Xiao Long berdiri memaku, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi di depannya. Genangan darah telah membanjiri kaki anak muda itu, tak beda dengan matanya yang mulai basah. Gemuruh di dada Xiao Long meledak-ledak saat melihat tubuh kakeknya mengejang sekarat.
"Kakek ...."
Xiao Long hendak menangis tapi sebilah pedang yang bertengger di bawah dagunya membuat anak itu mematung beribu bahasa.
"Katakan ke arah mana rombongan bangsawan itu pergi. Kami akan membebaskanmu."
Xiao Long masih begitu yerkejut, tatapan matanya hampa menatap kepala sang kakek yang masih mengeluarkan darah. Pimpinan Zirah Hitam mencekik lehernya dan membenturkan kepala Xiao Long ke tiang hingga berdarah.
"Katakan!" geramnya memperkuat cekikan itu. Namun, tubuh Xiao Long tak bergeming. Dia tak peduli tenggorokannya sakit atau tak dapat menarik napas akibat cengkraman tersebut. Kesadaran Xiao Long kembali saat dilihat adiknya dibawa menuju ruang depan oleh pria lain yang tersenyum mengejek."Tetap ingin keras kepala?"
"Jangan! Jangan libatkan dia, kumohon!" jerit Xiao Long sekuat tenaga, dia buru-buru memberontak agar bisa berlutut pada pria tersebut.
"Tolong!" pintanya dengan suara serak, ketakutan menggerogoti Xiao Long. Tubuhnya menggigil setelah melihat bagaimana Xiao Qizuan mengakhiri hidupnya dengan sadis. Dia sama sekali tidak berdaya di hadapan empat puluh pendekar tak memiliki hati ini."Maka katakan ke mana perginya keluarga bangsawan Ming?"Xiao Long mematung, dia melihat sekilas ke arah mayat kakeknya yang rela mempertaruhkan nyawa demi sebuah janji. Xiao Long tak berani lagi mempertaruhkan nyawa adiknya. Sebelum sempat berbicara, Pimpinan Zirah Hitam kembali menghardik.
"Sebenarnya kau dibayar berapa untuk tutup mulut oleh mereka, hah?!" "Ka-kami tidak dibayar apa-apa, saya akan katakan! Tolong lepaskan adik saya!" Xiao Long tak lagi peduli dengan janji itu, dia berbicara keras-keras."Mereka menuju ke arah timur dekat Kuil Relung Awan, selebihnya aku tidak tahu, Tuan!"Laki-laki itu memain-mainkan pedang di leher Xiao Long, membuat anak itu ketakutan di tempat. "Benarkah?""Saya sama sekali tidak berbohong!"
Laki-laki itu mengulas senyum lebar hingga gusi-gusinya terlihat, dia menoleh ke belakang lalu berbicara pada anak buahnya."BAWA DIA!"
Xiao Long sontak terkejut dengan suara menggelegar itu.
"Bukankah Tuan akan melepaskan saya? Saya sudah mengatakan apa yang Tuan minta ...."Pimpinan itu tergelak bukan main lalu menggeleng-gelengkan kepala. "Kau masih sangat polos, bocah. Kau tidak tahu dunia di luar sana sangatlah kejam."
Xiao Long mundur beberapa langkah, ketakutan kembali menguasai dirinya saat tak sengaja dia melihat kepala Xiao Qizuan yang terpenggal.
"Ini tidak adil ... Kau sudah berjanji untuk membebaskanku dan adikku, kau pengecut tidak tahu malu!""Ha-ha-ha! Lihatlah anjing kecil ini menggonggong. Tidak perlu takut, kau hanya akan menjadi budak. Tidak sampai dipenggal seperti laki-laki tua busuk ini." Pria itu melirik perempuan kecil dalam gendongan bawahannya.
"Tapi sayangnya adikmu itu tidak berguna, mungkin lebih baik untuk dibunuh?"Xiao Long terkesiap, mata pedang bergerak mengincar leher adiknya. Dalam sekali lompatan Xiao Long menyerbu pria yang menggendong adiknya dan merebut Xiao Yin begitu cepat.Tak peduli seberapa banyaknya musuh, Xiao Long melesat di antara tubuh para anggota Zirah Hitam, menerabas semak belukar dengan langkah kaki cepat bersama ketakutannya yang kian menjadi.
