Xiao Long yang pucat pasi sadar tak sadar dengan kehadiran seseorang di belakangnya, masih setengah tak percaya. Senyum di wajahnya menampakkan kegetiran.
"Aku ingin melindungi orang-orang yang penting bagiku."Lelaki itu tertawa singkat, "Maka jadilah seorang pendekar yang hebat. Sepuluh Terkuat, dikenal sebagai para pengawal Kaisar Qing. Dengan begitu, kau dapat melindungi semua orang dengan kedua tanganmu."
Xiao Long menatap kedua tangannya, tak percaya apakah tangan itu dapat menyelamatkan ratusan hingga ribuan nyawa. Dia terlalu lemah. Bahkan untuk sekedar percaya bahwa perkataan orang itu benar adanya.
"Aku ..." Xiao Long mengepalkan kedua tangan, lalu menggeleng. "Tidak ada lagi yang bisa kulindungi. Mereka sudah tiada."
Setelah itu Xiao Long berjalan membelakangi pria itu, memasuki rumahnya yang sepi tak berpenghuni. Berpikir dia akan mati tak lama lagi di tempat tersebut.
"Kau paling mengerti mengapa kehilangan membuat manusia tidak berdaya." Pria itu mendekat, duduk di tepi rumah sambil memperhatikan kuburan baru yang basah oleh hujan.
"Sebelumnya namaku Bai Huang. Tak lama lagi aku juga akan menemui ajalku." Pria itu berterus terang, tanpa mempedulikan bagaimana respon Xiao Long yang kebingungan. "Aku terkena sebuah racun yang akan merenggut nyawaku. Maka dari itu aku datang kemari," ujarnya. Xiao Long menyatukan kedua alis. "Tidak ada yang bisa tuan cari di sini, hanya ada sebuah desa yang ditinggalkan."
"Justru, karena itu aku mencarimu." Bai Huang menatap lurus ke arah mata Xiao Long yang sepekat tinta. "Sang pemilik kegelapan. Anak dari sebuah klan yang dibantai ratusan tahun silam. Xiao Long, namamu. Peramal Kekaisaran mengatakan bahwa akan terjadi bencana besar di Kekaisaran ini dan memimpikan seorang anak kecil dengan mata sehitam jelaga. Kau, adalah inti dari ramalan yang datang itu."
Xiao Long gemetar di tempatnya, saat Bai Huang kian mendekat. "Kau akan membunuhku?"
"Peramal itu juga meramalkan hal lainnya, tentang Sang Mata Api yang tinggal sendiri di sebuah desa yang ditinggalkan dan akan menjadi penyelamat atas bencana tersebut. Kedua ramalan itu tertuju padamu. Dan aku tak bisa menentukan kau adalah sosok bencana atau sang penyelamat."
Xiao Long tidak bisa mengabaaikannya begitu saja, Bai Huang memiliki lencana yang menandakan bahwa dirinya adalah bagian penting dari Kekaisaran Qing, Sepuluh Terkuat. Begitu mereka menyebutnya.
Bencana yang diramalkan akan menimpa Kekaisaran Qing adalah pertanda buruk bagi Sang Kaisar sehingga Bai Huang diutus langsung untuk menyelidiki. Bai Huang tidak bisa memutuskan apakah dia harus membunuh Xiao Long atau tidak, jika dia membunuh Xiao Long yang ternyata adalah penyelamat, maka laki-laki itu akan menyesal seumur hidup. Begitu pula sebaliknya.
"Lalu apa yang akan tuan lakukan padaku?"Bai Huang berpikir sebentar, lalu tersenyum setelahnya. "Aku akan menjadi gurumu. Dengan begitu aku bisa memastikan kau bukanlah bencana itu. Dalam satu tahun sebelum kematianku, jadilah murid yang baik dan patuh."
Xiao Long mengangguk, gemetar pada tangannya berhenti. "B-baik, Guru."
"Ikutlah denganku ke perguruan, di sana kau bisa berlatih ilmu berpedang bersamaku."
*
Xiao Long meringis kesakitan.
Pukulan pedang kayu Bai Huang seperti mematahkan pinggangnya, enam bulan berlalu semenjak kematian kakek dan adiknya. Kini Xiao Long menjadi murid resmi di sekte Awan Merah.
Sebuah tempat di mana klan Bai memimpin perguruan tersebut. Klan elit yang mendapatkan kehormatan karena salah satu anggota keluarga mereka menjadi satu dari Sepuluh Terkuat di Kekaisaran Qing.
