Share

Ch. 03 - Dua Makam

Di sepanjang jalan hutan sudah berapa kali Xiao Long tergelincir, darah mengalir dari robekan di tempurung kakinya. Namun tak menyurutkan niat Xiao Long untuk melarikan diri.

 Tiga hari terkurung rasa khawatir akan adiknya Xiao Yin semakin menjadi-jadi, Xiao Long menyesal mengapa dia begitu lemah hanya untuk sekedar melarikan diri.

Laki-laki Zirah Hitam terus menjaga kurungan, tak melepaskan pandangan mereka sedikit pun darinya. Saat mendapatkan kesempatan Xiao Long segera melarikan diri. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja.

Alur pelarian yang menuruni bukit membuat kaki Xiao Long tergelincir kembali, tubuhnya jatuh menabrak batang pohon dan terus menggelinding ke bawah. Saat terbangun dari jatuh, Xiao Long memutar pandangan segera, mengenali tempat itu adalah tempat ketika dia tertangkap dan Xiao Yin terlepas dari tangannya.

Sekali lagi Xiao Long memutar pandangan, tak mendengar tangisan atau apa pun. Jantungnya berdetak semakin cepat, menakuti satu kemungkinan terburuk bahwa adiknya telah mati diserang binatang buas. Rasa panik semakin menjalar tatkala Xiao Long menemukan potongan baju adiknya yang telah terkoyak. Dia mengikuti bekas jejak kaki darah dan tiba di sebuah daerah yang dikuasai sekumpulan serigala hutan.

Dan di titik itu dia dapat melihat sesosok jasad anak kecil yang terbakar dan hampir tak berbentuk tengah dikoyak oleh mulut-mulut serigala yang mengeluarkan air liur.

 Kawanan serigala menatapnya beringas seolah-olah Xiao Long adalah mangsa mereka selanjutnya.

"Yin'er ...?" 

Lutut Xiao Long seperti kehilangan daya, dia jatuh berlutut dalam ketidakpercayaan. Apa yang dilihatnya sekarang sama seperti saat dia melihat sang kakek terpenggal. Dulu, ayahnya pernah mengatakan bahwa dunia itu kejam. Xiao Long berpikir bahwa kekejaman itu hanya sebatas ketidakadilan pihak pemerintah pada golongan bawah sepertinya. 

Akan tetapi, kematian Xiao Yin dan Xiao Qizuan telah membuatnya sadar. Dunia ini kejam dalam segala bentuk paling sadis di muka bumi.

"Hoi, bocah! Apa yang kau lakukan di sana?! Kau mau mati?!" teriakan menyahut-nyahut dari atas, mereka adalah Zirah Hitam. Xiao Long tak memedulikan sekumpulan serigala yang hendak memakannya saat ini. Dia murka bukan main. Air mata tumpah dengan semena-mena di matanya. Namun Xiao Long sama sekali tidak berteriak atau meratapi kematian adiknya.

"Bocah itu, Ketua! Bagaimana ini?Apa kita harus menangkapnya lagi?" 

"Biarkan saja dia. Nanti juga mati dengan sendirinya."

Rombongan pendekar itu pergi, Xiao Long memperhatikan punggung mereka dengan kebencian yang teramat sangat. Membuang dirinya pada sekumpulan serigala setelah seenaknya membunuh kakek dan adik yang begitu disayanginya.

"Keparat! Bajingan sialan! Pendekar busuk!" Xiao Long berteriak hingga pita suaranya seperti akan meledak. Semua itu tak serta-merta menghilangkan kepedihan di hatinya. Seumur hidup sekalipun, Xiao Long tak pernah mengumpat seperti itu karena Xiao Qizuan begitu membenci kata-kata kotor yang hanya akan mendatangkan keburukan. 

Teriakan melolong Xiao Long menimbulkan geraman di antara serigala-serigala buas, liur jatuh di gigi mereka yang sangat tajam. Berdarah oleh daging anak kecil yang baru saja mereka makan. 

Xiao Long yang telah dilalap kemurkaan sampai tak menyadari bahwa serigala itu kompak menyerang, dia menghindar dalam ketakutan dan kemarahan yang masih campur aduk.

"Kalian tak jauh bedanya dengan pendekar busuk itu ...."

Jarak Xiao Long dengan kawanan serigala semakin memendek, Xiao Long takkan pernah bisa menang jika disandingkan dengan binatang buas seperti mereka. Dalam serangan selanjutnya Xiao Long terpojok, sementara kakinya menyenggol akar kaki pohon. Membuatnya jatuh terduduk.

