Share

Only Look At Me
Only Look At Me
Penulis: Kymo

SUNDAY MORNING CLARISSA - KEENAN

BAB 1 - SUNDAY MORNING CLARISSA - KEENAN

“That may be all I need, In darkness she is all I see, Come and rest your bones with me, Driving slow on Sunday morning,Well I never want to leave..” sepenggal bait lagu Sunday morning milik Maroon 5 terdengar dari bibir mungil milik Rissa.

Ia tengah bersenandung dan bersiap dengan atribut juga perlengkapan untuk bersepeda. Sudah menjadi kebiasaan Rissa di hari minggu untuk melakukan aktivitas pagi di luar rumah kecuali sedang sakit. Ia biasa dengan bersepeda dan jogging dengan kedua sahabat kesayangannya, siapa lagi jika bukan Nara dan Azri. Begitupun hari minggu kali ini, ketiga sahabat itu berencana untuk bersepeda dan berjanji untuk bertemu di taman perumahan dekat rumah Nara pukul 6. Setelah dirasa siap, Rissa melangkahkan kaki jenjangnya keluar kamar dan menghampiri sang Mama yang tengah berkutat dengan alat tempur memasaknya.

"Morning mam, Rissa pergi dulu sama duo rusuh ya biasa mau gowes mam. Enggak usah hubungi Rissa ya mam, Rissa enggak bawa hp cuman bawa mp3 kak Gavin. Bye mam.."pamit Rissa pada sang mama yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga tercinta. 

Sang mama hanya menggelengkan kepalanya melihat putri bungsunya yang selalu  membuatnya tidak banyak bertanya karena putrinya telah menjelaskan semuanya di awal.  Bahkan ia belum menjawab, putrinya sudah menghilang dari pandangannya sambil terus  bersenandung. Setelah kepergian sang putri, ia kembali fokus dengan membuat sarapan untuk putra dan suaminya.

Setelah menempuh waktu 5 menit ke taman tempat janjian, Rissa telah sampai dan disambut dengan pemandangan duo rusuh yang sedang adu mulut meributkan suatu hal. "Ehm.. Ehm... Lagi pada ngeributin apa kalian berdua pagi - pagi begini ? Kebiasaan.." tegur Rissa. Duo rusuh yang mendengar suara cempreng khas sahabat kesayangannya langsung menolehkan kepalanya serempak.

 "Biasa nih, si codet enggak mau ngalah sama aku riss. Aku kan pengen bawa sepeda baru dia nih. Dasar pelit anaknya si wak abud nih." adu Nara dengan memanyunkan bibirnya 5 senti. Mendengar Nara menyebutnya dengan pelit juga anak wak abud, Azri pun turun dan menghampiri Nara yang tengah duduk di bangku panjang taman dan segera mencubit kedua pipi Nara yang seketika meninggalkan bekas kemerahan akibat ulah Azri.

“Rasain, pipi bakpau merah kan itu pipi. Jangan bilang aku pelit lagi atau kau akan merasakan capitan tanganku di hidung tomatmu itu, huh..” Azri yang puas telah mencubit pipi Nara pun beranjak menghampiri sepeda barunya model Xtrada 6 2X10, dan menaikinya lalu menghampiri kedua sahabat tersayangnya.

“Codetttt.. sakit ini pipi mulus aku yang berharga. Huhhh... Rissa, pipi aku perih gara – gara si codet,” adu Nara pada Rissa yang tengah tertawa terbahak – bahak melihat tingkah absurd kedua sahabatnya.

“Nih, pake sepeda aku. Jangan ngatain aku pelit lagi atau kau akan tau akibatnya.”ancam Azri pada Nara yang seketika berbinar mendengar sahabatnya meminjamkan sepeda barunya. Setelah berdiskusi tentang rute mana saja yang akan menjadi sasaran ketiga sahabat itu, mereka memulai bersepeda dengan Rissa memimpin jalan, disusul dengan Nara di tengah dan Azri di belakang.

***

Di sebuah ruangan dengan berbagai peralatan fitnes, tampak seorang pria dengan jersey tank top warna putih keluaran produksi adidas yang tengah melakukan pull-up dengan peluh yang membanjiri tubuh dan pelipisnya, siapa lagi jika bukan Keenan Neo Salvino. Sudah dua jam ia berkutat pada ruang gym yang tersedia di lantai dua rumah pria dewasa tersebut.

Tok tok tok ... ... terdengar ketukan halus dari luar ruangan beberapa kali, pria itu menghentikan aktivitasnya sejenak untuk membuka pintu karena ia tau siapa yang mengetuk pintu tersebut. Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 55 tahun, Arshinta Kirania ibu dari pria tersebut tengah berdiri di depan pintu sambil membawa handuk kecil dan mineral untuk sang putra.

