahku!"

Bastian keluar dari ruang kerjanya lebih dahulu dari Miranda, dia akan melindungi wanita itu dari dampratan susulan yang mungkin akan Miranda lancarkan.

Sampai di ruang duduk Bastian terpaku.

Apa yang dilihatnya membuatnya gusar!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status