Namun yang dia lihat sekarang adalah kamar yang berantakan. Beberapa pakaian dirobek dan diinjak dengan sepatu kotor. Xiao Long bahkan tak sempat membersihkan dirinya yang berbau kotoran kuda, mendapati tiga orang senior yang tadi menyiksanya telah berdiri menunggu di atas meja, melipat kedua tangan dengan tatapan mata pongah.
"Kau masih berpikir untuk kembali? Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawamu kuhabisi. Kau mengejekku?"
Dua orang menarik Xiao Long dengan paksa ke dalam ruangan, menghadap Gu Xian yang tengah dilalap kemurkaannya sendiri. Pedang dia tarik hingga berbunyi nyaring, membuat Xiao Long waspada.
"Kau benar-benar cari mati, Xiao Long."Gu Xian mengayunkan senjata itu, Xiao Long mengelak membuat tirai di belakangnya terkoyak. Satu pukulan mendarat di hidungnya hingga mimisan. Xiao Long kemudian didobrak dan terbanting di tong kayu. Membuat benda itu berderak-derak lalu pecah saat tubuh Xiao Long diinjak di bagian perut.
Masih belum puas menyiksanya, Gu Xian mengambil lilin di kamar tersebut dan menancapkannya di telapak tangan Xiao Long hingga memerah mengeluarkan darah, lalu terus menginjak kakinya hingga berbunyi retak.
Xiao Long menjerit, terdengar suara gedor pintu di kamarnya, Xiao Long mencoba berteriak tetapi Gu Xian menyepak kursi kayu hingga menghantam keningnya. Kesadaran Xiao Long di menipis, seniornya itu sudah keterlaluan.
Tiga senior tersebut menenteng pedang masing-masing, siap mengambil kepalanya saat itu juga. "Akan lebih baik jika kau tidak dilahirkan!"
Xiao Long berpikir bahwa itu akan menjadi akhir dari hidupnya, dia memejamkan mata. Namun yang terjadi berikutnya hanyalah keheningan yang begitu mencekam. Xiao Long mencoba membuka matanya yang terpejam kuat, tanpa sadar ketiga pemuda itu telah mati oleh sesuatu yang mengerikan.
Mata menghitam dan urat-urat di wajah mereka tampak biru menonjol. Kematian yang akan membuat siapa saja bergidik ketakutan.
Tepat di saat itu Bai Huang dan seorang tetua sekte Awan Merah menghancurkan pintu dan masuk ke dalam ruangan disertai murid lain yang turut mendengar kegaduhan di kamar Xiao Long.
Bai Huang terkejut, mendapati hanya Xiao Long yang memegang senjata sementara tiga muridnya yang lain terkapar meregang nyawa. Membuat murid-murid lain ketakutan atas perbuatan Xiao Long. Kematian yang tak wajar itu semakin membuat tetua sekte Awan Merah yakin bahwa Xiao Long adalah bencana yang dimaksud.
"Kau-!? Apa yang kau lakukan pada murid-murid kami?!" Sang tetua berusaha setengah mati untuk menahan suaranya yang meninggi, tatap mata laki-laki itu berang dan menghujam ke mata hitam Xiao Long. "Aku tak berbuat salah-! Mereka tiba-tiba datang ke kamarku-"
Tamparan kasar melayang membuat Xiao Long tertoleh ke samping. Bai Huang, laki-laki itu murka berat. Tangannya yang kasar sekali lagi memukul Xiao Long. "Aku sengaja memberi kau tempat. Agar kau bersyukur dan menjadikan dirimu orang berguna." Suara Bai Huang tertahan. "Rupanya kau tak lebih dari sampah yang membawa penyakit ...."
Hati Xiao Long seolah dibenamkan oleh pedang berkarat, menyakitkan jika mendengarkan kata-kata itu keluar dari mulut Bai Huang. Xiao Long merasa bersalah walaupun ini semua bukan perbuatannya.
Tiga orang itu mati tanpa sebab dan Xiao Long tak tahu apa yang terjadi pada mereka.
"Dia harus dihukum mati, Patriark Bai!"
"Bunuh saja pembawa penyakit itu! Aku sudah tak tahan melihatnya!"
"Kalau bisa biarkan mayatnya mati dimakan belatung, jangan menguburkannya. Dia tak layak dikuburkan dalam tanah!"
