Share

Ch. 05 - Petualangan Baru

Sore hari di mana petang sudah berganti malam yang hening. Xiao Long terbangun, dia dibuat pingsan oleh senior-seniornya. Sebelah tangannya terasa seperti akan patah, begitu juga kakinya. Darah mengalir di sudut bibir Xiao Long yang kini melewati lorong-lorong asrama, hendak kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya.

Namun yang dia lihat sekarang adalah kamar yang berantakan. Beberapa pakaian dirobek dan diinjak dengan sepatu kotor. Xiao Long bahkan tak sempat membersihkan dirinya yang berbau kotoran kuda, mendapati tiga orang senior yang tadi menyiksanya telah berdiri menunggu di atas meja, melipat kedua tangan dengan tatapan mata pongah.

"Kau masih berpikir untuk kembali? Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawamu kuhabisi. Kau mengejekku?"

Dua orang menarik Xiao Long dengan paksa ke dalam ruangan, menghadap Gu Xian yang tengah dilalap kemurkaannya sendiri. Pedang dia tarik hingga berbunyi nyaring, membuat Xiao Long waspada.

"Kau benar-benar cari mati, Xiao Long."

Gu Xian mengayunkan senjata itu, Xiao Long mengelak membuat tirai di belakangnya terkoyak. Satu pukulan mendarat di hidungnya hingga mimisan. Xiao Long kemudian didobrak dan terbanting di tong kayu. Membuat benda itu berderak-derak lalu pecah saat tubuh Xiao Long diinjak di bagian perut. 

Masih belum puas menyiksanya, Gu Xian mengambil lilin di kamar tersebut dan menancapkannya di telapak tangan Xiao Long hingga memerah mengeluarkan darah, lalu terus menginjak kakinya hingga berbunyi retak.

Xiao Long menjerit, terdengar suara gedor pintu di kamarnya, Xiao Long mencoba berteriak tetapi Gu Xian menyepak kursi kayu hingga menghantam keningnya. Kesadaran Xiao Long di menipis, seniornya itu sudah keterlaluan.

Tiga senior tersebut menenteng pedang masing-masing, siap mengambil kepalanya saat itu juga. "Akan lebih baik jika kau tidak dilahirkan!"

Xiao Long berpikir bahwa itu akan menjadi akhir dari hidupnya, dia memejamkan mata. Namun yang terjadi berikutnya hanyalah keheningan yang begitu mencekam. Xiao Long mencoba membuka matanya yang terpejam kuat, tanpa sadar ketiga pemuda itu telah mati oleh sesuatu yang mengerikan. 

Mata menghitam dan urat-urat di wajah mereka tampak biru menonjol. Kematian yang akan membuat siapa saja bergidik ketakutan.

Tepat di saat itu Bai Huang dan seorang tetua sekte Awan Merah menghancurkan pintu dan masuk ke dalam ruangan disertai murid lain yang turut mendengar kegaduhan di kamar Xiao Long.

Bai Huang terkejut, mendapati hanya Xiao Long yang memegang senjata sementara tiga muridnya yang lain terkapar meregang nyawa. Membuat murid-murid lain ketakutan atas perbuatan Xiao Long. Kematian yang tak wajar itu semakin membuat tetua sekte Awan Merah yakin bahwa Xiao Long adalah bencana yang dimaksud. 

"Kau-!? Apa yang kau lakukan pada murid-murid kami?!" Sang tetua berusaha setengah mati untuk menahan suaranya yang meninggi, tatap mata laki-laki itu berang dan menghujam ke mata hitam Xiao Long. "Aku tak berbuat salah-! Mereka tiba-tiba datang ke kamarku-"

Tamparan kasar melayang membuat Xiao Long tertoleh ke samping. Bai Huang, laki-laki itu murka berat. Tangannya yang kasar sekali lagi memukul Xiao Long. "Aku sengaja memberi kau tempat. Agar kau bersyukur dan menjadikan dirimu orang berguna." Suara Bai Huang tertahan. "Rupanya kau tak lebih dari sampah yang membawa penyakit ...."

Hati Xiao Long seolah dibenamkan oleh pedang berkarat, menyakitkan jika mendengarkan kata-kata itu keluar dari mulut Bai Huang. Xiao Long merasa bersalah walaupun ini semua bukan perbuatannya. 

Tiga orang itu mati tanpa sebab dan Xiao Long tak tahu apa yang terjadi pada mereka.

"Dia harus dihukum mati, Patriark Bai!"

"Bunuh saja pembawa penyakit itu! Aku sudah tak tahan melihatnya!"

"Kalau bisa biarkan mayatnya mati dimakan belatung, jangan menguburkannya. Dia tak layak dikuburkan dalam tanah!"

