Share

Ch. 06 - Di Ujung Maut

Menempuh jalur hutan yang jarang dilewati manusia memiliki rintangan tersendiri, begitu banyak marabahaya menanti Xiao Long. Semenjak meninggalkan sekte Awan Merah semuanya berubah menjadi menakutkan. Dia tidak diterima di mana pun, binatang saja enggan melihatnya. 

Xiao Long baru saja menemukan aliran air sungai dan berhenti di sana sembari melepas dahaga. Dia sudah berjalan satu harian, telapak kakinya serasa terbakar saat berdiri di bebatuan sungai yang besar. Jernihnya aliran air memantulkan wajah Xiao Long yang hanya terpaku untuk beberapa saat. Menatap diri sendiri dan tenggelam akan pikirannya. 

Dia hanya sendiri di dunia ini. Dan identitas yang dibawanya takkan pernah berubah. Penyelamat atau bencana. Semua itu berputar-putar di kepalanya. Membuat kepala Xiao Long pusing, dia merebahkan tubuh pada batu besar di pinggir sungai. Menatap birunya langit di atas yang hanya dilewati garis-garis tipis awan. Tanpa disadari waktu telah berlalu dua jam dengan dirinya yang masih melamun.

Xiao Long terdiam beberapa menit saat matanya menangkap suatu keanehan. Dia tidak bisa mengatakan itu apa dan apakah matanya salah lihat.

Seorang laki-laki tengah hanyut di bawa aliran sungai yang tak begitu kencang. Dia tertawa-tawa sambil menikmati pemandangan di atasnya.

Xiao Long berdiri, berbicara canggung. Suaranya terdengar begitu canggung. "Apakah anda baik-baik saja?"

Sosok itu mengarahkan perhatiannya ke sebelah di mana Xiao Long tengah berdiri di atas batu. Khawatir melihatnya. "Oh, hahahaha. Aku hanyut di sini dan tidak tahu cara meluruskan pinggangku. Apa kau tidak keberatan membantuku?"

"Aku akan menolongmu."

Xiao Long mendekat ke arahnya, dia lihai dalam berenang. Tak membutuhkan waktu lama hingga laki-laki itu berhasil diselamatkan. 

"Uhuk—! Argh, sialan. Sepertinya seekor gajah masuk ke mulutku. Anak muda, injak lututku sebentar.?"

Xiao Long terkejut, aliran darah menetes di sudut bibir laki-laki itu. "Anda terluka!"

"Bukan laki-laki jika tidak terluka! Hais, aku menyuruhmu menginjak lututku. Aku tak akan bisa bergerak, tubuhku mati rasa."

Xiao Long awalnya ragu-ragu tetapi karena laki-laki itu memaksa tidak ada yang bisa diperbuatnya selain menurut. Terdengar bunyi gemeretak yang membuat telinga Xiao Long ngilu. Dia meminta maaf berulang kali. Laki-laki itu sampai menjerit saat diinjak lututnya. 

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sudah biasa juga. Terima kasih atas pertolongannya. Lain kali kita berjumpa."

Dia sudah hendak berdiri, menghadirkan banyak pertanyaan di kepala Xiao Long. Siapa laki-laki yang menenteng dua pedang sekaligus itu. Dan caranya bertindak melambangkan bahwa dirinya bukanlah pendekar ataupun pengelana biasa. Lebih dari itu, laki-laki tersebut membawa sebuah lambang kehormatan yang biasa diukir di dinding istana Kaisar 

"Boleh aku tahu siapa nama Anda?" Xiao Long buru-buru berkata selagi laki-laki itu masih ada di pandangannya, hanya lambaian tangan terlihat. Dan sebelum memasuki hutan, laki-laki itu berkata.

"Gu Xue. Kita akan berjumpa lagi suatu saat nanti."

Nama itu seperti tak asing bagi Xiao Long, tetapi dia juga tak tahu di mana dirinya mendengar nama tersebut. Xiao Long mendengus dan kembali ke tempatnya semula. Hingga akhirnya matahari turun dan hari hendak berganti malam.

"Gawat, aku tidak boleh di sini lebih lama. Binatang buas dan siluman biasanya akan muncul pada malam hari."

Xiao Long berencana menemukan jalan keluar dari hutan tersebut tetapi dia dikagetkan oleh kehadiran asing yang mengintainya di balik rumput-rumput tinggi. Geraman dan tatapan buas yang kelaparan tengah mengincarnya semenjak satu jam lalu dan Xiao Long baru menyadari hal itu. 

