Share

Penyesalan Terdalam Suami Arogan
Penyesalan Terdalam Suami Arogan
Penulis: Ulie

Keputusan Devan

“Aku udah gak cinta lagi sama kamu, San.”

Suara Devan terdengar bagaikan sambaran petir di siang hari yang sangat terik bagi Sandra.

Sandra terkejut dengan ucapan suaminya sampai tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Rumah tangga yang dia pertahankan selama ini dengan baik, nasibnya sedang dipertaruhkan.

“Kamu ... kamu udah gak cinta lagi sama aku? Gak mungkin ... kamu pasti bohong. Kita baik-baik aja selama ini, Mas.” Sandra menuntut kejelasan.

Devan menoleh ke arah Sandra, “Aku gak bohong. Aku emang udah gak cinta lagi sama kamu. Kamu udah gagal, San! Kamu udah gagal bikin aku bener-bener jatuh cinta dan terikat sama kamu kayak apa yang kamu janjikan dulu,” bantah Devan.

“Apa ini karena dia?” tanya Sandra dengan suara pelan.

“Gak.”

“Gak! Kamu boong Mas, kamu boong sama aku. Sejak Irene balik ke sini dan kalian ada hubungan bisnis, sikap kamu berubah, Mas. Kamu berubah! Kamu udah makin cuek sama aku dan makin sibuk kerja. Kalo ini bukan kerena dia, lalu karena apa?!” tuntut Sandra.

“Jangan bawa-bawa Irene kataku!” Devan menaikkan suaranya.

“Bilang sama aku ... kalo bukan karena dia, lalu apa yang buat cinta kamu ilang, Mas. Bilang sama aku, siapa tau kita bisa perbaiki lagi,” bujuk Sandra berusaha mempertahankan rumah tangganya.

Tidak ada jawaban dari Devan. Pria itu memilih untuk berbalik badan dan melihat ke arah luar dari balik kaca yang ada di ruang kerjanya itu.

Sandra memilih untuk ikut diam. Dia berharap suaminya saat ini sedang berpikir ulang tentang keinginannya.

Sandra dan Devan memang menikah karena perjodohan. Ayah Sandra yang dulu bekerja di rumah keluarga Devan, telah menyumbangkan satu ginjalnya untuk papa Devan. Namun sayangnya ayah Sandra meninggal tidak lama setelah proses donor selesai.

Merasa bertanggung jawab, papa Devan memaksa Devan untuk menikahi Sandra. Apa lagi saat itu Devan sedang patah hati setelah ditinggal Irene pergi tanpa kabar. Devan terpaksa menerima pernikahan itu setelah mendapat ancaman dari papanya, kalau dia akan di coret dari daftar anggota keluarga.

Tok tok tok.

Terdengar suara pintu ruang kerja di ketuk dari luar. Sandra menyeka air matanya yang sedikit menetes dengan jari-jari cantiknya lalu menyuruh orang yang ada di luar untuk masuk.

“Maaf Bu, di depan ada .... Eeeh, aduuh.” Mbok Darmi hampir terjatuh saat ada seseorang mendorongnya ke samping secara tiba-tiba.

“Irene,” gumam Sandra saat melihat sosok dari balik punggung Mbok Darmi.

Devan berbalik, “Irene. Ngapain kamu ke sini?” tanya Devan yang juga kaget dengan kehadiran Irena di rumahnya.

“Sorry, Van. Tapi ini semua ....”

“Kamu ngapain ke sini? Ada perlu apa sampe harus masuk dengan paksa kayak gitu?” tanya Sandra ketus memotong ucapan Irene sambil menyuruh Mbok Darmi pergi.

“Kamu yang nyuruh dia ke sini, Mas. Dia udah hancurkan rumah tangga kita, sekarang apa lagi yang mau kamu hancurkan!” sungut Sandra sambil menatap penuh amarah pada suaminya.

“Sandra! Jaga ....”

“Van. Tahan emosi kamu,” sela Irene sambil melihat ke arah Devan.

Irene melihat ke arah Devan, “Udah, kamu diem dulu ya. Biar aku yang coba jelasin sama Sandra. Mungkin kalo sesama perempuan bakalan bisa lebih enak ngobrolnya,” pinta Irene.

“Tapi Ren, ....”