"Hanya sampai di situ kemampuanmu, Xiao Long?!"
Xiao Long menggeram, memainkan pedangnya dengan serangan menukik tetapi Bai Huang sudah lebih dulu memperkirakan dan mengambil celah untuk menyerang balik bahu Xiao Long.
Anak itu jatuh tersungkur, tubuhnya terluka dan lebam di mana-mana. Namun tanpa gentar Xiao Long bangkit. Tekad yang membuat Bai Huang kagum dan takut di saat bersamaan.
Setelah melihat kebaikan hati Xiao Long enam bulan ini membuat Bai Huang yakin Xiao Long adalah penyelamat yang diramalkan. Tapi tak menutupi kekhawatirannya atas ramalan sang bencana. Ramalan yang diperkirakan oleh Yu Xian, wanita berusia 102 tahun yang tak pernah meleset dalam perkiraannya.
Itu artinya, bencana yang dikabarkan akan melanda Kekaisaran Qing akan terjadi beberapa tahun mendatang.
Karena terlalu larut dalam pikiran sendiri, Bai Huang tak menyadari bahwa sebuah pukulan pedang kayu tanpa diduga melesat memukul lehernya. Bai Huang mengelak, matanya terbuka saat menyadari angin dari pedang itu merobek sedikit kulit lehernya hingga meneteskan darah.
Tebasan pedang horizontal dengan kecepatan penuh dan keseimbangan yang utuh, aliran pedang klan Xiao yang telah lama hilang dari muka bumi ternyata diturunkan kepada Xiao Long. Bai Huang terkejut, dia tahu benar soal aliran pedang itu.
Bai Huang menstabilkan deru napasnya, "Latihannya sampai di sini saja."Lalu Bai Huang pergi meninggalkan Xiao Long. Beberapa murid lain yang sengaja menonton latih tanding itu dibuat terpana, mereka tak pernah melihat teknik itu karena tak pernah diajarkan di sekte Awan Merah.
"Jadi benar dia Sang Bencana yang dikabarkan oleh peramal kekaisaran?" bisik-bisik terdengar halus, Xiao Long tak berani mengangkat kepala karena mereka adalah seniornya.
"Ya, lihatlah. Matanya sehitam jelaga. Anak terakhir dari klan Xiao yang dulunya menjadi kehancuran satu kota di kekaisaran kita. Mereka bencana, untuk apa Patriark Bai membawanya ke sini sedangkan anak itu hanya akan membawa petaka bagi semua orang?"
"Kita harus memprotes ini, setidaknya kepada para tetua. Mereka pasti akan mendengarkan kita."
Tak jelas lagi mereka membisikkan apa setelah itu, Xiao Long hanya mendengarkan suara kecil yang tidak jelas. Daripada itu dia memilih mengasingkan diri, sejak memasuki sekte ini dia tak memiliki teman. Mungkin karena mereka jauh lebih berada dibandingkannya. Klan Bai adalah salah satu klan bangsawan yang menyumbangkan pendekar berkualitas, maka tak heran kedudukan mereka termasuk tinggi di dalam kekaisaran.
Baru saja berjalan, sesuatu terlempar mengenai kepalanya. Xiao Long menyentuh rambutnya dan merasakan sesuatu yang basah di sana disertai bau yang begitu menyengat.
Kotoran kuda. Seseorang menjahilinya dengan kotoran hewan itu. Xiao Long membalikkan badan berusaha menangkap siapa pelakunya. Sayangnya para murid yang lebih tua di sana beralih berbincang sambil tertawa-tawa seolah tak melihat apa-apa. Ini bukan yang pertama kalinya mereka melakukan hal demikian. Tiga bulan sudah, bahkan kadang sampai nekat memasukkan ular berbisa ke kamar Xiao Long.
"Apa-apaan tatapanmu itu? Mau menantang?"
Sadar tak sadar tatapannya mengundang kemarahan senior lain, Xiao Long membungkukkan badan. "Tidak, maafkan saya."
Tendangan berat menghantam perut Xiao Long hingga ambruk ke tanah memegang perut kesakitan. Dua yang lain menendang Xiao Long yang mencoba melindungi diri dengan kedua tangan.
"Dasar orang miskin tidak tahu diri!""Sadari posisimu, binatang bau!""Mati saja kau, pembawa sial!"Xiao Long dibuat hingga babak belur, tidak ada yang melihat mereka saat itu. Semakin menjadi perbuatan bahkan Xiao Long hampir dibuat pingsan. Marah dan benci menguasai Xiao Long, dia juga berhak untuk mempertahankan diri namun tidak bisa dilakukannnya demi menjaga nama baik Bai Huang. Sebagai murid, Xiao Long tak ingin berbuat sesuatu yang hanya akan membuat nama gurunya tercoreng.
