Share

Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya
Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya
Penulis: Gunung Api

Bab 1

“Kamu hamil, usia kandungan sudah lima minggu. Kondisi tubuhmu nggak begitu baik, jadi kamu harus lebih memperhatikan … ”

Delis tidak mendengarkan kata-kata dokter setelah itu, pikirannya penuh dengan kalimat ‘kamu hamil’.

Dirinya hamil …

Dirinya mengandung anak Kelvin.

Dengan adanya anak ini, apakah akan mengubah pernikahan mereka yang semulanya palsu menjadi nyata?

Delis sangat bahagia, memikirkan bahwa Kelven akan pulang dari perjalanan dinas hari ini. Dengan penuh semangat, dia segera pulang sambil membawa laporan pemeriksaan kehamilan.

Saat langit hampir gelap, mulai turun gerimis. Delis tetap menerobos hujan dan pulang dengan badan basah kuyup.

Setelah masuk ke dalam rumah, Bibi Siti langsung mengambilkan handuk dan membantu Delis mengeringkan rambutnya.

“Nona Delis, mengapa menerobos hujan seperti ini? Bagaimana kalau kamu sakit karena basah kuyup begini? Cepatlah naik ke atas, mandi air hangat dan ganti bajumu.”

Wajah Delis dipenuhi dengan senyuman yang bersinar, berseri seperti bunga yang mekar.

Dia membungkuk untuk mengganti sepatunya. Tiba-tiba dia melihat sepasang sepatu kulit yang mengkilap dan berwarna hitam pekat di atas rak sepatu.

Detik berikutnya, dengan gembira Delis memalingkan wajahnya ke arah Bibi Siti dan bertanya, “Dia sudah pulang?”

Bibi Siti tersenyum mengangguk. “Iya, Pak Kelven sudah pulang dari perjalanan dinas. Dia bahkan membawa hadiah untukmu. Cepatlah ganti bajumu dan pergi menemuinya.”

“Iya.”

Delis dengan cepat mengganti sepatunya, mengambil tasnya dan berlari ke atas.

Namun, dia tak sempat untuk mandi dan ganti baju. Saat ini, Delis sangat ingin menyampaikan pada Kelven bahwa dirinya hamil.

Delis tiba di depan pintu ruang kerja dengan badan yang basah kuyup. Saat dirinya bersiap untuk membuka pintu dengan penuh semangat, tiba-tiba dia mendengar suara lembut Kelven yang memikat dari dalam ruangan.

“Setelah dia melahirkan anakku, aku baru akan menikahimu. Paling lama, dua tahun.”

Seketika Delis membeku, senyuman di wajahnya langsung hilang dalam sekejap. Tangannya yang hendak membuka pintu juga tiba-tiba membeku.

Kemudian, dari dalam ruang kerja terdengar suara seorang wanita yang tak dikenal,

“Kalau begitu, aku akan menunggumu selama dua tahun lagi. Dua tahun kemudian, entah dia sudah melahirkan anakmu atau belum, kamu tetap harus bercerai dengannya.”

Pria itu menjawab dengan suara yang dalam, “Hm.”

“Kelven, aku yakin bahwa kita akan bahagia setelah menikah kedepannya, karena aku mencintaimu lebih dari siapa pun, aku … “

Delis tak dapat mendengar kata-kata selanjutnya. Dia terpaku di tempat, seakan-akan sebuah petir menyambar di langit cerah, sulit baginya untuk merespon untuk waktu yang lama.

Apa yang telah dirinya dengar.

Kelven ingin bercerai dengannya dan sebelum bercerai, Kelven ingin dirinya melahirkan anak untuknya?

Kenapa?

Ternyata selama ini ada orang lain di hati Kelven?

Orang itu sudah kembali, Kelven akan membuang dirinya dan menikahi orang itu?

Seketika Delis tak bisa menerima berita ini. Dengan langkah terhuyung-huyung, Delis meninggalkan ruang kerja dan kembali ke kamarnya. Dia terjatuh dan duduk di lantai, air mata membanjiri matanya.

Dia mengenal pria itu selama lima belas tahun dan mencintainya selama lima tahun.

Ketika dirinya mengajukan ide pernikahan palsu dengan pria itu, tanpa ragu, pria itu langsung menyetujuinya.

Meskipun hanya pernikahan palsu, dalam setengah tahun setelah menikah, Kelvin benar-benar memanjakannya bagaikan harta berharga. Begitu lembut dan perhatian pada Delis, membuatnya begitu bahagia.

Delis mengira hubungan mereka adalah cinta, sehingga dirinya pun dengan rela menyerahkan seluruh dirinya sepenuhnya kepada pria itu.