Satu hal yang saat itu ada di pikirannya adalah menjaga Xiao Yin agar tak ikut terbunuh oleh sekelompok pendekar tersebut.
Akan tetapi ketika kakinya baru saja memasuki hutan sebuah anak panah melesat menancap di sebuah batang pohon, mata Xiao Long terbuka lebar-lebar tatkala puluhan anak panah mengejarnya dari belakang.
Salah satu dari anak panah itu menancap tepat di belakang pundak Xiao Long, membuat dia meringis kesakitan. Tangannya yang mengendong Xiao Yin agar tak jatuh kembali bergetar sementara tangisan adik kecilnya itu tak kunjung berhenti. Membuat keberadaan mereka sangat mudah dilacak oleh musuh.
"Yin'er, kumohon ... Berhentilah menangis."Taangisan Xiao Yin kembali mengeras, derap tapak kaki kuda beriringan menuju ke arahnya, Xiao Long dikejar-kejar oleh empat puluh pria sekaigus. Dia tetap nekat berlari walaupun tak akan mungkin bisa selamat di malam penuh marabahaya itu.Napas Xiao Long tersengal bukan main, sementara tangis Xiao Yin mereda. Merasa keadaan sudah aman dia segera berjalan kembali. Namun sayang, di hadapannya telah berdiri lima belas orang berkuda. Menangkap kehadirannya secepat kilat, tanpa pikir panjang kuda-kuda itu menerjang ke arah Xiao Long, nyaris menginjaknya.Xiao Yin terlepas dari gendongannya, Xiao Long menjerit berteriak, akan tetapi kerah bajunya ditarik ke belakang oleh seseorang dan membuatnya terbawa oleh segerombolan orang Zirah Hitam.
"Yin'er!!!" teriak Xiao Long memberontak di atas kuda yang tetap berlari kencang, dia berusaha melepaskan diri tapi cengkaman lelaki di kuda itu jauh lebih besar dari tenaganya sediri.*
Tiga hari sudah Xiao Long dikunci dalam sebuah kurungan, layaknya seekor binatang buas. Dia memekik beberapa kali meminta untuk dikeluarkan agar bisa menemui adiknya. Namun laki-laki di samping kurungan tidak peduli dan memilih meminum arak ketimbang mendengar teriakannya.
Xiao Long marah, dalam hati dia mengumpati para lelaki tersebut.
Kematian Xiao Qizuan masih begitu membekas di kepalanya, bagaimana jika adik perempuannya juga mengalami nasib yang sama? Xiao Long tak mau memikirkannya lebih jauh, dia menunggu malam tiba. Mencari kesempatan untuk melarikan diri.
Malam itu sebenarnya adalah malam terakhir kelompok Zirah Hitam berada di Desa Huangjin setelah menggeledah rumah dan harta-harta yang tersisa. Tidak banyak harta yang mereka dapatkan dan itu semua membuat pemimpin mereka naik pitam.
Malam itu, anggota Zirah Hitam berkumpul di alun-alun desa. Tak ada yang berjaga di sekitar Xiao Long, anak itu mulai mencari cara untuk melarikan diri sebelum mereka kembali.
Xiao Long mengambil dua buah besi dan menggunakannya untuk melebarkan jeruji besi yang mengungkungnya. Tenaganya begitu lemah sampai-sampai tak ada pergerakan di besi itu setelah hampir setengah jam berusaha.
Xiao Long membuang napas gusar, dari ujung jalan dilihatnya gerombolan pendekar berjalan serempak ke arahnya.
'Gawat!' batin Xiao Long, dia berpikir untuk kembali ke posisi semula agar tak dibunuh tetapi keselamatan Xiao Yin kini membuat pikirannya kacau balau. Dia harus segera menyelamatkan adiknya itu, entah hidup atau tidak.
Dengan segala upaya terakhir, kedua tangan Xiao Long memerah terbakar saat mendorong besi keras itu.
"Ayolah ...!"
Beberapa dari musuh menyadari gerak-gerik Xiao Long dan memberitahukannya pada sang pemimpin yang seketika mempercepat langkah kaki. Mengejar sebelum tawanan mereka melarikan diri.
Xiao Long panik bukan main, jauh di depan sana dilihatnya para pendekar tengah mengacung-acungkan pedang dan berteriak memaki. Kaki Xiao Long gemetar dan napasnya tersengal-sengal.
Tak lama sesudahnya salah satu anggota Zirah Hitam memekik lantang.
