Di sepanjang jalan hutan sudah berapa kali Xiao Long tergelincir, darah mengalir dari robekan di tempurung kakinya. Namun tak menyurutkan niat Xiao Long untuk melarikan diri.
Tiga hari terkurung rasa khawatir akan adiknya Xiao Yin semakin menjadi-jadi, Xiao Long menyesal mengapa dia begitu lemah hanya untuk sekedar melarikan diri.
Laki-laki Zirah Hitam terus menjaga kurungan, tak melepaskan pandangan mereka sedikit pun darinya. Saat mendapatkan kesempatan Xiao Long segera melarikan diri. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja.
Alur pelarian yang menuruni bukit membuat kaki Xiao Long tergelincir kembali, tubuhnya jatuh menabrak batang pohon dan terus menggelinding ke bawah. Saat terbangun dari jatuh, Xiao Long memutar pandangan segera, mengenali tempat itu adalah tempat ketika dia tertangkap dan Xiao Yin terlepas dari tangannya.
Sekali lagi Xiao Long memutar pandangan, tak mendengar tangisan atau apa pun. Jantungnya berdetak semakin cepat, menakuti satu kemungkinan terburuk bahwa adiknya telah mati diserang binatang buas. Rasa panik semakin menjalar tatkala Xiao Long menemukan potongan baju adiknya yang telah terkoyak. Dia mengikuti bekas jejak kaki darah dan tiba di sebuah daerah yang dikuasai sekumpulan serigala hutan.
Dan di titik itu dia dapat melihat sesosok jasad anak kecil yang terbakar dan hampir tak berbentuk tengah dikoyak oleh mulut-mulut serigala yang mengeluarkan air liur.
Kawanan serigala menatapnya beringas seolah-olah Xiao Long adalah mangsa mereka selanjutnya."Yin'er ...?"
Lutut Xiao Long seperti kehilangan daya, dia jatuh berlutut dalam ketidakpercayaan. Apa yang dilihatnya sekarang sama seperti saat dia melihat sang kakek terpenggal. Dulu, ayahnya pernah mengatakan bahwa dunia itu kejam. Xiao Long berpikir bahwa kekejaman itu hanya sebatas ketidakadilan pihak pemerintah pada golongan bawah sepertinya.
Akan tetapi, kematian Xiao Yin dan Xiao Qizuan telah membuatnya sadar. Dunia ini kejam dalam segala bentuk paling sadis di muka bumi.
"Hoi, bocah! Apa yang kau lakukan di sana?! Kau mau mati?!" teriakan menyahut-nyahut dari atas, mereka adalah Zirah Hitam. Xiao Long tak memedulikan sekumpulan serigala yang hendak memakannya saat ini. Dia murka bukan main. Air mata tumpah dengan semena-mena di matanya. Namun Xiao Long sama sekali tidak berteriak atau meratapi kematian adiknya.
"Bocah itu, Ketua! Bagaimana ini?Apa kita harus menangkapnya lagi?"
"Biarkan saja dia. Nanti juga mati dengan sendirinya."
Rombongan pendekar itu pergi, Xiao Long memperhatikan punggung mereka dengan kebencian yang teramat sangat. Membuang dirinya pada sekumpulan serigala setelah seenaknya membunuh kakek dan adik yang begitu disayanginya.
"Keparat! Bajingan sialan! Pendekar busuk!" Xiao Long berteriak hingga pita suaranya seperti akan meledak. Semua itu tak serta-merta menghilangkan kepedihan di hatinya. Seumur hidup sekalipun, Xiao Long tak pernah mengumpat seperti itu karena Xiao Qizuan begitu membenci kata-kata kotor yang hanya akan mendatangkan keburukan.
Teriakan melolong Xiao Long menimbulkan geraman di antara serigala-serigala buas, liur jatuh di gigi mereka yang sangat tajam. Berdarah oleh daging anak kecil yang baru saja mereka makan.
Xiao Long yang telah dilalap kemurkaan sampai tak menyadari bahwa serigala itu kompak menyerang, dia menghindar dalam ketakutan dan kemarahan yang masih campur aduk.
"Kalian tak jauh bedanya dengan pendekar busuk itu ...."
Jarak Xiao Long dengan kawanan serigala semakin memendek, Xiao Long takkan pernah bisa menang jika disandingkan dengan binatang buas seperti mereka. Dalam serangan selanjutnya Xiao Long terpojok, sementara kakinya menyenggol akar kaki pohon. Membuatnya jatuh terduduk.
