Share

Cari Dia!

“Hamil?” tanya Devan dengan ekspresi kaget.

“Iya, aku hamil anak kamu!” tegas Irene.

Devan melihat ke arah Dewi, sekretarisnya, lalu menyuruh wanita muda itu untuk keluar dari ruang kerjanya. Dia tidak ingin masalah yang dibawa oleh Irene ini akan didengarkan oleh orang lain.

Devan menatap tajam ke arah Irene, namun dia tetap berusaha mengontrol emosinya. Devan kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya dan sedikit mengangkat dagunya.

“Kalau kamu hamil, lalu apa urusanku?” tanya Devan dingin sambil sedikit menyempitkan matanya.

“Apa maksud kamu? Ini anak kamu, Devan. Aku hamil anak kamu!” jawab Irene dengan nada marah.

“Anak aku? Irene, kamu harusnya sadar kalau aku nggak pernah nyentuh kamu selama ini. Lalu bagaimana aku bisa ngehamilin kamu!” tegas Devan.

“Cih! Trus apa yang yang udah kamu lakukan sama aku bulan lalu pas aku ulang tahun. Kamu ngapain di kamar aku dan maksa aku ngelayanin kamu, hah!” Irene memaksa Devan untuk mengingat tentang kejadian di malam ulang tahunnya.

“Aku gak bgerasa ngelakuin apa pun sama kamu, Ren. Kamu jebak aku malam itu!” bantah Devan.

“Jebak? Jebakan apa yang bisa bikin aku sampe hamil kayak gini. Aku gak mau tau, pokoknya kamu harus nikahin aku. Aku gak mau anak aku lahir gak punya bapak!” tuntut Irene sambil melotot.

Braak!!

“Itu bukan anak aku! Dan sampai kapan pun, aku gak akan pernah mau mengakui anak itu!” sembur Devan mempertahankan keyakinannya.

Irene kaget dengan apa yang dilakukan Devan. Dia tidak menyangka kalau kabar yang dia sampaikan pada Devan semakin membuat Devan marah kepadanya.

Sejak kepergian Sandra 6 tahun lalu, Irene hanya mengecap manisnya sikap Devan hanya sebentar. Ternyata Devan masih saja sering bersikap arogan, bahkan lebih arogan dari yang dia kenal dulu.

Irene menatap tajam pada Devan yang saat ini juga sedang menatapnya dengan tajam.

“Aku gak mau tau, pokoknya kamu harus tanggung jawab. Kamu harus nikahin aku!” seru Irene memaksa Devan bertanggung jawab.

“Itu bukan anak aku, Ren. Buat apa aku bertanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan,” sanggah Devan.

“Ini anak kamu!”

“Buktikan kalo itu anak aku,” pinta Devan sambil memicingkan matanya penuh curiga pada Irene.

“Bukti? Bukti apa lagi. Aku cuma tidur ama kamu. Aku gak pernah tidur ama orang lain.” Irene tetap bersikeras.

“Apa? Kamu gak pernah tidur ama orang lain? Jangan buat aku ketawa ama omongan kamu, Ren,” sindir Devan sambil tertawa mencemooh Irene.

Wajah Irene mengetat, “Tapi ini anak kamu. Aku gak tidur ama orang lain selain kamu waktu itu. Pokoknya kamu harus tanggung jawab! Aku bakalan bilang sama Tante Diana!” ancam Irene.

“Bilang aja. Kamu pikir aku takut! Gak ada satu orang pun yang bisa ngancam aku Ren, meski itu mamaku sekalipun!” tantang Devan.

Irene mendengus kesal melihat sikap Devan yang sangat menyebalkan itu. Dia tidak tahan melihat sikap Devan yang sangat egois itu sejak dulu. Bahkan dia sampai heran, kenapa dulu Sandra bisa tahan hidup sangat lama bersama Devan.

Irene pergi meninggalkan Devan sambil membanting pintu ruang kerja Devan. Dia sangat bertekad untuk memaksa Devan menikahinya, apa pun caranya.

“Awas kamu, Devan. Aku gak akan biarkan kamu lolos kali ini. Aku akan buat kamu bayar mahal atas semua perlakuan kamu sama aku!” tekad Irene yang kemudian pergi sambil membawa bara amarah di hatinya.

Devan menjatuhkan bobot tubuhnya di singgasana kebesarannya itu penuh dengan amarah. Dia memukul-mukul meja kerjanya untuk melampiaskan amarahnya pada Irene.

Devan kemudian membuka laci di meja kerjanya itu. Dia mengeluarkan sebuah bingkai foto yang dia simpan di dalam sana.

“Ini semua gara-gara kamu, Sandra. Ini semua gara-gara kamu!” gerutu kesal Devan sambil mencengkeram kuat bingkai foto yang terbuat dari kaca tebal itu.

“Kamu dah bertahan sama aku selama 3 tahun. Kamu udah bisa buat aku percaya dan nyaman sama kamu. Tapi kenapa kamu malah lepaskan aku buat manusia ular kayak Irene! Kenapa, Sandra! Harusnya kamu tetap bertahan di samping aku dan terus ingatkan aku sampai kapan pun! Kamu istri aku, kamu harus tanggung jawab atas semua yang terjadi sama aku!” berang Devan sambil meremas bingkai itu lebih kuat lagi.

Pyaaar.