"Bajingan, dia melarikan diri!"Di sepanjang jalan hutan sudah berapa kali Xiao Long tergelincir, darah mengalir dari robekan di tempurung kakinya. Namun tak menyurutkan niat Xiao Long untuk melarikan diri.Tiga hari terkurung rasa khawatir akan adiknya Xiao Yin semakin menjadi-jadi, Xiao Long menyesal mengapa dia begitu lemah hanya untuk sekedar melarikan diri.Laki-laki Zirah Hitam terus menjaga kurungan, tak melepaskan pandangan mereka sedikit pun darinya. Saat mendapatkan kesempatan Xiao Long segera melarikan diri. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja.Alur pelarian yang menuruni bukit membuat kaki Xiao Long tergelincir kembali, tubuhnya jatuh menabrak batang pohon dan terus menggelinding ke bawah. Saat terbangun dari jatuh, Xiao Long memutar pandangan segera, mengenali tempat itu adalah tempat ketika dia tertangkap dan Xiao Yin terlepas dari tangannya.Sekali lagi Xiao Long memutar pandangan, tak mendengar tangi
"Apa kau mengerti pentingnya nyawa seseorang?"Xiao Long yang pucat pasi sadar tak sadar dengan kehadiran seseorang di belakangnya, masih setengah tak percaya. Senyum di wajahnya menampakkan kegetiran."Aku ingin melindungi orang-orang yang penting bagiku."Lelaki itu tertawa singkat, "Maka jadilah seorang pendekar yang hebat. Sepuluh Terkuat, dikenal sebagai para pengawal Kaisar Qing. Dengan begitu, kau dapat melindungi semua orang dengan kedua tanganmu."Xiao Long menatap kedua tangannya, tak percaya apakah tangan itu dapat menyelamatkan ratusan hingga ribuan nyawa. Dia terlalu lemah. Bahkan untuk sekedar percaya bahwa perkataan orang itu benar adanya."Aku ..." Xiao Long mengepalkan kedua tangan, lalu menggeleng. "Tidak ada lagi yang bisa kulindungi. Mereka sudah tiada."Setelah itu Xiao Long berjalan membelakangi pria itu, memasuki rumahnya yang sepi tak berp
Sore hari di mana petang sudah berganti malam yang hening. Xiao Long terbangun, dia dibuat pingsan oleh senior-seniornya. Sebelah tangannya terasa seperti akan patah, begitu juga kakinya. Darah mengalir di sudut bibir Xiao Long yang kini melewati lorong-lorong asrama, hendak kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya.Namun yang dia lihat sekarang adalah kamar yang berantakan. Beberapa pakaian dirobek dan diinjak dengan sepatu kotor. Xiao Long bahkan tak sempat membersihkan dirinya yang berbau kotoran kuda, mendapati tiga orang senior yang tadi menyiksanya telah berdiri menunggu di atas meja, melipat kedua tangan dengan tatapan mata pongah."Kau masih berpikir untuk kembali? Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawamu kuhabisi. Kau mengejekku?"Dua orang menarik Xiao Long dengan paksa ke dalam ruangan, menghadap Gu Xian yang tengah dilalap kemurkaannya sendiri. Pedang dia tarik hingga
Menempuh jalur hutan yang jarang dilewati manusia memiliki rintangan tersendiri, begitu banyak marabahaya menanti Xiao Long. Semenjak meninggalkan sekte Awan Merah semuanya berubah menjadi menakutkan. Dia tidak diterima di mana pun, binatang saja enggan melihatnya. Xiao Long baru saja menemukan aliran air sungai dan berhenti di sana sembari melepas dahaga. Dia sudah berjalan satu harian, telapak kakinya serasa terbakar saat berdiri di bebatuan sungai yang besar. Jernihnya aliran air memantulkan wajah Xiao Long yang hanya terpaku untuk beberapa saat. Menatap diri sendiri dan tenggelam akan pikirannya. Dia hanya sendiri di dunia ini. Dan identitas yang dibawanya takkan pernah berubah. Penyelamat atau bencana. Semua itu berputar-putar di kepalanya. Membuat kepala Xiao Long pusing, dia merebahkan tubuh pada batu besar di pinggir sungai. Menatap birunya langit di atas yang hanya dilewati garis-garis tipis awan. Tanpa disadari waktu telah berlalu dua jam dengan