Serigala yang paling besar menerjang, tepat di depan wajah Xiao Long dengan mulut terbuka lebar memperlihatkan gigi-gigi taring penuh air liur.
"MATI!"
Xiao Long menjerit, berharap dengan menyumpahi serigala itu dia dapat selamat begitu saja. Tak terdengar apa pun, hanya bunyi suara binatang sekarat dan serigala yang terkaing-kaing ketakutan.
Xiao Long membuka mata perlahan, menepikan rasa takut agar bisa melihat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Begitu terkejut dia saat melihat mulut serigala membuka lebar tepat di depannya, namun di leher serigala menancap sebilah pedang. Darah mengalir dari tubuh itu sedang di belakangnya, kawanan serigala mati begitu saja.Xiao Long menangkap kehadiran lain di tempat itu, benar saja seorang pria yang berusia sekitar empat puluh tahun dengan caping dan juga jubah merah berdiri tak begitu jauh. Dia membenarkan posisi pelindung kepala sehabis membunuh kawanan serigala itu.
"Siapa namamu?"
Pria itu melepehkan darah serigala yang tercipta di mulutnya sambil menyarungkan pedang, sosoknya yang tinggi tegap di tengah malam yang gelap gulita membuat Xiao Long terpana dan tak bisa berkata-kata. Sepertinya baru kali ini dia melihat seorang pendekar dengan kharisma yang begitu kuat.
"Kau bisu?" Pria itu mendengkus canggung, lalu berdeham untuk mencairkan suasana.
"Pergilah, desa ini tidak lagi aman bagimu."Xiao Long terkesiap dari lamunannya, sejurus tatapan anak itu berubah sendu. "Aku tak punya tempat lain selain di desa ini."
"Huh? Menurutmu aku peduli dengan kisah sedihmu itu. Di Kekaisaran ini, banyak orang yang menderita bahkan jauh lebih parah darimu. Berhentilah bersikap manja jika kau takut terbunuh."
Tak mau menerima tanggapan apa pun lagi pria itu berjalan, menebas belukar yang setinggi lututnya.
"Ma-maaf, Anda siapa sebenarnya? Dan mengapa bisa ada di tempat ini?" Lantas pria itu tak langsung menjawab, dia membuang pandangannya pada malam yang kelabu. Awan gelap berarak di atas sana, sementara angin badai tak henti-hentinya memberi peringatan bahwa sebentar lagi akan turun hujan."Aku hanya seorang pendekar kelana, kupikir ada sebuah penginapan di sini sehingga aku bisa berteduh dan mengisi perut. Sayang hanya ada seorang bocah lemah yang dikerubungi kawanan serigala. Membuatku kesal saja."
Laki-laki itu pergi, tak menoleh ke belakang lagi walau sedikit pun. Meninggalkan Xiao Long di tengah hutan sendirian. Anak laki-laki itu berjalan menuju sebuah rumah yang dibangun dengan papan yang saat ini sudah rusak parah. Bau bangkai menyeruak dari dalam, tubuh kakeknya telah dimakan oleh belatung.
Xiao Long menatap tubuh itu sambil bersimpuh, bertanya pada sang kakek yang telah tiada.
"Apa yang harus aku lakukan? Yin'er telah tiada, karena kesalahanku. Aku tak cukup kuat untuk melindunginya, dan juga untuk melindungimu ..." Kedua tangan Xiao Long menempel pada lantai, kepalanya menunduk dirundung luka akan kematian keduanya.Tangis Xiao Long pecah, di tengah desa yang begitu sunyi itu. Hanya angin malam yangg berusaha mendengar kepedihan hatinya. Tak lama hujan turun dan langit mengamuk dengan guntur yang menyambar-nyambar.
Hujan masih terus turun ketika Xiao Long selesai menggali dua makam; untuk Xiao Yin dan Xiao Qizuan. Dinginnya tetesan air hujan tak membuat dia menggigil, air mata Xiao Long telah mengering jauh sebelum dia selesai menguburkan dua mayat itu. Memberikan penghormatan terakhir pada arwah mereka.
"Apa kau mengerti pentingnya nyawa seseorang?"
