Hati yang dingin. Manusia di perkampungan ini hanya mempedulikan tidurnya yang lelap dibandingkan membukakan pintu untuknya. Xiao Long tersenyum tak percaya, dia mendengar langkah kaki binatang yang menggema di jalanan. Membuat debu-debu kering beterbangan. Mata-mata merah para serigala menangkap keberadaan Xiao Long. Anak itu merangkak ketakutan. Berusaha lari sekencang-kencangnya, melompati pagar tinggi dan menatap ke belakangnya sekali lagi. Perkampungan itu menjadi pembelajaran pertamanya. Tentang bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja.
Menempuh perjalanan yang terjal, Xiao Long lagi dan lagi hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Dia yakin tempat ini masih terhubung deng
Kaki Xiao Long berusaha untuk menyeret tubuhnya ke belakang di mana para manusia sudah ambil posisi untuk menyerang mahkluk tersebut. Mereka memakai zirah perang dan senjata tajam. Beberapa panah berapi berhasil menancap di tubuh mahkluk itu, membuatnya melompat kesakitan. Matanya yang semula hitam berubah menjadi merah, menyapu pandangannya pada manusia-manusia yang memeranginya. Tombak dan anak panah menancap penuh di tubuh tersebut, disertai tawa dan sorak-sorai yang terdengar heboh. Manusia itu kemungkinan adalah pendekar yang kebetulan sedang berburu siluman. Mereka tampak antusias untuk menyerang siluman yang tengah tak berdaya tersebut. Xiao Long dapat melihat siluman itu kesakitan. Tak ada yang membantunya di sana. Seperti saat dirinya meminta pertolongan dari orang-orang. Xiao Long berteriak kencang."Lepaskan dia!" Namun hanya gertakan itu tak serta-merta membuat pendekar itu berhenti menyiksa mahkluk tersebut. Xiao Long berteriak
Langkah para siluman pelan-pelan mendekati Xiao Long, mereka memasang gelagat waspada sambil terus mengitarinya. Menunggu anak manusia itu lengah agar bisa melakukan serangan. Dilihat dari tubuhnya yang lemah saja sudah tentu dalam satu serangan Xiao Long akan tumbang. Mereka menggertak sambil menggeram keras.Sementara itu Xiao Long masih berdiri di tempatnya, mengawasi setiap pergerakan yang akan mengancam nyawanya. Ada tiga siluman yang berada di sekitarnya dan tanpa diduga serangan sudah dimulai. Xiao Long menepi saat tangan besar beruang nyaris mengenai kepalanya, dia setengah berjongkok. Tak menyadari dari arah belakangnya mulut harimau terbuka lebar, siap menelannya hidup-hidup. Xiao Long menoleh merasakan nyawanya terancam dan melihat ketika gigi taring itu hendak menembus kepalanya, siluman lain mendorong harimau tersebut dan berganti menyerangnya.Xiao Long berusaha kabur sejauh mungkin hingga kakinya yang telah terluka menimbulkan j
Xiao Long mengerjap beberapa kali, darah dari kepala menetes menghalangi pandangannya. Dia memegang sebelah lengannya, menyeret langkah kaki lebih cepat lagi dan lagi. Kini Xiao Long berlari terengah-engah, dia baru dapat melihat jelas di ujung terowongan dua penjaga bertombak tengah berjaga. Mereka berdua menyadari kedatangan Xiao Long dan segera mengambil ancang-ancang.Xiao Long menerobos sembarangan, berkali-kali tangannya ditarik tapi dia tetap dapat meloloskan diri. Dia memasuki sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi. Tanpa berpikir panjang lagi, Xiao Long segera bersembunyi saat melihat akar pohon yang cukup besar. Dia menyandarkan tubuhnya hingga menempel erat pada kayu, mendengar setiap bunyi tapak yang detik demi detik semakin mendekat ke tempatnya.Bahunya gemetar menahan darah yang memaksa keluar dari mulutnya, Xiao Long tak berani mengeluarkan suara sampai mereka menjauh. Dia memasang telinga baik-baik, menunggu waktu yang tepat un
Ikan-ikan yang berenang mengikuti arus sungai berpencar sewaktu bayangan hitam bergerak di atas permukaan sungai. Air memancar tinggi ke atas sewaktu ekor Salamender Api menghantam. Lima hari sudah aliran sungai terhambat oleh tubuh Salamender yang menghalangi jalannya air. Mahkluk itu sekarat, beberapa bagian tubuhnya terkoyak saat jatuh mengenai ujung bebatuan yang tajam.Sementara sayapnya rontok dan patah, kepala Salamender Api tenggelam dalam arus sungai yang deras. Darah dari tubuhnya menyatu dengan aliran air, lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya.Xiao Long mengerjapkan mata beberapa kali, merasakan hidungnya seperti dipatuk oleh sesuatu. Silaunya cahaya dari atas membuat mata Xiao Long sakit, dia melindungi kepalanya dengan lengan tangan yang berlumuran darah. Beberapa bagian tubuhnya terluka parah. Saat duduk telinga Xiao Long berdenging hebat, dia merasakan denyut di bagian kepalanya.Xiao Long baru menyadari dirinya terjatuh