Bingkai kaca itu pun akhirnya pecah. Pecahan kaca itu juga menusuk tangan kiri Devan hingga membuat darah menetes di atas meja kerja Devan.

Raka yang kebetulan masuk ke ruangan Devan dan melihat tangan Devan berdarah, segera mengambil kotak obat di lemari penyimpanan. Dia segera membersihkan tangan atasannya itu dari pecahan kaca.

“Maaf Bos, mungkin ini akan sedikit perih,” ucap Raka saat dia akan membersihkan luka di tangan Devan.

“Hhsss,” desis Devan saat dia merasa perih ketika Raka memberi alkohol di lukanya.

“Maafkan saya, Bos,” guma Raka pelan sambil terus mengobati luka Devan.

“Raka, cari Sandra. Temukan dia di mana pun dia berada dan bawa dia padaku. Dia udah lama pergi dan sekarang saatnya dia kembali,” perintah Devan sambil mengepalkan tangan kanannya.

“Cari Bu Sandra?” tanya Raka sedikit kaget sambil melihat Devan lalu melihat foto di bingkai yang telah pecah itu.

“Iya. Bawa istri pembangkangku itu ke sini. Dia harus terima hukuman dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Cari dia, meski dia sembunyi di dalam lubang semut,” ucap Devan sambil menggerutukan giginya.

“Siap, Bos!”

Di tempat lain, Sandra pulang ke rumahnya dengan langkah kaki yang sangat lemas. Dia seolah kehabisan tenaganya saat hari pertama dia bekerja.

Sandra duduk bersandar di sofa tengah rumahnya, sambil menemani putranya menonton serial kartun kesayangannya di TV. Hanya melihat keceriaan Nathan yang terkadang akan mengembalikan tenaganya kembali.

“Kamu lemes banget, San. Apa kerjaan kamu banyak banget tadi?” tanya Siska sambil menyodorkan cangkir teh hangat untuk putrinya.

“Makasih, Bu,” jawab Sandra sambil menegakkan tubuhnya untuk menikmati teh hangat buatan ibunya.

“Sebenernya kerjaannya gak gitu banyak sih. Kan Sandra juga masih dalam masa penyesuaian dan pengenalan. Jadi Sandra masih periksa berkas-berkas doang tadi,” lanjut Sandra setelah dia membasahi tenggorokannya dengan teh hangat.

“Kalo kerjaanny gak berat, trus apa dong yang bikin kamu ampe loyo banget gini. Gak biasanya kamu kayak gini, apa kamu lagi gak enak badan?” Siska khawatir pada kesehatan putrinya yang menjadi tulang punggung keluarga kecilnya.

“Enggak kok, Bu. Sandra baik-baik aja. Tapi emang ada sesuatu yang bikin pikiran Sandra gak tenang sih sampai sekarang. Dan ini yang bikin Sandra kehilangan banyak tenaga.”

“Emang kamu mikirin apa?” Siska semakin kepo.

Sandra mengambil tas kerjanya lalu mengeluarkan sebuah map berkas dari dalam sana, “Ini Bu, ini yang bikin Sandra terus mikir,” ucap Sandra sambil memberikan berkas itu ke ibunya.

Siska menerima berkas yang di berikan putrinya. Dia yang hanya lulusan SD, semakin tidak mengerti kenapa putrinya memberikan berkas pekerjaan yang pastinya tidak akan dia mengerti.

“Ngapain kamu kasih kerjaan kamu ke Ibu? Ibu mana ngerti yang beginian, San,” protes Siska.

“Bukan kerjannya, Bu. Coba Ibu baca nama perusahaannya. Nih, baca ini.” Sandra menunjuk bagian mana yang harus ibunya baca.

“Pasifik Jaya. Emang kenapa ama perusahaan ini?” Siska masih tidak mengerti.

Sandra melihat ke ibunya, “Ibu masih gak ngerti juga? Ibu gak inget itu perusahaan siapa?” Sandra berusaha mengingatkan.

Siska terdiam sejenak, “Astaga! Ini ... ini perusahaan Devan kan, San? Trus kamu udah ketemu sama dia?” cecar Siska.

“Belum sih, Bu. Atasan Sandra cuma baru kasih tau kalo Sandra harus mengerjakan proyek ini.”

“Beearti kamu ama Devan bakalan ketemu lagi dong?”

“Ya pasti lah. Males banget Bu ketemu ama dia lagi. Sekarang ini Sandra lagi cari cara buat nolak proyek ini. Tapi Sandra belum nemu alasan yang tepat,” keluh Sandra sambil menyandarkan punggung dan kepalanya di sofa lagi.

Siska terdiam sejenak dan berpikir, “Ibu tau caranya!”

Sandra menoleh ke ibunya, “Apa itu?” tanya Sandra penasaran.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nuri Saadah
PLaying victim loe devan! Pan loe yg milih si Irene skrg mlh nyalahin Sandra. Iyuuh
goodnovel comment avatar
amymende
aneh kan mba authornya, jangan2 lupa cerita awalx
goodnovel comment avatar
amymende
kan ceritanya ngeramput, kmaren yg lepaskan Sandra siapa, yg milih Irene siapa koq dbab ini jadi nyeleneh? pokokx jangan sampe Sandra balik keDevan labil brengsek, pasti garing jadinya cerita ini...huhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status