Sore hari di mana petang sudah berganti malam yang hening. Xiao Long terbangun, dia dibuat pingsan oleh senior-seniornya. Sebelah tangannya terasa seperti akan patah, begitu juga kakinya. Darah mengalir di sudut bibir Xiao Long yang kini melewati lorong-lorong asrama, hendak kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya.Namun yang dia lihat sekarang adalah kamar yang berantakan. Beberapa pakaian dirobek dan diinjak dengan sepatu kotor. Xiao Long bahkan tak sempat membersihkan dirinya yang berbau kotoran kuda, mendapati tiga orang senior yang tadi menyiksanya telah berdiri menunggu di atas meja, melipat kedua tangan dengan tatapan mata pongah."Kau masih berpikir untuk kembali? Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawamu kuhabisi. Kau mengejekku?"Dua orang menarik Xiao Long dengan paksa ke dalam ruangan, menghadap Gu Xian yang tengah dilalap kemurkaannya sendiri. Pedang dia tarik hingga
Menempuh jalur hutan yang jarang dilewati manusia memiliki rintangan tersendiri, begitu banyak marabahaya menanti Xiao Long. Semenjak meninggalkan sekte Awan Merah semuanya berubah menjadi menakutkan. Dia tidak diterima di mana pun, binatang saja enggan melihatnya. Xiao Long baru saja menemukan aliran air sungai dan berhenti di sana sembari melepas dahaga. Dia sudah berjalan satu harian, telapak kakinya serasa terbakar saat berdiri di bebatuan sungai yang besar. Jernihnya aliran air memantulkan wajah Xiao Long yang hanya terpaku untuk beberapa saat. Menatap diri sendiri dan tenggelam akan pikirannya. Dia hanya sendiri di dunia ini. Dan identitas yang dibawanya takkan pernah berubah. Penyelamat atau bencana. Semua itu berputar-putar di kepalanya. Membuat kepala Xiao Long pusing, dia merebahkan tubuh pada batu besar di pinggir sungai. Menatap birunya langit di atas yang hanya dilewati garis-garis tipis awan. Tanpa disadari waktu telah berlalu dua jam dengan
Malam itu, Xiao Long baru menyadari betapa kerasnya hidup di luar. Dia selalu tak mempercayai omongan kakeknya. Dia selalu tak menghargai kehidupan aman yang selalu diberikan kakeknya dan bersikeras untuk pergi ke luar. Menemui hal berbahaya dan merasa sanggup untuk melewati itu semua. Hati yang dingin. Manusia di perkampungan ini hanya mempedulikan tidurnya yang lelap dibandingkan membukakan pintu untuknya. Xiao Long tersenyum tak percaya, dia mendengar langkah kaki binatang yang menggema di jalanan. Membuat debu-debu kering beterbangan. Mata-mata merah para serigala menangkap keberadaan Xiao Long. Anak itu merangkak ketakutan. Berusaha lari sekencang-kencangnya, melompati pagar tinggi dan menatap ke belakangnya sekali lagi. Perkampungan itu menjadi pembelajaran pertamanya. Tentang bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja. Menempuh perjalanan yang terjal, Xiao Long lagi dan lagi hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Dia yakin tempat ini masih terhubung deng
Kaki Xiao Long berusaha untuk menyeret tubuhnya ke belakang di mana para manusia sudah ambil posisi untuk menyerang mahkluk tersebut. Mereka memakai zirah perang dan senjata tajam. Beberapa panah berapi berhasil menancap di tubuh mahkluk itu, membuatnya melompat kesakitan. Matanya yang semula hitam berubah menjadi merah, menyapu pandangannya pada manusia-manusia yang memeranginya. Tombak dan anak panah menancap penuh di tubuh tersebut, disertai tawa dan sorak-sorai yang terdengar heboh. Manusia itu kemungkinan adalah pendekar yang kebetulan sedang berburu siluman. Mereka tampak antusias untuk menyerang siluman yang tengah tak berdaya tersebut. Xiao Long dapat melihat siluman itu kesakitan. Tak ada yang membantunya di sana. Seperti saat dirinya meminta pertolongan dari orang-orang. Xiao Long berteriak kencang."Lepaskan dia!" Namun hanya gertakan itu tak serta-merta membuat pendekar itu berhenti menyiksa mahkluk tersebut. Xiao Long berteriak