Makian dan cacian itu menyerbu telinga Xiao Long dalam sekejap mata, dia sadar dirinya tidak diterima di sekte ini. Dalam segi apa pun. Hanya Bai Huang satu-satunya menerimanya dan sekarang pria itu juga ikut memandang hina ke arahnya.
Xiao Long diseret menuju halaman, di muka para tetua sekte Awan Merah yang memandang penuh marah padanya. "Patriark Bai, sudah kukatakan sedari awal anak ini hanya akan membuat musibah. Gu Xian adalah salah satu generasi jenius yang kita punya dan dia mati di tangan anak ini!"
Patriark Bai menundukkan mukanya penuh malu atas kelakuan Xiao Long. Pagi telah datang dan keadaan di halaman sekte menjadi ramai, bersiap untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Xiao Long yang dinyatakan bersalah atas peristiwa semalam.
"Kau telah membuat semuanya jelas, kaulah keburukan yang diramalkan. Sekarang enyahlah sebelum tanganmu merenggut lebih banyak nyawa." Tetua sekte mengucapkannya dengan suara marah.
Xiao Long tak ingin mempercayai bahwa dirinya adalah sumber malapetaka yang diramalkan, lagipula dirinya tak pernah berpikir untuk menghancurkan hidup orang lain. Hanya saja semua orang berpikir demikian dan itu semua membuatnya tak berdaya.
Patriark Bai mengepalkan tangan erat, dia hendak berbicara tetapi sekitarnya terlalu ribut. Xiao Long sebentar lagi akan dihakimi dan entah mengapa dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"Berhenti sampai di sana!"
"Patriark Bai-?" Tetua itu menatap Bai Huang, keadaan semakin menegangkan saat kedua pria berwibawa kuat itu saling bertatapan. Bai Huang mengeluarkan suara berat, "Biarkan dia hidup, dia masih muda dan tidak bisa dijerat hukuman mati. Orang tuanya juga sudah tidak ada."
"Lalu apa kau mau menanggung hukuman mati itu?"
"Jika diperlukan."
Semua orang terkejut bukan main, Bai Huang adalah Patriark di sekte tersebut. Tak mungkin mereka membunuh pemimpin mereka sendiri. Tak beda terkejutnya, tetua itu melotot tak percaya. "Kau sudah gila? Dia bukan siapa-siapa di Kekaisaran kita, mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkan monster yang kelak akan menghancurkan kita semua ... Kukira akalmu sudah tak berfungsi."
Dengan gamblang tetua itu menyindirnya, tapi semua itu tak memberi dampak apa pun pada Bai Huang. Pria itu melepaskan ikatan tali di tangan Xiao Long yang kini menatapnya tak percaya.
"Aku sudah membuat Anda malu, Guru. Aku murid yang tidak berguna." Xiao Long hendak menangis, dia juga takut akan kematiannya sendiri.Akan tetapi jika Bai Huang sampai mengorbankan nyawa untuk melindungi nyawanya, Xiao Long pun takkan bisa menerimanya.
"Pergilah. Ke tempat di mana tidak ada yang mengenalmu. Aku yakin kau adalah penyelamat. Tempuh jalan pendekar tanpa takut, kau akan menjadi sosok tangguh yang menyelamatkan dunia. Pegang kata-kataku."
Air mata Xiao Long tumpah, dia tak mengatakan apa-apa selain menangis. Bai Huang memperlakukannya seperti keluarga. Perlakuan yang tak pernah didapatkannya telah lama. Xiao Long bangkit, membungkukkan badan ketika para murid dan tetua menatapnya tak suka.
"Akan kupegang sumpahku seumur hidup. Demi mengabdi sebagai muridmu, aku akan menjadi satu dari Sepuluh Terkuat yang melindungi seluruh Kekaisaran Qing."
Bai Huang tersenyum, "Pergilah. Aku akan mengurus sisanya."
"Baik, Guru." Xiao Long membungkukkan badan, hormat terakhirnya pada sang guru. Saat itu, Xiao Long tak tahu rimba buas sedang menanti petualangannya yang kejam. Bencana atau penyelamat, keduanya adalah dua mata koin yang berbeda. Demi membuktikan semua itu, Xiao Long akan menempuh jalan pendekar yang keras. Demi menjadi Sepuluh Terkuat yang melindungi para manusia.