“Son, jangan terlalu memforsir tubuhmu, kau sudah lelah bekerja menggantikan daddy di perusahaan. Mom hanya ingin kau segera menikahi si cerewet itu agar mom dan tante Nad segera menjadi besan. Haha..” ucap Mom sambil berjalan beriringan bersama sang putra yang masih diam dan menatap datar jalan di depannya.

Tiba diruang keluarga, yang terletak di lantai satu tampak seorang pria paruh baya berusia sekitar 57 tahun tengah duduk dengan memangku sebelah kakinya di sofa sambil membaca koran harian langganan Bisnis Indonesia Group yang menyajikan informasi mengenai pasar modal, perbankan, asuransi, dana pensiun, pembiayaan infrastruktur, hingga properti. Ketika akan mengambil cangkir teh yang disiapkan oleh sang istri, ia menolehkan kepalanya ke anak tangga yang ia belakangi karena terdengar langkah kaki berjalan menuruni anak tangga. Ia meletakkan koran yang masih ia genggam di meja, dan menyambut kedua pasang ibu dan anak dengan senyuman khasnya.

 “Morning son, apa kau tidak lelah selalu berpeluh diruangan itu ?” tanya Adam pada sang putra yang sedang meneguk mineral yang diberi sang ibu.

“I never get tired of doing that Dad, aku sangat menyukai olahraga karena akan berefek pada tubuh sexy ku ini..” jawab Ken dengan mengerlingkan mata pada sang Daddy yang hanya memutar bola matanya malas, sedangkan sang istri terlihat tertawa melihat ketidaksukaan suaminya pada jawaban putra semata wayangnya.

Setelah cukup lama berbincang di ruang keluarga, Mom Nia meninggalkan kedua pria yang masih enggan beranjak dari duduknya ke dapur untuk melihat sejauh mana pelayan sang putra menyiapkan sarapan untuk ketiga majikannya.

“Bibi, apa sarapan kami sudah siap ? apa menu yang aku pilih sudah siap ?” tanya mom Nia pada salah satu bibi pelayanan yang sedang meyiapkan piring – piring untuk sang majikan.

“Semua sudah siap, sesuai keinginan nyonya,” jawab bibi dengan sopan. Mom Nia tersenyum dan terlihat ikut membantu menata menu sarapan di meja makan.

“Terima kasih bi, setelah ini kalian juga sarapan lah.” Jawab mom Nia. Sedangkan dua pria beda generasi itu terlihat tengah membicarakan proyek baru perusahaan dengan serius, terkadang terdengar tawa yang memecah keseriusan diantara keduanya.

“Dad, aku kekamar dulu. Kita sambung lagi nanti setelah sarapan..” ujar Ken saat merasa tidak nyaman dengan keadaan tubuhnya sehabis berpeluh.

“Oke son, mandi dan segera susul dad dan mom sarapan,” jawab dad Adam dan beranjak menyusul istrinya yang telah lebih dulu ke ruang makan.

Setelah 20 menit menunggu sang putra membersihkan diri, dad Adam dan mom Nia melihat kedatangan sang putra yang terlihat lebih segar dengan atasan Paddy pro 2 polo shirt produk Boss Men wana putih dipadukan dengan celana ¾ chino pepe jeans mc queen shorts warna beige dan tak lupa kolsen sneakers beige kesayangannya yang ia kenakan pada kaki panjangnya yang membuat penampilan Ken semakin terlihat memukau dan maskulin.

“Hai mom, dad, apa aku terlalu tampan sehingga kalian tidak berkedip. Hahaha ... aku memang terlahir tampan dan selalu memukau  dimanapun. Ingatlah berkedip dan bernafas mom, jangan membuat daddy ku cemburu pada putranya yang menawan ini.” kata Ken dengan percaya diri yang tinggi membuat sang daddy mencebikkan bibirnya dan berdecih sinis melihat putranya yang duduk di seberang sang istri.

“Kau itu memang tampan dan menawan son, tapi hanya daddy mu yang amat sangat mempesona dimata mommy. Benar itu darl ?” tanya mom Nia pada dad Adam yang terlihat jengah dengan tingkah Ken yang semakin menjadi.

“Of course darl, dia bahkan akan kalah jika bersaing dengan aku sewaktu muda.” Jawab dad Adam sambil mengerlingkan mata dengan genit pada mom Nia yang merona mengingat wajah tampan dan rupawan suaminya kala muda. Mendengar kedua orang tuanya sedang menggodanya, Ken langsung memutar bola matanya jengah dan memakan sarapan yang tersedia tanpa menimpali obrolan kedua pasutri di depannya.

“Son, mau kemana kau sudah rapi begini ?” tanya mom Nia melihat putranya tengah meminum orange juice setelah menyelesaikan sarapannya.

“Biasa mom, aku akan kerumah si cerewet karena tante Nad membuat kue,” jawab Ken dan akan bersiap meninggalkan meja makan, tapi dad Adam menghentikan sang putra dan membuatnya duduk kembali.