Setelah itu, mereka hidup seperti pasangan pengantin baru biasanya yang harmonis, mesra dan sangat lengket satu sama lain.

Dan Kelven juga selalu menciumnya di tengah malam dan berbisik di telinganya, “Aku menginginkan seorang anak.”

Saat mendengar kata-kata Kelven, Delis mengira bahwa pernikahan mereka akan terus berlanjut tanpa hambatan.

Ketika sudah memiliki anak, mereka akan semakin harmonis dan menua bersama hingga rambut memutih.

Tak disangka, ternyata semua ini palsu.

Semuanya palsu.

Meski hancur dan penuh keputusasaan.

Ketika teringat ada bayi dalam kandungannya dan mengenakan baju basah bisa membuatnya masuk angin, Delis tetap bangkit dan masuk ke kamar mandi.

Setelah mandi, Delis merangkak masuk ke dalam selimut, memaksa dirinya untuk tidur.

Tengah malam.

Delis merasa ada seseorang di sampingnya. Aroma yang familiar menghampirinya, ciuman yang lembut dan hangat perlahan terasa di tubuhnya.

Delis terbangun dan membuka matanya. Dengan bantuan lampu tidur di sebelahnya, dia melihat jelas pria itu mencium lehernya, sambil berbisik pelan,

“Delis, kamu wangi sekali~”

Pria ini adalah suami Delis.

Namanya Kelven Rosli, usianya 30 tahun, sepuluh tahun lebih tua dari Delis. Tingginya 188 cm. Dia suka memakai pakaian gelap, memberikan kesan dewasa dan berkelas.

Kelven memiliki wajah tampan yang begitu sempurna.

Kelven juga merupakan keturunan orang kaya dan sekaligus direktur dari Perusahaan Deli Jaya yang sangat sukses.

Bukan hanya penyelamat Delis, Kelven juga merupakan cahaya dalam hidupnya, satu-satunya harapan bagi Delis di dunia ini.

Delis mengira bahwa dengan menikah dengan Kelven dan mengandung anaknya, Kelven akan menjadi rumahnya.

Tak disangka, mimpi Delis segera hancur begitu cepat.

Merasa ciuman pria yang semakin membara, Delis berusaha mengendalikan emosinya, menatap pria itu dengan penuh cinta dan derita.

Hanya dengan memikirkan apa yang dia dengar di depan pintu ruang kerja tadi dan menyadari bahwa ada seorang bayi kecil dalam perutnya, hatinya terasa sakit seolah-olah sedang disobek.

Sangat menyakitkan.

Saat ini, Delis sama sekali tak ingin Kelven menyentuhnya.

Saat pria itu tengah larut dalam ciumannya, tiba-tiba Delis mengangkat tangannya dan menahan dada Kelven, menolak dengan berkata,

“Kelven, aku nggak mau … ”

Seketika pria itu berhenti, menatap wanita itu dengan tatapan tajam. Sementara terdengar suaranya yang rendah,

“Katakan sekali lagi.”

Delis menatap pria itu tanpa berkedip. “Aku nggak mau, kamu bisa berdiri nggak?”

Ini adalah pertama kalinya Delis menolak dirinya.

Meskipun Delis sudah berusaha mengontrol dirinya, dia tetap saja emosional.

“Alasan.”

Ditolak untuk pertama kalinya, Kelven merasa tak senang.

Delis melihat ekspresi kesal di wajahnya dan tanpa ragu bertanya,

“Siapa wanita yang ada di ruang kerjamu hari ini?”

Mendengar pertanyaan itu, pria itu menghindari tatapannya dan bangkit meninggalkan Delis.

Dia duduk di tepi tempat tidur, dengan santai memakai bajunya, sambil berkata dengan tenang, “Aku akan menikahinya ke depannya.”

Delis merasa sesak di dada, seperti tertusuk jarum yang tajam.

Tiba-tiba matanya menjadi merah, dengan nada penuh kesedihan, dia bertanya, “Lalu bagaimana dengan diriku? Apa artinya aku di hatimu?”

Kelven berdiri dan melihat ke arah wanita kecil yang tiba-tiba marah di tempat tidur, hatinya merasa sedikit cemas.

Namun, Kelven tetap tanpa ekspresi, suaranya terdengar datar,

“Kamu lupa mengapa kita menikah?”

Delis menahan emosi ingin menangis, dengan kehilangan kendali, dia berteriak,

“Aku nggak lupa, tapi apakah cinta dalam setengah tahun ini semuanya palsu? Aku pikir kamu mencintaiku dan nggak akan berpisah denganku, sehingga mengatakan mau punya anak denganku.”

“Kelven, kalau kamu mencintai orang lain, mengapa kamu nggak menikahinya sejak awal dan malah memilih untuk menikahiku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status