Malam itu, Xiao Long baru menyadari betapa kerasnya hidup di luar. Dia selalu tak mempercayai omongan kakeknya. Dia selalu tak menghargai kehidupan aman yang selalu diberikan kakeknya dan bersikeras untuk pergi ke luar. Menemui hal berbahaya dan merasa sanggup untuk melewati itu semua. Hati yang dingin. Manusia di perkampungan ini hanya mempedulikan tidurnya yang lelap dibandingkan membukakan pintu untuknya. Xiao Long tersenyum tak percaya, dia mendengar langkah kaki binatang yang menggema di jalanan. Membuat debu-debu kering beterbangan. Mata-mata merah para serigala menangkap keberadaan Xiao Long. Anak itu merangkak ketakutan. Berusaha lari sekencang-kencangnya, melompati pagar tinggi dan menatap ke belakangnya sekali lagi. Perkampungan itu menjadi pembelajaran pertamanya. Tentang bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja. Menempuh perjalanan yang terjal, Xiao Long lagi dan lagi hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Dia yakin tempat ini masih terhubung deng
Kaki Xiao Long berusaha untuk menyeret tubuhnya ke belakang di mana para manusia sudah ambil posisi untuk menyerang mahkluk tersebut. Mereka memakai zirah perang dan senjata tajam. Beberapa panah berapi berhasil menancap di tubuh mahkluk itu, membuatnya melompat kesakitan. Matanya yang semula hitam berubah menjadi merah, menyapu pandangannya pada manusia-manusia yang memeranginya. Tombak dan anak panah menancap penuh di tubuh tersebut, disertai tawa dan sorak-sorai yang terdengar heboh. Manusia itu kemungkinan adalah pendekar yang kebetulan sedang berburu siluman. Mereka tampak antusias untuk menyerang siluman yang tengah tak berdaya tersebut. Xiao Long dapat melihat siluman itu kesakitan. Tak ada yang membantunya di sana. Seperti saat dirinya meminta pertolongan dari orang-orang. Xiao Long berteriak kencang."Lepaskan dia!" Namun hanya gertakan itu tak serta-merta membuat pendekar itu berhenti menyiksa mahkluk tersebut. Xiao Long berteriak
Langkah para siluman pelan-pelan mendekati Xiao Long, mereka memasang gelagat waspada sambil terus mengitarinya. Menunggu anak manusia itu lengah agar bisa melakukan serangan. Dilihat dari tubuhnya yang lemah saja sudah tentu dalam satu serangan Xiao Long akan tumbang. Mereka menggertak sambil menggeram keras.Sementara itu Xiao Long masih berdiri di tempatnya, mengawasi setiap pergerakan yang akan mengancam nyawanya. Ada tiga siluman yang berada di sekitarnya dan tanpa diduga serangan sudah dimulai. Xiao Long menepi saat tangan besar beruang nyaris mengenai kepalanya, dia setengah berjongkok. Tak menyadari dari arah belakangnya mulut harimau terbuka lebar, siap menelannya hidup-hidup. Xiao Long menoleh merasakan nyawanya terancam dan melihat ketika gigi taring itu hendak menembus kepalanya, siluman lain mendorong harimau tersebut dan berganti menyerangnya.Xiao Long berusaha kabur sejauh mungkin hingga kakinya yang telah terluka menimbulkan j
Xiao Long mengerjap beberapa kali, darah dari kepala menetes menghalangi pandangannya. Dia memegang sebelah lengannya, menyeret langkah kaki lebih cepat lagi dan lagi. Kini Xiao Long berlari terengah-engah, dia baru dapat melihat jelas di ujung terowongan dua penjaga bertombak tengah berjaga. Mereka berdua menyadari kedatangan Xiao Long dan segera mengambil ancang-ancang.Xiao Long menerobos sembarangan, berkali-kali tangannya ditarik tapi dia tetap dapat meloloskan diri. Dia memasuki sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi. Tanpa berpikir panjang lagi, Xiao Long segera bersembunyi saat melihat akar pohon yang cukup besar. Dia menyandarkan tubuhnya hingga menempel erat pada kayu, mendengar setiap bunyi tapak yang detik demi detik semakin mendekat ke tempatnya.Bahunya gemetar menahan darah yang memaksa keluar dari mulutnya, Xiao Long tak berani mengeluarkan suara sampai mereka menjauh. Dia memasang telinga baik-baik, menunggu waktu yang tepat un