“Bagaimana hubungan kau dengan gadis ceria itu ? Dad dan mom sudah tidak sabar untuk segera berbesan dengan om Ardian dan tante Nadhine son. Jangan pernah lagi bermain – main dengan wanita apalagi kau membuat putri sahabatku menangis,” ucap dad Adam dengan tatapan tajamya pada sang putra yang terkenal gemar menebar pesona pada gadis – gadis.

“Hmm.. baiklah dad. Akan aku pikirkan lagi,” jawab Ken datar dan berlalu dari hadapan pasutri yang menghela nafasnya panjang melihat putranya tidak kunjung meresmikan hubungannya dengan putri sahabatnya.

“Semoga Ken tidak membuat kesayangan mom menangisinya ya dad,” ucap mom Nia dan dijawab dengan anggukan sang suami.

***

Di tengah perjalanan,

“Hey codettt, bisakah kita istirahat sebentar ? aku sungguh lelah dan tidak kuat untuk melanjutkan lagi..” ujar Nara yang kini berada di belakang Azri. Azri yang mendengar gadis berpipi chubby itu mengeluh lelah langsung memanggil Rissa yang ada didepan untuk berhenti sejenak. Mereka bertiga turun dari sepeda masing – masing ketika menemukan tempat untuk beristirahat.

 “Hahaha.. lihatlah kalian berdua jika duduk dengan akur begini sangatlah serasi..” kata – kata Rissa seketika membuat kedua sahabatnya langsung terbelalak dan menjawab dengan kompak.

 “ NOOOOOO !!!!!!!! Najissss..” Azri dan Nara kompak membuang muka dan membuat tawa Rissa pecah dan membuatnya mendapat capitan tangan dari si jangkung pada hidung mancungnya dan gelitikan pada pinggang dari tangan mungil si pipi chubby. Ketiganya tertawa lepas dan saling mengejek sehingga lelah yang mereka rasakan perlahan hilang dan melanjutkan kembali perjalanan pulang karena jarak kerumah masing – masing sudah dekat. Setelah menempuh waktu sekitar 15 menit, ketiga trio rusuh pun sampai pada taman perumahan dekat rumah Nara.

“Bagaimana kalau kalian berdua mampir dulu kerumah ? Aku rasa mama sudah memasakkan kita,” usulan Nara membuat mata kedua sahabatnya berbinar dan menganggukkan kepalanya dengan semangat seolah mendapat undian runtuh. Bukan tanpa sebab mereka tampak senang, karena mereka sangat menyukai masakan mama Nara yang sungguh enak. Bagaimana tidak enak, mama Nara merupakan salah satu owner resto terkenal di kota mereka.

Ketiga sahabat dengan kerusuhan yang selalu menyelimuti mereka pun tiba di depan rumah megah bercat broken white. Ketiganya disambut oleh penjaga yang langsung membukakan pagar rumah tersebut sambil tersenyum karena sapaan ketiga sahabat itu dengan ciri khasnya yang membuat penjaga itu selalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Mamaaaaaa.... Nara sudah pulang ini bawa duo rusuh minta makan ke mama..” teriak Nara yang mendapat toyoran di kening dari si jangkung dan cubitan di pinggang dari si cempreng. Mama yang mendengar suara si bungsu langsung menghampiri ruang tamu dan mendapati ketiga rusuh sedang duduk manis di sofa.

“Halooo sayang – sayang aunty, capek ya ? yuk, langsung ke ruang makan aja ya. Tante udah masak kesukaan kalian, cumi asam manis untuk Rissa, udang balado untuk Azri dan gurami bakar untuk anak mama yang chubby ini,” kata mama Nara yang membuat ketiga makhluk minim akhlak ini bergegas ke ruang makan dengan perut yang berteriak minta segera diisi. Benar saja, ketiga makhluk itu tampk berebut mengambil nasi dan membuat mama Nara hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Gantian sayang, nasinya masih banyak ga usah pake rebutan gitu,” mama Nara melerai aksi berebut ketiga makhluk itu dan hanya mendapat cengiran dari ketiganya.

***

Dalam perjalanan kerumah kekasih cerewetnya, Ken tampak lebih menawan dengan rounded frame sunglasses warna hitam keluaran mango men’ yang ia kenakan. Ia menepikan mobilnya di halaman toko buah untuk mampir membeli beberapa buah kesukaan mama sang kekasih, dan bergegas memasuki toko buah dengan gaya nya yang maskulin dan mengundang banyak perhatian  mata untuk terus melihat ke arahnya. Banyak mata yang tidak berkedip ketika sosok pria maskulin itu berjalan melewati mereka dengan angkuhnya.

Brukk.. .. terlihat seorang gadis menabrak pria itu dan menjatuhkan beberapa buah yang ia pegang, “Ah ... maaf saya tidak sengaja menabrak anda pak,” ucap gadis belia itu yang  tampak ketakutan untuk menatap Ken yang berada di depannya.

“Hmm.. it’s okay. Hati – hatilah, jangan sampai  kau menabrak orang lagi. