Share

Bab 7. KONSPIRASI SEMESTA

Setelah berganti baju memakai gaun yang ringan karena sore ini cukup panas, Almira keluar dan mendapati dua bidadari kecilnya sedang duduk manis di sofa.

"Pinter banget anak Mommy duduk manis begini.” Melihat kedua anaknya tak sabar untuk berangkat, Almira pun segera meraih keduanya dalam gendongan. “Ayo Pak Suryo kita berangkat.”

Kemudian mereka bertiga naik ke mobil yang dikemudikan oleh Pak Suryo menuju ke Plaza Senayan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Almira.

Mereka tidak sadar ada sepasang mobil yang mengikuti mereka dalam jarak yang cukup... hingga tidak akan menarik perhatian.

Sesampai di Plaza Senayan mereka bertiga turun, sementara Pak Suryo akan menunggu sampai sang Nyonya muda mengirim pesan padanya untuk dijemput di lobi.

Bintari dan Saraswati begitu senang hingga mereka berjalan sambil melompat-lompat kegirangan.

Ternyata, begitu sederhana membahagiakan mereka, dan terlihat sekali kalau mereka jarang bermain di luar rumah. Seketika Almira merasa sangat bersalah.

'Mulai saat ini, aku akan berjuang untuk membahagiakan mereka.' Almira menegur diri sendiri.

Agenda mereka kali ini adalah bermain di playground. Dua anaknya begitu aktif lari ke sana-sini seolah tidak kenal lelah. Hingga pada suatu ketika, saat Almira sedang memegang Saras yang berjalan di atas jembatan, tiba-tiba terdengar tangis Binta. Almira berpaling dan melihat Binta. Anaknya itu tengah menaiki sebuah mobil mainan, tetapi terlihat menabrak sepeda anak lainnya.

"Sayang kenapa? Ada yang sakit?” Almira menghampiri Binta. Namun, tangisan bocah itu bukannya berhenti malah semakin keras.

Almira makin cemas dan... heran! Tidak biasanya Binta menangis dan sulit untuk didiamkan.

Namun, ketika melihat arah pandangan Binta, juga permintaan bocah itu yang terputus-putus, Almira diliputi perasaan yang serba salah.

"B-Binta mau beli Daddy,” kata bocah itu berulang kali.

Almira berjongkok di depan Binta masih sambil mengendong Saras. "Mommy gendong aja ya, Sayang?"

Binta menggeleng masih sambil menangis. Rayuan Almira kali ini tidak berefek apa pun untuk bocah satu itu.

"Binta mau da-ddy, Mommy! Sepelti anak i-tu," sambil sesunggukan Binta berusaha berbicara dengan lidah cadelnya.

Mendengar tangisan anaknya membuat hati Almira seperti tersayat, apalagi Saras yang melihat kakaknya menangis mulai ikut menangis.

"Iya, Sayang. Mommy janji nanti Mommy cari ya, yuk sekarang Mommy gendong."

Namun, Binta tetap menolak dan masih terus meraung.

'Jadi aku harus gimana?' Batin Almira.

Di saat dia mulai kebingungan, tiba-tiba Almira merasa ada orang di sebelahnya.

"Binta mau digendong?"

Almira terkejut dan seketika melihat siapa yang bertanya pada Binta.

"Mr Bastian Navarell?"

Binta seketika berhenti menangis dan memandang pria di hadapannya, kemudian si pria tampan kembali bertanya untuk ke dua kalinya, "Binta mau digendong?"

Binta langsung berdiri tapi memandang Almira dengan wajah yang masih basah dengan air mata seakan ingin meminta persetujuan.

Setitik air mata Almira jatuh bergulir di pipinya, kemudian tanpa sadar Almira mengangguk dan seketika Binta melompat ke pelukan Bastian.

"Masih mau bermain?" Bastian bertanya kepada Almira dan Almira menggeleng.

"Binta masih mau main?" kini Bastian bertanya kepada Binta, terlihat Binta menggeleng kemudian membenamkan wajahnya di leher Bastian.

Almira merasa dadanya sesak karena melihat Binta yang begitu erat memeluk leher Bastian. Tanpa sengaja, dua orang dewasa itu bertatapan. Tidak lama, kemudian Bastian mengajak mereka keluar dari area playground.

"Kamu udah makan?" Bastian bertanya pada Almira.

Ragu-ragu Almira menggeleng.

"Kita makan ya?"

Kembali Almira menggeleng sambil melihat Binta yang sepertinya mulai mengantuk, mungkin capek bermain dan menangis.

"Kamu harus makan, ayo!"

"Kami pulang saja, mumpung Binta sedang tertidur. Nanti kalau bangun susah lepasin pelukannya."

"Aku bisa antar kalian pulang, tidak masalah, yang penting kamu makan dulu. Mommynya harus sehat biar bisa jaga anak-anak kan?" ujar Bastian setengah bercanda, ingin terlihat santai padahal dia sedang tegang setengah mati.