"Apa kau mengerti pentingnya nyawa seseorang?"Xiao Long yang pucat pasi sadar tak sadar dengan kehadiran seseorang di belakangnya, masih setengah tak percaya. Senyum di wajahnya menampakkan kegetiran."Aku ingin melindungi orang-orang yang penting bagiku."Lelaki itu tertawa singkat, "Maka jadilah seorang pendekar yang hebat. Sepuluh Terkuat, dikenal sebagai para pengawal Kaisar Qing. Dengan begitu, kau dapat melindungi semua orang dengan kedua tanganmu."Xiao Long menatap kedua tangannya, tak percaya apakah tangan itu dapat menyelamatkan ratusan hingga ribuan nyawa. Dia terlalu lemah. Bahkan untuk sekedar percaya bahwa perkataan orang itu benar adanya."Aku ..." Xiao Long mengepalkan kedua tangan, lalu menggeleng. "Tidak ada lagi yang bisa kulindungi. Mereka sudah tiada."Setelah itu Xiao Long berjalan membelakangi pria itu, memasuki rumahnya yang sepi tak berp
Sore hari di mana petang sudah berganti malam yang hening. Xiao Long terbangun, dia dibuat pingsan oleh senior-seniornya. Sebelah tangannya terasa seperti akan patah, begitu juga kakinya. Darah mengalir di sudut bibir Xiao Long yang kini melewati lorong-lorong asrama, hendak kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya.Namun yang dia lihat sekarang adalah kamar yang berantakan. Beberapa pakaian dirobek dan diinjak dengan sepatu kotor. Xiao Long bahkan tak sempat membersihkan dirinya yang berbau kotoran kuda, mendapati tiga orang senior yang tadi menyiksanya telah berdiri menunggu di atas meja, melipat kedua tangan dengan tatapan mata pongah."Kau masih berpikir untuk kembali? Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawamu kuhabisi. Kau mengejekku?"Dua orang menarik Xiao Long dengan paksa ke dalam ruangan, menghadap Gu Xian yang tengah dilalap kemurkaannya sendiri. Pedang dia tarik hingga
Menempuh jalur hutan yang jarang dilewati manusia memiliki rintangan tersendiri, begitu banyak marabahaya menanti Xiao Long. Semenjak meninggalkan sekte Awan Merah semuanya berubah menjadi menakutkan. Dia tidak diterima di mana pun, binatang saja enggan melihatnya. Xiao Long baru saja menemukan aliran air sungai dan berhenti di sana sembari melepas dahaga. Dia sudah berjalan satu harian, telapak kakinya serasa terbakar saat berdiri di bebatuan sungai yang besar. Jernihnya aliran air memantulkan wajah Xiao Long yang hanya terpaku untuk beberapa saat. Menatap diri sendiri dan tenggelam akan pikirannya. Dia hanya sendiri di dunia ini. Dan identitas yang dibawanya takkan pernah berubah. Penyelamat atau bencana. Semua itu berputar-putar di kepalanya. Membuat kepala Xiao Long pusing, dia merebahkan tubuh pada batu besar di pinggir sungai. Menatap birunya langit di atas yang hanya dilewati garis-garis tipis awan. Tanpa disadari waktu telah berlalu dua jam dengan
Malam itu, Xiao Long baru menyadari betapa kerasnya hidup di luar. Dia selalu tak mempercayai omongan kakeknya. Dia selalu tak menghargai kehidupan aman yang selalu diberikan kakeknya dan bersikeras untuk pergi ke luar. Menemui hal berbahaya dan merasa sanggup untuk melewati itu semua. Hati yang dingin. Manusia di perkampungan ini hanya mempedulikan tidurnya yang lelap dibandingkan membukakan pintu untuknya. Xiao Long tersenyum tak percaya, dia mendengar langkah kaki binatang yang menggema di jalanan. Membuat debu-debu kering beterbangan. Mata-mata merah para serigala menangkap keberadaan Xiao Long. Anak itu merangkak ketakutan. Berusaha lari sekencang-kencangnya, melompati pagar tinggi dan menatap ke belakangnya sekali lagi. Perkampungan itu menjadi pembelajaran pertamanya. Tentang bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja. Menempuh perjalanan yang terjal, Xiao Long lagi dan lagi hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Dia yakin tempat ini masih terhubung deng