Serigala yang paling besar menerjang, tepat di depan wajah Xiao Long dengan mulut terbuka lebar memperlihatkan gigi-gigi taring penuh air liur.

"MATI!"

Xiao Long menjerit, berharap dengan menyumpahi serigala itu dia dapat selamat begitu saja. Tak terdengar apa pun, hanya bunyi suara binatang sekarat dan serigala yang terkaing-kaing ketakutan. 

Xiao Long membuka mata perlahan, menepikan rasa takut agar bisa melihat apa yang sebenarnya telah terjadi.

Begitu terkejut dia saat melihat mulut serigala membuka lebar tepat di depannya, namun di leher serigala menancap sebilah pedang. Darah mengalir dari tubuh itu sedang di belakangnya, kawanan serigala mati begitu saja.

Xiao Long menangkap kehadiran lain di tempat itu, benar saja seorang pria yang berusia sekitar empat puluh tahun dengan caping dan juga jubah merah berdiri tak begitu jauh. Dia membenarkan posisi pelindung kepala sehabis membunuh kawanan serigala itu.

"Siapa namamu?" 

Pria itu melepehkan darah serigala yang tercipta di mulutnya sambil menyarungkan pedang, sosoknya yang tinggi tegap di tengah malam yang gelap gulita membuat Xiao Long terpana dan tak bisa berkata-kata. Sepertinya baru kali ini dia melihat seorang pendekar dengan kharisma yang begitu kuat.

"Kau bisu?" Pria itu mendengkus canggung, lalu berdeham untuk mencairkan suasana. 

"Pergilah, desa ini tidak lagi aman bagimu."

Xiao Long terkesiap dari lamunannya, sejurus tatapan anak itu berubah sendu. "Aku tak punya tempat lain selain di desa ini."

"Huh? Menurutmu aku peduli dengan kisah sedihmu itu. Di Kekaisaran ini, banyak orang yang menderita bahkan jauh lebih parah darimu. Berhentilah bersikap manja jika kau takut terbunuh." 

Tak mau menerima tanggapan apa pun lagi pria itu berjalan, menebas belukar yang setinggi lututnya. 

"Ma-maaf, Anda siapa sebenarnya? Dan mengapa bisa ada di tempat ini?"

 Lantas pria itu tak langsung menjawab, dia membuang pandangannya pada malam yang kelabu. Awan gelap berarak di atas sana, sementara angin badai tak henti-hentinya memberi peringatan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

"Aku hanya seorang pendekar kelana, kupikir ada sebuah penginapan di sini sehingga aku bisa berteduh dan mengisi perut. Sayang hanya ada seorang bocah lemah yang dikerubungi kawanan serigala. Membuatku kesal saja."

Laki-laki itu pergi, tak menoleh ke belakang lagi walau sedikit pun. Meninggalkan Xiao Long di tengah hutan sendirian. Anak laki-laki itu berjalan menuju sebuah rumah yang dibangun dengan papan yang saat ini sudah rusak parah. Bau bangkai menyeruak dari dalam, tubuh kakeknya telah dimakan oleh belatung. 

Xiao Long menatap tubuh itu sambil bersimpuh, bertanya pada sang kakek yang telah tiada.

"Apa yang harus aku lakukan? Yin'er telah tiada, karena kesalahanku. Aku tak cukup kuat untuk melindunginya, dan juga untuk melindungimu ..." Kedua tangan Xiao Long menempel pada lantai, kepalanya menunduk dirundung luka akan kematian keduanya. 

Tangis Xiao Long pecah, di tengah desa yang begitu sunyi itu. Hanya angin malam yangg berusaha mendengar kepedihan hatinya. Tak lama hujan turun dan langit mengamuk dengan guntur yang menyambar-nyambar.

Hujan masih terus turun ketika Xiao Long selesai menggali dua makam; untuk Xiao Yin dan Xiao Qizuan. Dinginnya tetesan air hujan tak membuat dia menggigil, air mata Xiao Long telah mengering jauh sebelum dia selesai menguburkan dua mayat itu. Memberikan penghormatan terakhir pada arwah mereka.

"Apa kau mengerti pentingnya nyawa seseorang?"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Mirles
sedih aku kak .........
goodnovel comment avatar
Nuralina
semoga kau cepat menjadi kuat
goodnovel comment avatar
irwin rogate
pejahat brengsek tak sayang pada gadis kecil umur 5 tahun harus mati oleh serigala rakus, kasihan benar kakaknya hidup sebatang kara.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status