“Udah gak papa,” potong Irene sambil menganggukkan kepalanya.

Irene melihat ke arah Sandra yang kini sedang duduk sambil memangku bantal sofa. Dia melihat ada api amarah di dalam netra milik Sandra saat tertuju ke arahnya.

“San, aku minta maaf atas semua yang terjadi ... tapi itu emang bener-bener di luar kendali aku,” ucap Irene dengan suara yang lembut berusaha untuk tidak semakin memancing kemarahan Sandra.

Sandra mengangkat pandangan matanya, “Di luar kendali kamu? Kamu udah tahu kalau Mas Devan itu udah nikah kan pas kamu pertama kali datang ke rumah ini. Kamu bilang kan sama aku kalau kamu sudah bertunangan dan akan segera menikah. Tapi apa yang terjadi sekarang!” Sandra mencoba untuk mendapatkan penjelasan yang sebenarnya tidak berguna lagi.

Irene berusaha untuk lebih mendekat ke arah Sandra dengan langkah perlahan, “Iya San, aku tahu dan aku ingat semua apa yang aku bilang sama kamu waktu itu. Tapi itu setahun yang lalu dan aku juga nggak menghendaki hubunganku dengan calon suamiku itu berantakan. Terus aku cerita sama Devan dan dia jadi pendengar semua keluhan aku dan selalu menghibur aku. Oleh sebab itu aku jadi bergantung sama dia dan aku nyaman banget sama Devan,” ucap Irene tanpa rasa bersalah sedikit pun pada Sandra.

Sandra mencengkeram sudut bantal yang ada di pangkuannya itu erat-erat. Ucapan Irene terdengar sangat lembut namun benar-benar membuatnya makin marah.

Irene seolah tidak tahu kalau apa yang dia katakan tadi seperti sedang menyiram air garam di atas luka yang kini sedang terbuka lebar di hati Sandra. Ucapan Irene menambah rasa perih di hati Sandra yang kini hatinya sudah benar-benar hancur.

“Nyaman. Terus apa kamu mengabaikan keberadaan aku selama ini. Kalau kamu butuh teman curhat, kamu bisa cerita sama aku. Kenapa harus sama Devan,” berang Sandra yang tidak suka dengan pengakuan Irene yang teramat tenang itu.

“San, aku dan Devan udah kenal lama, bahkan jauh lebih lama daripada aku kenal ama kamu. Jadi wajar kalo aku lebih kenal karakter Devan dibanding kamu. Sebenarnya aku pengen cerita juga sama kamu, tapi aku udah terlanjur nyaman sama Devan dan setiap aku cerita sama dia, aku kembali tenang dan nggak butuh orang lain lagi.”

“Kamu harus ngerti posisi aku dan Irene. Kamu tau kalo aku pernah kecewa sama Irene, tapi kamu juga yang akhirnya mengizinkan aku untuk deket lagi sama Irene. Jadi kalau sekarang aku dan Irene udah deket lagi, kamu gak perlu cemburu berlebihan. Harusnya sejak awal kamu udah tahu resikonya,” seru Devan yang seperti membuat semua keadaan ini adalah salah Sandra.

Sandra melihat ke arah Devan. Dia ingin sekali mendapati sebuah kebohongan di mata Devan tentang apa yang baru saja dia lontarkan. Namun pria yang sudah dia nikahi selama 3 tahun itu lebih memilih untuk membuang mukanya dan menolak untuk beradu pandang dengan dirinya.

Sandra merasa sangat tertolak saat ini. Dia merasa suaminya sudah menentukan pilihan siapa yang dia inginkan untuk hidup di sampingnya. Kalaupun Sandra nekat bertahan, mungkin luka yang dia rasakan akan semakin dalam setiap hari.

“San, aku harap kamu ngerti tentang apa yang terjadi sama aku dan Devan. Perasaan ini tumbuh kembali seiring dengan kebersamaan kami. Ini di luar kendali kamu, San,” pinta Irene dengan suara yang terdengar penuh permohonan.

Sandra tidak memberikan reaksi apa pun atas permohonan Irene kepadanya. Dia lebih memilih untuk berpikir dengan tenang dulu agar dia tidak mengambil keputusan yang penuh dengan emosi.