Lagi-lagi serigala liar bergerombolan datang ke arahnya saat Xiao Long nyaris memasuki hutan. Mereka tak hanya dua, ada lebih banyak serigala yang datang. Sekitar lima belas serigala menuju kepadanya. Menatap Xiao Long selayaknya makan malam mereka. 

Langkah Xiao Long seketika gemetar. Dia tak tahu harus berbuat apa selain mundur dan mengambil ranting-ranting kayu kecil. Berusaha berteriak dan mengusir binatang tersebut tetapi tak membuahkan hasil. Justru yang terjadi serigala liar itu semakin marah dan menyudutkannya. Hingga Xiao Long kehabisan langkah dan di belakangnya hanya ada sungai dalam yang memiliki arus kencang. Malam membuat sungai itu menjadi buas. Xiao Long tak akan bisa melewati sungai itu, dia pasti akan tenggelam. Sementara para binatang buas itu terus menghimpitnya, membuat Xiao Long kehabisan langkah.

Ranting di tangan Xiao Long patah saat seekor serigala menggigitnya, meraung memanggil temannya yang lain. kaki Xiao Long semakin gemetar ketika satu serigala sudah mengambil ancang-ancang untuk menerkam ke arahnya. Bersiap untuk mengoyak tubuhnya dalam hitungan ketiga.

Xiao Long mengambil batu besar dan melemparkannya ke arah para serigala dan berlari secepat yang dia bisa. Salah satu serigala yang terkena lemparan batu tepat di kepala mengamuk, meraung kencang dan berlari sembari mencakar pepohonan. 

Di tengah hutan yang gelap itu Xiao Long tak bisa melihat apa pun, dia hanya bisa mempercayakan nyawanya pada kedua kakinya yang kini berlari demi nyawanya sendiri. Keringat dingin membanjiri pelipis Xiao Long di tengah malam berkabut itu, padahal hari baru saja memasuki malam dan dirinya sudah dihadapkan pada maut yang mengerikan.

Dari kejauhan Xiao Long dapat melihat cahaya, napasnya tersengal berat. Namun di sisi lain dia sedikit lega, setidaknya dia masih dapat menemukan pemukiman manusia. Hanya beberapa meter lagi hendak memasuki perkampungan tersebut tubuhnya ditubruk oleh sesuatu yang berat. Salah satu serigala melompat ke arahnya, Xiao Long berusaha melepaskan diri dari tubuh serigala tersebut tetapi kakinya tersangkut oleh akar pohon. 

Saat sedang panik melepaskan kakinya, Xiao Long dapat mendengar derap kaki bersusulan di sampingnya. Gerombolan serigala meraung kencang, bersahutan di segala tempat. Kini tak hanya lima belas serigala yang mengincarnya, jantungnya memacu kian cepat. 

Padahal hanya butuh beberapa langkah lagi untuk sampai di pemukiman manusia tersebut. Xiao Long tak bisa mempercayai semua yang terjadi hari ini. Semua ini adalah mimpi buruk. Dia hanya bisa berharap keberuntungan masih berpihak padanya. 

Tak lama terdengar lolongan menggema dari tengah hutan. Xiao Long tak bisa memastikan suara apakah itu. Namun suara tersebut berhasil membuat para serigala terdiam di tempat, mereka ketakutan.

Menyadari hal itu Xiao Long tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menendang kuat tubuh serigala yang sedari tadi hendak menikamnya. Menghunuskan ranting kayu tepat di sebelah bola mata sang serigala, membuat binatang itu menjerit kesakitan.

Xiao Long segera kabur dari sana, melompati parit-parit besar yang menjadi pembatas antara hutan dan perkampungan. Dia berlari semakin kencang, hingga kakinya sulit untuk berhenti. Tubuh kecil Xiao Long menabrak sebuah pintu rumah. Mengetuknya puluhan kali tanpa jeda sambil berteriak meminta tolong.

Hanya sekilas, terlihat bayangan laki-laki dan perempuan yang menatap iba padanya. Mereka tak melakukan apa pun lagi dan hanya menatapnya lewat tirai jendela yang kini ditutup. Xiao Long melakukan hal yang sama ke semua rumah dan tak ada satu pun yang mau membukakan pintu untuknya.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Mirles
tega sekali, masa lihat anak kecil dalam bahaya tidak mau menolong ...
goodnovel comment avatar
Putri
sukses tercapai aik dan utuh
goodnovel comment avatar
Shella Dempster
ternyata harus bayar toh....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status