Langkah para siluman pelan-pelan mendekati Xiao Long, mereka memasang gelagat waspada sambil terus mengitarinya. Menunggu anak manusia itu lengah agar bisa melakukan serangan. Dilihat dari tubuhnya yang lemah saja sudah tentu dalam satu serangan Xiao Long akan tumbang. Mereka menggertak sambil menggeram keras.Sementara itu Xiao Long masih berdiri di tempatnya, mengawasi setiap pergerakan yang akan mengancam nyawanya. Ada tiga siluman yang berada di sekitarnya dan tanpa diduga serangan sudah dimulai. Xiao Long menepi saat tangan besar beruang nyaris mengenai kepalanya, dia setengah berjongkok. Tak menyadari dari arah belakangnya mulut harimau terbuka lebar, siap menelannya hidup-hidup. Xiao Long menoleh merasakan nyawanya terancam dan melihat ketika gigi taring itu hendak menembus kepalanya, siluman lain mendorong harimau tersebut dan berganti menyerangnya.Xiao Long berusaha kabur sejauh mungkin hingga kakinya yang telah terluka menimbulkan j
Xiao Long mengerjap beberapa kali, darah dari kepala menetes menghalangi pandangannya. Dia memegang sebelah lengannya, menyeret langkah kaki lebih cepat lagi dan lagi. Kini Xiao Long berlari terengah-engah, dia baru dapat melihat jelas di ujung terowongan dua penjaga bertombak tengah berjaga. Mereka berdua menyadari kedatangan Xiao Long dan segera mengambil ancang-ancang.Xiao Long menerobos sembarangan, berkali-kali tangannya ditarik tapi dia tetap dapat meloloskan diri. Dia memasuki sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi. Tanpa berpikir panjang lagi, Xiao Long segera bersembunyi saat melihat akar pohon yang cukup besar. Dia menyandarkan tubuhnya hingga menempel erat pada kayu, mendengar setiap bunyi tapak yang detik demi detik semakin mendekat ke tempatnya.Bahunya gemetar menahan darah yang memaksa keluar dari mulutnya, Xiao Long tak berani mengeluarkan suara sampai mereka menjauh. Dia memasang telinga baik-baik, menunggu waktu yang tepat un
Ikan-ikan yang berenang mengikuti arus sungai berpencar sewaktu bayangan hitam bergerak di atas permukaan sungai. Air memancar tinggi ke atas sewaktu ekor Salamender Api menghantam. Lima hari sudah aliran sungai terhambat oleh tubuh Salamender yang menghalangi jalannya air. Mahkluk itu sekarat, beberapa bagian tubuhnya terkoyak saat jatuh mengenai ujung bebatuan yang tajam.Sementara sayapnya rontok dan patah, kepala Salamender Api tenggelam dalam arus sungai yang deras. Darah dari tubuhnya menyatu dengan aliran air, lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya.Xiao Long mengerjapkan mata beberapa kali, merasakan hidungnya seperti dipatuk oleh sesuatu. Silaunya cahaya dari atas membuat mata Xiao Long sakit, dia melindungi kepalanya dengan lengan tangan yang berlumuran darah. Beberapa bagian tubuhnya terluka parah. Saat duduk telinga Xiao Long berdenging hebat, dia merasakan denyut di bagian kepalanya.Xiao Long baru menyadari dirinya terjatuh
Hari berganti malam, Salamender Api sama sekali tidak bergerak selama beberapa jam. Xiao Long mulai mencemaskan keselamatan siluman itu. Dia mengendap-endap agar bisa mendekati Salamender Api, hanya terdengar dengusan samar. Napas Salamender Api terengah-engah, dia kesakitan karena luka di tubuhnya terus mengucurkan darah.Xiao Long naik ke atas pundak Salamender Api, jantungnya benar-benar hampir lepas saat siluman itu bergerak. Anak itu berjongkok, berjinjit pelan di antara bulu-bulu di tubuh Salamender Api yang telah rontok. Dia terkesima beberapa detik ketika dapat melihat bentuk Salamender Api lebih jelas. Di belahan bumi mana pun tidak ada yang bisa menemukan spesies seperti ini. Lebih terlihat seperti mahkluk mitologi yang hanya diceritakan didongeng."Bertahanlah."Tangan Xiao Long memegang erat tombak kayu yang menancap di leher Salamender Api, dia mulai menariknya tetapi benda itu sama sekali tidak bergerak. Lagi dan lagi Xiao Long menariknya sec