Bastian awalnya hanya ingin melihat Almira dari jauh, dia masih bingung dengan perasaan asing yang melandanya. Akan tetapi melihat kejadian tadi, Bastian tak lagi bisa menahan hatinya. Meski hatinya berkata untuk tetap melihat dari jauh, nyatanya langkah pria itu justru mendekat menghampiri Almira dan anak-anaknya.

Mereka berdua sudah seperti potret keluarga bahagia. Dengan dua anak yang masing-masing tidur di pelukan mereka, keduanya makan dengan tenang.

"Terima kasih sudah memaksaku untuk makan," ujar Almira dengan wajah malu usai menghabiskan porsi makannya.

Nampak Bastian terpana lalu tersenyum. "Sebenarnya karena aku juga kelaparan."

Sepertinya Bastian sengaja memberi alasan yang bisa meringankan rasa malu Almira.

"Maaf merepotkan ," lanjut Almira.

"Tidak repot sama sekali," jawab Bastian yang jelas terlihat sangat senang bertemu dengan Almira dan kedua anaknya.

"Sebenarnya tadi mau ke mana?" lanjut Almira bertanya kepada Bastian sambil bangkit berdiri.

"Aku tadi hanya iseng mampir, mau lihat-lihat aja," jawab Bastian berusaha tenang.

"Thank you," ucap Almira sekali lagi dengan mata berkaca-kaca.

Bastian yang sangat bingung kalau berkaitan dengan air mata awalnya hanya diam saja kemudian reflek dia maju dan merangkul Almira yang masih menggendong anaknya.

Setelah tenang, kemudian Almira melepaskan diri dari pelukan Bastian dan menengadah menatap wajah tampan yang hari ini jadi penolongnya.

"Sekali lagi, terima kasih. Tapi sepertinya, sepertinya mulai jadi kebiasaan.”

Bastian hanya termenung, kemudian menggandeng tangan Almira dan berkata, "Jangan dipikirkan, ayo kita pulang."

**

Sesaat kemudian mereka sudah berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar dengan banyak tanaman dan satu pohon besar di tengah taman.

Sebelum mobil masuk garasi mereka semua turun, Saras dalam gendongan Almira dan Binta dalam gendongan Bastian.

Bastian berjalan di belakang Almira. Dalam gaun ringan yang begitu pas di tubuh, Almira semakin terlihat menggoda. Masih jelas dalam ingatan Bastian tubuh indah Almira dalam pakaian terkoyak, lalu bayangan indah dibalik kemejanya.

‘Sial!’ Bastian berusaha mengalihkan pikirannya dengan memandang ruangan demi ruangan yang mereka lewati.

Keduanya sampai di sebuah kamar dengan dominasi warna cat kuning pucat. Di sanalah kemudian mereka menidurkan Binta dan Saras. Awalnya Binta seperti akan terbangun tapi dengan lembut Almira menepuk-nepuk punggungnya hingga Binta kembali terlelap. Kemudian Almira menutup pintu kamar anak-anak lalu mereka berjalan ke ruang tamu.

Sepanjang perjalanan Bastian berpikir kira-kira apa yang akan dikatakan oleh Almira. Setelah sampai di ruang tamu, Bastian menghentikan langkahnya dan menatap Almira.

"Aku pulang dulu," kata Bastian padahal dalam hati dia masih ingin berada bersama Almira.

"Ehm, Mr Navarell, biar diantar Pak Sur." Almira menawarkan.

"Tidak usah, driverku nunggu di depan!"

"Oh baiklah, sekali lagi terima kasih dan hati-hati di jalan."

Setengah perjalanan melintasi taman, tiba-tiba Bastian berbalik, berjalan kembali menuju Almira dan berhenti di hadapannya. "Apa aku boleh mampir lagi?" tanya Bastian pelan.

Lama Almira menatap wajah Bastian seakan sedang mengalami pertarungan batin.

"Sebaiknya... jangan," kata Almira lirih.

"Karena?" Kembali, Bastian bertanya kali ini sambil tidak melepaskan pandangannya pada Almira sedikitpun.

"Karena memang sebaiknya jangan." Almira menolak menjelaskan hal yang sudah jelas tersirat.

Semenarik apapun Bastian, sebesar apapun daya tarik di antara mereka, hubungan mereka TERLARANG.

Hanya dengan membayangkan, Almira bisa merasakan panasnya tamparan di pipinya. Almira tidak dibesarkan untuk menjadi orang ke-3 dalam sebuah hubungan.

"Kalau maksudmu yang terjadi kemarin, aku akan jelaskan.” Pria itu mengambil jeda sesaat. Pandangan matanya kemudian menatap penuh pada manik Almira dan berkata, “Dia sudah akan segera menjadi mantan istri."

Almira terbelalak dan tidak menyangka, mereka yang terlihat baik-baik saja ternyata sedang dalam proses perceraian.

Melihat Almira yang cukup terkejut, Bastian seakan mendapat angin segar. Pria itu pun kembali bertanya, "Jadi, gimana? Boleh aku mampir lagi ke sini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status