Hari berganti malam, Salamender Api sama sekali tidak bergerak selama beberapa jam. Xiao Long mulai mencemaskan keselamatan siluman itu. Dia mengendap-endap agar bisa mendekati Salamender Api, hanya terdengar dengusan samar. Napas Salamender Api terengah-engah, dia kesakitan karena luka di tubuhnya terus mengucurkan darah.Xiao Long naik ke atas pundak Salamender Api, jantungnya benar-benar hampir lepas saat siluman itu bergerak. Anak itu berjongkok, berjinjit pelan di antara bulu-bulu di tubuh Salamender Api yang telah rontok. Dia terkesima beberapa detik ketika dapat melihat bentuk Salamender Api lebih jelas. Di belahan bumi mana pun tidak ada yang bisa menemukan spesies seperti ini. Lebih terlihat seperti mahkluk mitologi yang hanya diceritakan didongeng."Bertahanlah."Tangan Xiao Long memegang erat tombak kayu yang menancap di leher Salamender Api, dia mulai menariknya tetapi benda itu sama sekali tidak bergerak. Lagi dan lagi Xiao Long menariknya sec
Ketakutan di wajah Xiao Long terlihat jelas, Salamander Api berhenti berteriak. Dia mendekatkan wajahnya penuh amarah, kembali mengeluarkan suara besar yang menyeramkan.Daripada bergerak Xiao Long memilih tak melakukan apa-apa, dia berharap apa yang dikatakan kakeknya benar. Tapi tampaknya keputusan itu salah besar, Xiao Long menatap ngeri pada mulut siluman itu yang tengah terbuka lebar. Membayangkan seberapa banyak manusia yang telah mati di dalam mulut tersebut. Dia baru saja ingin berlari dan segera diurungkannya. Salamander Api memakan tanaman obat yang tumbuh di dinding tebing.Lalu dia mundur, berjalan ke seberang sungai dan duduk di atas sebuah batu besar yang menyatu dengan tanah. Walaupun tidak membunuh Xiao Long, siluman itu tetap tak mengalihkan perhatian darinya. Matanya terus terbuka memperhatikan gerak-gerik Xiao Long yang hanya bisa berdiri kikuk.Xiao Long menatap ke atasnya, rasanya tidak mungkin untuk naik ke atas sendirian.
Xiao Long memutar otak agar Salamander Api selamat. Dia tidak akan bisa bertarung dengan luka separah itu. Dan kelihatanya para serigala hutan hendak memakan tubuh Salamander Api sebagai santapan makan malam. Mereka menarik-narik ekor dan sayapnya hingga beberapa mulai terkelupas. Xiao Long mengambil beberapa batu dan melemparkannya ke arah kawanan serigala. Namun hal itu tak cukup untuk mengalihkan perhatian mereka.Dia berlari ke tempat di mana dirinya sempat dikejar oleh ular, Xiao Long mengambil bungkusan kain kecil yang tersimpan di dalam kotak kayu. Erangan Salamander Api membuat fokusnya buyar, siluman itu bisa dibuat mati oleh kawanan serigala. Setelah itu pasti Xiao Long akan menjadi sasaran berikutnya.Kedua tangannya yang menggenggam batu bergetar, Xiao Long harus menciptakan api agar bubuk itu meledak. Berulang kali tangannya mengadu dua benda itu hingga menimbulkan percikan api, waktu berlalu begitu lama dan Xiao Long hampir putus asa."Ayolah .
Tangannya berusaha meraih gagang pedang yang terlihat unik tersebut, tetapi Xiao Long berhenti melakukannya. Dia merasa ada yang salah dengan tempat tersebut terlebih lagi makam ini berada di tempat yang sangat-sangat tersembunyi. Tidak ada orang gila yang mau menjatuhkan diri ke jurang hanya untuk menguburkan orang tersebut. Serta senjata yang kini berada di depan jarinya mengeluarkan hawa-hawa misterius yang membunuh.Xiao Long memalingkan wajahnya ke kanan dan kiri, memastikan apakah di sekitar ada sosok lain yang berada di sini. Nihil, sesuai dugaannya tempat ini benar-benar kosong. Hanya ada sebilah pedang yang tertancap di sebuah makam tanpa nama.Suara-suara aneh dari tempat tersebut memiliki gema yang timbul tenggelam menaikkan bulu kuduk. Xiao Long frustrasi, dia ingin membawa pedang itu bersamanya tapi perasaan terancam dan juga hawa menakutkan yang dimiliki pedang tersebut membuatnya tak yakin.Ditariknya napas perlahan-lahan lalu membuang