Keheningan itu dipecahkan oleh helaan nafas Almira.
Bastian menatap raut wajah jelita di hadapannya yang hari ini memakai setelan jas abu-abu tua dikombinasikan blues warna peach yang bagi Bastian sangat cocok dengan kelembutan hatinya."Mari silahkan duduk," ujar Almira sambil menunjuk kursi dihadapannya, dia rikuh harus bagaimana menanggapi pernyataan miliarder tampan di hadapannya.Bastian pun duduk dengan tenang tanpa melepaskan pandangan matanya."Mau minum apa Mr Navarell? Kopi? Teh?" Tanya Almira dengan tangan di atas telepon siap memanggil sekretarisnya."Yang bikin siapa? Kalau sekretaris gak usah, di kantor juga bisa!" jawab Bastian agak ketus mendengar panggilan Almira yang kembali menyebutnya Mr Navarell."Lagi merajuk?" Almira berkata sambil menatap wajah tampan yang mulai menghiasi mimpinya, walau ia sudah berusaha menepisnya mimpi itu tetap datang dengan pemeran utama yang sama."No! Merayu tepatnya!" Dan Bastian pun disuguhkan pemandanganSetelah menghabiskan waktu hampir 1,5 jam, Bastian pun kembali ke kantor, dalam perjalanan dia harus menahan diri agar tidak senyum-senyum sendiri, dia heran untuk yang pertama kalinya dia bisa bertahan 1,5 jam di pertokoan.Biasanya boro-boro belanja sendiri, nunggu orang belanja aja dia sangat malas.Kemudian Bastian meninggalkan barang-barang yang dibelinya di mobil, masuk ke ruangannya dan melihat jam, menghitung mundur sisa waktu hingga dia berjumpa dengan Almira.Tiba-tiba pintu terbuka dan Samuel menerjang masuk kemudian duduk di kursi di hadapan Bastian."Pernah dengar yang namanya ketuk pintu dahulu?" Tanya Bastian sambil menatap sahabatnya."Sorry." Samuel berkata sambil mengangkat wajahnya memandang Big Bos yang beberapa minggu ini luar biasa tidak sabaran, pasti saat ini wajahnya di tekuk.Tapi seketika Samuel terdiam, karena ternyata yang terpampang di hadapannya adalah wajah yang sedang berusaha menahan senyum, dan nyaris gagal menyembunyikan
Bastian tidak sabar menunggu waktu berjalan, hingga akhirnya jam 5 sore pun tiba. Bastian berjalan keluar kantor sambil menelpon Almira."Hallo.""Ra, sudah di rumah?""Sudah, barusan.""Ok, aku meluncur.""Iya, hati-hati di jalan.""See you, bye."Kemudian Bastian meluncur, selama dalam perjalanan Bastian merasa sangat senang, seakan adrenalinnya sedang melompat-lompat.Setengah jam kemudian sampailah Bastian di depan rumah Almira, terlihat seorang pria, tanpa bertanya membukakan pintu pagar.'mungkin Almira sudah memberitahu kedatanganku, tapi harusnya jangan langsung dibuka tanpa memastikan, bukan?' batin Bastian.Melalui kaca mobil Bastian dapat melihat Binta dan Saras yang mengintip penuh rasa ingin tahu dengan mimik sangat lucu.Kemudian Bastian turun dari mobil, seketika Binta membuka pintu dan berlari mendapatkan Bastian."Daddy Binta datang....Daddy Binta datang....ye ye ye, ndong.. ndong." Binta merentangkan tan
"Oke, sekarang Mommy mau bantu mbak Ning dulu, Binta dan Saras main dulu ya." Kemudian Almira berjalan mendekati Bastian, dengan suara pelan seraya mendekatkan wajahnya, Almira menengadah dan berkata,"sorry."Bastian harus berusaha keras bertahan ditempatnya berdiri saat hatinya ingin merengkuh Almira yang sudah berada sangat dekat dengannya.Kemudian Bastian membelai wajah Almira dengan buku tangan kanannya,"Aku tidak keberatan mereka memanggilku daddy," tanpa harus berbisik suara Bastian terdengar serak dan sangat pelan."Jangan memberi anak-anakku harapan palsu, mereka sudah cukup menderita selama ini."Kemudian Almira meninggalkan Bastian yang seketika berjalan mengejar Almira sampai ke ruang tengah. Setelah cukup jauh dari anak-anak, Bastian menangkap tangan Almira dan membalikkan badannya, kini mereka berhadapan."Apa maksudmu harapan palsu? Aku sudah cukup lama mengejarmu, makin aku mendekat kau yang makin menjauh, Ra! Makin aku mengejar kau
Sambil makan malam, Binta dan Saras berkicau dalam bahasa mereka, tidak menyadari om daddy dan mommy mereka yang berkali-kali saling pandang, kemudian Bastian ingat belum menurunkan hadiah yang dia beli."Siapa yang mau hadiah?""Hoyeeeeee .... Binta mau, Adek mau, Mommy mau, yeeeeee....""Kalau mau, harus makan sampai habis dulu, baru Om Daddy ambil hadiahnya."Mereka berdua tidak lagi berceloteh, tapi sekarang duduk manis dan berusaha cepat-cepat menghabiskan makanan mereka.Setelah habis, Bastian menyuruh sopirnya untuk membawa masuk hadiah-hadiah yang tadi siang dibelinya.Begitu sopir Bastian datang dengan membawa boneka super besar, kedua bidadari kecil itu melompat-lompat kegirangan.Almira sangat bersyukur melihat anak-anaknya senang, bukan karena hadiahnya walau dia tahu itu mahal, tapi lebih karena perhatian yang Bastian berikan buat mereka.Setelah makan malam, mereka pindah ke kamar anak-anak.Awalnya Bastian menolak untuk ikut mer