Menempuh jalur hutan yang jarang dilewati manusia memiliki rintangan tersendiri, begitu banyak marabahaya menanti Xiao Long. Semenjak meninggalkan sekte Awan Merah semuanya berubah menjadi menakutkan. Dia tidak diterima di mana pun, binatang saja enggan melihatnya. Xiao Long baru saja menemukan aliran air sungai dan berhenti di sana sembari melepas dahaga. Dia sudah berjalan satu harian, telapak kakinya serasa terbakar saat berdiri di bebatuan sungai yang besar. Jernihnya aliran air memantulkan wajah Xiao Long yang hanya terpaku untuk beberapa saat. Menatap diri sendiri dan tenggelam akan pikirannya. Dia hanya sendiri di dunia ini. Dan identitas yang dibawanya takkan pernah berubah. Penyelamat atau bencana. Semua itu berputar-putar di kepalanya. Membuat kepala Xiao Long pusing, dia merebahkan tubuh pada batu besar di pinggir sungai. Menatap birunya langit di atas yang hanya dilewati garis-garis tipis awan. Tanpa disadari waktu telah berlalu dua jam dengan
Malam itu, Xiao Long baru menyadari betapa kerasnya hidup di luar. Dia selalu tak mempercayai omongan kakeknya. Dia selalu tak menghargai kehidupan aman yang selalu diberikan kakeknya dan bersikeras untuk pergi ke luar. Menemui hal berbahaya dan merasa sanggup untuk melewati itu semua. Hati yang dingin. Manusia di perkampungan ini hanya mempedulikan tidurnya yang lelap dibandingkan membukakan pintu untuknya. Xiao Long tersenyum tak percaya, dia mendengar langkah kaki binatang yang menggema di jalanan. Membuat debu-debu kering beterbangan. Mata-mata merah para serigala menangkap keberadaan Xiao Long. Anak itu merangkak ketakutan. Berusaha lari sekencang-kencangnya, melompati pagar tinggi dan menatap ke belakangnya sekali lagi. Perkampungan itu menjadi pembelajaran pertamanya. Tentang bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja. Menempuh perjalanan yang terjal, Xiao Long lagi dan lagi hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Dia yakin tempat ini masih terhubung deng
Kaki Xiao Long berusaha untuk menyeret tubuhnya ke belakang di mana para manusia sudah ambil posisi untuk menyerang mahkluk tersebut. Mereka memakai zirah perang dan senjata tajam. Beberapa panah berapi berhasil menancap di tubuh mahkluk itu, membuatnya melompat kesakitan. Matanya yang semula hitam berubah menjadi merah, menyapu pandangannya pada manusia-manusia yang memeranginya. Tombak dan anak panah menancap penuh di tubuh tersebut, disertai tawa dan sorak-sorai yang terdengar heboh. Manusia itu kemungkinan adalah pendekar yang kebetulan sedang berburu siluman. Mereka tampak antusias untuk menyerang siluman yang tengah tak berdaya tersebut. Xiao Long dapat melihat siluman itu kesakitan. Tak ada yang membantunya di sana. Seperti saat dirinya meminta pertolongan dari orang-orang. Xiao Long berteriak kencang."Lepaskan dia!" Namun hanya gertakan itu tak serta-merta membuat pendekar itu berhenti menyiksa mahkluk tersebut. Xiao Long berteriak
Langkah para siluman pelan-pelan mendekati Xiao Long, mereka memasang gelagat waspada sambil terus mengitarinya. Menunggu anak manusia itu lengah agar bisa melakukan serangan. Dilihat dari tubuhnya yang lemah saja sudah tentu dalam satu serangan Xiao Long akan tumbang. Mereka menggertak sambil menggeram keras.Sementara itu Xiao Long masih berdiri di tempatnya, mengawasi setiap pergerakan yang akan mengancam nyawanya. Ada tiga siluman yang berada di sekitarnya dan tanpa diduga serangan sudah dimulai. Xiao Long menepi saat tangan besar beruang nyaris mengenai kepalanya, dia setengah berjongkok. Tak menyadari dari arah belakangnya mulut harimau terbuka lebar, siap menelannya hidup-hidup. Xiao Long menoleh merasakan nyawanya terancam dan melihat ketika gigi taring itu hendak menembus kepalanya, siluman lain mendorong harimau tersebut dan berganti menyerangnya.Xiao Long berusaha kabur sejauh mungkin hingga kakinya yang telah terluka menimbulkan j