“Di luar kendali. Gak mungkin, kenapa kamu tega sama aku, Mas! Kenapa!” pinta Sandra sampai dia meninggikan suaranya menuntut kejelasan dari suaminya.

“Kamu mau tau apa lagi. Semua apa yang dikatakan Irene itu benar. Kami terbawa suasana dan aku ....”

Devan menggantung kalimatnya. Dia tidak mampu meneruskan kalimatnya itu, ketika dia menatap wajah Sandra yang mulai tampak sangat kacau saat ini.

“Kami masih saling mencintai, San. Kami ....”

“Cukup! Aku muak sama kata-kata itu!” bentak Sandra memotong ucapan Irene yang seolah tidak merasa kalau kalimat yang dia keluarkan itu semakin membuat lukanya terasa semakin pedih.

“Sandra, kamu gak bisa lari dari kenyataan ini. Selain kamu dan Devan, sekarang juga ada aku.” Irene mencoba membuat Sandra tidak mengabaikan dirinya.

“Gak Ren, kamu yang memaksakan diri buat masuk di antara kami. Kamu egois!” murka Sandra.

“San, tenang dulu. Kita bicarakan baik-baik. Kita cari solusinya bareng-bareng ya.” Irene berusaha tetap membujuk Sandra.

Sandra menoleh ke arah Irene. Dia benar-benar tidak tahu apa yang membuat wanita yang saat ini ada di hadapannya Itu tampak begitu sangat tenang. Apakah Irene terlalu percaya diri kalau Devan akan memilih dia hingga dia merasa sudah menang sejak awal.

“Solusi? Solusinya cuma satu, kamu harus pergi dari kehidupan kami. Kamu harus menerima kenyataan kalau Mas Devan sudah menikah,” gumam lirih Sandra mencoba mengingatkan Irene tentang posisinya.

Irene menoleh ke arah Devan, “Apa kamu setuju dengan apa yang dibilang sama Sandra, Van?”

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Devan. Pria itu kini hanya bisa melihat ke arah Sandra dan Irene secara bergantian. Kebingungan mulai melanda di hati Devan ketika dia melihat tangis Sandra mulai turun yang ternyata mampu menggoyahkan keegoisannya.

Namun di sana juga ada seorang wanita yang selalu ada dan memiliki ruang tersendiri di hatinya selama ini. Wanita yang belakangan ini membuat hidupnya lebih sempurna dengan kehangatan yang ditawarkan oleh Irene seperti dulu.

“Kenapa kamu diam, Mas. Kenapa kamu gak jawab. Ini pertaruhan rumah tangga kamu, Mas,” tuntut Sandra.

“Van, apa kamu bakalan pilih Sandra? Apa kamu yakin bakalan bahagia sama dia dan bakalan siap aku tinggalin lagi?” sahut Irene dengan penuh percaya diri.

“Inget Van, 3 tahun aku pergi dari kamu, tapi itu gak mampu bikin kamu lupain aku. Apa sekarang kamu bakalan ulangi itu lagi, saat aku udah ada di depan kamu? Lagi pula, apa kamu siap hidup sama istri mandul kayak dia?” Irene berusaha menggoyahkan Devan.

“Aku gak mandul!” bantah Sandra.

“Kalo kamu gak mandul trus apa namanya?! Kamu udah 3 tahun nikah ama Devan tapi kamu gak hamil juga. Kamu itu perempuan parasit, Sandra. Kamu gak bisa bahagiakan Devan!” hina Irene tanpa ragu.

“Aku gak mandul, Mas. Aku sekarang lagi ....” Suara Sandra terdengar mengiba sambil memegangi perutnya.

“Sandra, apa yang dikatakan Irene benar. Aku udah gak bisa lagi hidup sama kamu. Aku akan segera mengurus perceraian kita,” ucap Devan memotong ucapan Sandra.

Mendengar kata terakhir suaminya itu, Sandra menarik nafas panjang.

“Baik, kalau itu mau kamu Mas! Kamu udah enggak membutuhkanku kan? Aku akan pergi dari hidup kamu!”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita sampah yg mirip dg alur cerita penulis lain. menye2,lemot,lemah dan bodoh
goodnovel comment avatar
amymende
ngaco sih ceritanya menurutku, kalimatx ituu
goodnovel comment avatar
Marlius Pertiwi
ngeselin banget tuhh si irene
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status