Makian dan cacian itu menyerbu telinga Xiao Long dalam sekejap mata, dia sadar dirinya tidak diterima di sekte ini. Dalam segi apa pun. Hanya Bai Huang satu-satunya menerimanya dan sekarang pria itu juga ikut memandang hina ke arahnya.

Xiao Long diseret menuju halaman, di muka para tetua sekte Awan Merah yang memandang penuh marah padanya. "Patriark Bai, sudah kukatakan sedari awal anak ini hanya akan membuat musibah. Gu Xian adalah salah satu generasi jenius yang kita punya dan dia mati di tangan anak ini!"

Patriark Bai menundukkan mukanya penuh malu atas kelakuan Xiao Long. Pagi telah datang dan keadaan di halaman sekte menjadi ramai, bersiap untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Xiao Long yang dinyatakan bersalah atas peristiwa semalam.

"Kau telah membuat semuanya jelas, kaulah keburukan yang diramalkan. Sekarang enyahlah sebelum tanganmu merenggut lebih banyak nyawa." Tetua sekte mengucapkannya dengan suara marah.

Xiao Long tak ingin mempercayai bahwa dirinya adalah sumber malapetaka yang diramalkan, lagipula dirinya tak pernah berpikir untuk menghancurkan hidup orang lain. Hanya saja semua orang berpikir demikian dan itu semua membuatnya tak berdaya.

Patriark Bai mengepalkan tangan erat, dia hendak berbicara tetapi sekitarnya terlalu ribut. Xiao Long sebentar lagi akan dihakimi dan entah mengapa dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

"Berhenti sampai di sana!"

"Patriark Bai-?" Tetua itu menatap Bai Huang, keadaan semakin menegangkan saat kedua pria berwibawa kuat itu saling bertatapan. Bai Huang mengeluarkan suara berat, "Biarkan dia hidup, dia masih muda dan tidak bisa dijerat hukuman mati. Orang tuanya juga sudah tidak ada."

"Lalu apa kau mau menanggung hukuman mati itu?"

"Jika diperlukan."

Semua orang terkejut bukan main, Bai Huang adalah Patriark di sekte tersebut. Tak mungkin mereka membunuh pemimpin mereka sendiri. Tak beda terkejutnya, tetua itu melotot tak percaya. "Kau sudah gila? Dia bukan siapa-siapa di Kekaisaran kita, mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkan monster yang kelak akan menghancurkan kita semua ... Kukira akalmu sudah tak berfungsi."

Dengan gamblang tetua itu menyindirnya, tapi semua itu tak memberi dampak apa pun pada Bai Huang. Pria itu melepaskan ikatan tali di tangan Xiao Long yang kini menatapnya tak percaya.

"Aku sudah membuat Anda malu, Guru. Aku murid yang tidak berguna." Xiao Long hendak menangis, dia juga takut akan kematiannya sendiri. 

Akan tetapi jika Bai Huang sampai mengorbankan nyawa untuk melindungi nyawanya, Xiao Long pun takkan bisa menerimanya.

"Pergilah. Ke tempat di mana tidak ada yang mengenalmu. Aku yakin kau adalah penyelamat. Tempuh jalan pendekar tanpa takut, kau akan menjadi sosok tangguh yang menyelamatkan dunia. Pegang kata-kataku."

Air mata Xiao Long tumpah, dia tak mengatakan apa-apa selain menangis. Bai Huang memperlakukannya seperti keluarga. Perlakuan yang tak pernah didapatkannya telah lama. Xiao Long bangkit, membungkukkan badan ketika para murid dan tetua menatapnya tak suka.

"Akan kupegang sumpahku seumur hidup. Demi mengabdi sebagai muridmu, aku akan menjadi satu dari Sepuluh Terkuat yang melindungi seluruh Kekaisaran Qing."

Bai Huang tersenyum, "Pergilah. Aku akan mengurus sisanya."

"Baik, Guru." Xiao Long membungkukkan badan, hormat terakhirnya pada sang guru. Saat itu, Xiao Long tak tahu rimba buas sedang menanti petualangannya yang kejam. Bencana atau penyelamat, keduanya adalah dua mata koin yang berbeda. Demi membuktikan semua itu, Xiao Long akan menempuh jalan pendekar yang keras. Demi menjadi Sepuluh Terkuat yang melindungi para manusia.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Mirles
Bai Huang sungguh mulia, mau mempertaruhkan nyawanya demi sang murid.
goodnovel comment avatar
Andah
lanjut seri
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
Xiao Long tak tau apa yang terjadi akhirnya ia di usir.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status