Almira mungkin yang pertama mengerang tapi sebentar lagi kedudukan akan menjadi seri, dengan malu-malu Almira menjentikkan lidahnya yang langsung disambar oleh Bastian, hingga mereka berada dalam keadaan sangat panas."Ra... pertahananku sudah hampir habis, katakan stop maka aku akan berhenti, atau kita akan bersama malam ini, katakan pilihanmu Ra, cepat!!" Bastian berkata dengan napas masih memburu, hanya dalamnya rasa cintanya membuat dia masih mampu menahan hasratnya, dia tidak ingin merusak kemajuan yang sudah diperolehnya.Almira melingkarkan kedua lengannya di leher Bastian dan berkata,"stop!""Ohh...Ra, kau membunuhku! Kau rasakan itu? Adik paling kecil sudah bangun dan minta perhatian, Ra!"Bagaimana mungkin Almira tidak merasakan kalau mereka berpelukan begitu erat?Bastian mendekap kepala Almira dan membaringkannya di dadanya."Aku harus pulang sekarang, kalau tidak kita berdua harus tanggung akibatnya." Kata Bastian enggan."Terima kasih perh
"Aku lihat sendiri, dengan mata kepalaku sendiri, dia itu sendirian belanja hadiah boneka barbie besar banget, trus arrrgghh, benci aku membayangkan bisa ada yang mempengaruhinya sebesar itu, sampai melakukan semuanya sendiri, uuhhhhh!" Miranda terlihat sangat marah saat bercerita kepada dua orang temannya."Sabar, ngomongnya jangan bikin kita bingung dong, kamu sendiri .. dia sendiri..mata sendiri.. santai dikit, biar gak darah tinggi lu." Juliana berusaha mendinginkan temannya yang memang sangat temperamental."Itu masih belum apa-apa, setelah membeli boneka itu dia naik ke lantai 8, lantai gue guys, terus dia masuk ke butik langganan gue, dan borong gaun, minta dikemas yang cantik, ihhhh benci benci benciiiiii gue ching!!" Kali ini Miranda berteriak sungguhan hingga menarik perhatian pengunjung cafe yang lain."Trus kamu gak nanya sama pegawai butik langgananmu itu? Dikirim ke mana semua pakaian yang dia beli?" giliran Victo yang mulai pingin tahu, dalam hati sudah
Siang ini Bastian sedang mengadakan video conference dengan beberapa kolega bisnisnya, dia berusaha berkonsentrasi tetapi tetap saja bayangan Almira yang dikunjungi si Jack, lalu Almira yang menolak ajakan Bastian untuk makan siang, susah untuk ditepis.Bastian merasa Almira mencari-cari alasan yang ada rapat, yang menghindari keramaian, padahal kalau memang mau makan bersama kan bisa dicari solusinya(?)Akan tetapi Bastian tidak mendesak Almira karena dia berusaha menghormati keputusan Almira agar mereka berdua menjauhi keramaian sampai perceraian Bastian beres.Akan tetapi siang ini Bastian merasa gamang, karena dia tidak tahu pasti sejauh apa Jack tadi memaksa Almira.Coba kalau Almira menerima ajakannya makan siang, pasti dia sudah dapat informasi yang diinginkannya. Bastian kembali berusaha memusatkan perhatian pada video conference dengan kliennya, akhirnya walaupun tidak berkonsentrasi tapi Bastian berhasil menutup kesepakatan yang lumayan menguntun
Bastian berpikir kenapa Almira repot-repot memasak makanan kesukaannya? Sebagai ucapan terimakasih?Bastian tidak ingin ucapan terima kasih! Bastian ingin Almira membalas perasaannya, kalau Almira punya setengah saja dari perasaan Bastian padanya, pasti Almira tidak akan menolak ajakan makan siangnya tadi."Kok jadi muram malahan?" tanya Samuel sambil makan dengan lahap."Sebentar, aku telepon dulu." Kemudian Samuel mengeluarkan ponsel terbarunya dan mulai menekan tombol lalu menempelkan ponselnya di telinga."Hallo selamat siang, bisa dengan Ibu Almira?""....""Ehm, sebenarnya ini penting, kalau tidak lama, saya tunggu aja.""Udah nggak usah nge-prank aku, nggak usah pura-pura telepon, makan lagi sono..habisin!" Sergah Bastian."Ini beneran Ibu Almira? Bu Almira mau nanya aja kenapa Bos saya hari ini muram?" lanjut Samuel dengan nada seperti paparasi.Bastian yang mengira dikerjain, menjawab perlahan,"gimana nggak muram, kalau kamu jadi