Xiao Long mengerjap beberapa kali, darah dari kepala menetes menghalangi pandangannya. Dia memegang sebelah lengannya, menyeret langkah kaki lebih cepat lagi dan lagi. Kini Xiao Long berlari terengah-engah, dia baru dapat melihat jelas di ujung terowongan dua penjaga bertombak tengah berjaga. Mereka berdua menyadari kedatangan Xiao Long dan segera mengambil ancang-ancang.Xiao Long menerobos sembarangan, berkali-kali tangannya ditarik tapi dia tetap dapat meloloskan diri. Dia memasuki sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi. Tanpa berpikir panjang lagi, Xiao Long segera bersembunyi saat melihat akar pohon yang cukup besar. Dia menyandarkan tubuhnya hingga menempel erat pada kayu, mendengar setiap bunyi tapak yang detik demi detik semakin mendekat ke tempatnya.Bahunya gemetar menahan darah yang memaksa keluar dari mulutnya, Xiao Long tak berani mengeluarkan suara sampai mereka menjauh. Dia memasang telinga baik-baik, menunggu waktu yang tepat un
Ikan-ikan yang berenang mengikuti arus sungai berpencar sewaktu bayangan hitam bergerak di atas permukaan sungai. Air memancar tinggi ke atas sewaktu ekor Salamender Api menghantam. Lima hari sudah aliran sungai terhambat oleh tubuh Salamender yang menghalangi jalannya air. Mahkluk itu sekarat, beberapa bagian tubuhnya terkoyak saat jatuh mengenai ujung bebatuan yang tajam.Sementara sayapnya rontok dan patah, kepala Salamender Api tenggelam dalam arus sungai yang deras. Darah dari tubuhnya menyatu dengan aliran air, lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya.Xiao Long mengerjapkan mata beberapa kali, merasakan hidungnya seperti dipatuk oleh sesuatu. Silaunya cahaya dari atas membuat mata Xiao Long sakit, dia melindungi kepalanya dengan lengan tangan yang berlumuran darah. Beberapa bagian tubuhnya terluka parah. Saat duduk telinga Xiao Long berdenging hebat, dia merasakan denyut di bagian kepalanya.Xiao Long baru menyadari dirinya terjatuh
Hari berganti malam, Salamender Api sama sekali tidak bergerak selama beberapa jam. Xiao Long mulai mencemaskan keselamatan siluman itu. Dia mengendap-endap agar bisa mendekati Salamender Api, hanya terdengar dengusan samar. Napas Salamender Api terengah-engah, dia kesakitan karena luka di tubuhnya terus mengucurkan darah.Xiao Long naik ke atas pundak Salamender Api, jantungnya benar-benar hampir lepas saat siluman itu bergerak. Anak itu berjongkok, berjinjit pelan di antara bulu-bulu di tubuh Salamender Api yang telah rontok. Dia terkesima beberapa detik ketika dapat melihat bentuk Salamender Api lebih jelas. Di belahan bumi mana pun tidak ada yang bisa menemukan spesies seperti ini. Lebih terlihat seperti mahkluk mitologi yang hanya diceritakan didongeng."Bertahanlah."Tangan Xiao Long memegang erat tombak kayu yang menancap di leher Salamender Api, dia mulai menariknya tetapi benda itu sama sekali tidak bergerak. Lagi dan lagi Xiao Long menariknya sec
Ketakutan di wajah Xiao Long terlihat jelas, Salamander Api berhenti berteriak. Dia mendekatkan wajahnya penuh amarah, kembali mengeluarkan suara besar yang menyeramkan.Daripada bergerak Xiao Long memilih tak melakukan apa-apa, dia berharap apa yang dikatakan kakeknya benar. Tapi tampaknya keputusan itu salah besar, Xiao Long menatap ngeri pada mulut siluman itu yang tengah terbuka lebar. Membayangkan seberapa banyak manusia yang telah mati di dalam mulut tersebut. Dia baru saja ingin berlari dan segera diurungkannya. Salamander Api memakan tanaman obat yang tumbuh di dinding tebing.Lalu dia mundur, berjalan ke seberang sungai dan duduk di atas sebuah batu besar yang menyatu dengan tanah. Walaupun tidak membunuh Xiao Long, siluman itu tetap tak mengalihkan perhatian darinya. Matanya terus terbuka memperhatikan gerak-gerik Xiao Long yang hanya bisa berdiri kikuk.Xiao Long menatap ke atasnya, rasanya tidak mungkin untuk naik ke atas sendirian.