Kaki Xiao Long berusaha untuk menyeret tubuhnya ke belakang di mana para manusia sudah ambil posisi untuk menyerang mahkluk tersebut. Mereka memakai zirah perang dan senjata tajam. Beberapa panah berapi berhasil menancap di tubuh mahkluk itu, membuatnya melompat kesakitan. Matanya yang semula hitam berubah menjadi merah, menyapu pandangannya pada manusia-manusia yang memeranginya. Tombak dan anak panah menancap penuh di tubuh tersebut, disertai tawa dan sorak-sorai yang terdengar heboh. Manusia itu kemungkinan adalah pendekar yang kebetulan sedang berburu siluman. Mereka tampak antusias untuk menyerang siluman yang tengah tak berdaya tersebut. Xiao Long dapat melihat siluman itu kesakitan. Tak ada yang membantunya di sana. Seperti saat dirinya meminta pertolongan dari orang-orang. Xiao Long berteriak kencang."Lepaskan dia!" Namun hanya gertakan itu tak serta-merta membuat pendekar itu berhenti menyiksa mahkluk tersebut. Xiao Long berteriak
Langkah para siluman pelan-pelan mendekati Xiao Long, mereka memasang gelagat waspada sambil terus mengitarinya. Menunggu anak manusia itu lengah agar bisa melakukan serangan. Dilihat dari tubuhnya yang lemah saja sudah tentu dalam satu serangan Xiao Long akan tumbang. Mereka menggertak sambil menggeram keras.Sementara itu Xiao Long masih berdiri di tempatnya, mengawasi setiap pergerakan yang akan mengancam nyawanya. Ada tiga siluman yang berada di sekitarnya dan tanpa diduga serangan sudah dimulai. Xiao Long menepi saat tangan besar beruang nyaris mengenai kepalanya, dia setengah berjongkok. Tak menyadari dari arah belakangnya mulut harimau terbuka lebar, siap menelannya hidup-hidup. Xiao Long menoleh merasakan nyawanya terancam dan melihat ketika gigi taring itu hendak menembus kepalanya, siluman lain mendorong harimau tersebut dan berganti menyerangnya.Xiao Long berusaha kabur sejauh mungkin hingga kakinya yang telah terluka menimbulkan j
Xiao Long mengerjap beberapa kali, darah dari kepala menetes menghalangi pandangannya. Dia memegang sebelah lengannya, menyeret langkah kaki lebih cepat lagi dan lagi. Kini Xiao Long berlari terengah-engah, dia baru dapat melihat jelas di ujung terowongan dua penjaga bertombak tengah berjaga. Mereka berdua menyadari kedatangan Xiao Long dan segera mengambil ancang-ancang.Xiao Long menerobos sembarangan, berkali-kali tangannya ditarik tapi dia tetap dapat meloloskan diri. Dia memasuki sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi. Tanpa berpikir panjang lagi, Xiao Long segera bersembunyi saat melihat akar pohon yang cukup besar. Dia menyandarkan tubuhnya hingga menempel erat pada kayu, mendengar setiap bunyi tapak yang detik demi detik semakin mendekat ke tempatnya.Bahunya gemetar menahan darah yang memaksa keluar dari mulutnya, Xiao Long tak berani mengeluarkan suara sampai mereka menjauh. Dia memasang telinga baik-baik, menunggu waktu yang tepat un
Ikan-ikan yang berenang mengikuti arus sungai berpencar sewaktu bayangan hitam bergerak di atas permukaan sungai. Air memancar tinggi ke atas sewaktu ekor Salamender Api menghantam. Lima hari sudah aliran sungai terhambat oleh tubuh Salamender yang menghalangi jalannya air. Mahkluk itu sekarat, beberapa bagian tubuhnya terkoyak saat jatuh mengenai ujung bebatuan yang tajam.Sementara sayapnya rontok dan patah, kepala Salamender Api tenggelam dalam arus sungai yang deras. Darah dari tubuhnya menyatu dengan aliran air, lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya.Xiao Long mengerjapkan mata beberapa kali, merasakan hidungnya seperti dipatuk oleh sesuatu. Silaunya cahaya dari atas membuat mata Xiao Long sakit, dia melindungi kepalanya dengan lengan tangan yang berlumuran darah. Beberapa bagian tubuhnya terluka parah. Saat duduk telinga Xiao Long berdenging hebat, dia merasakan denyut di bagian kepalanya.Xiao Long baru menyadari dirinya terjatuh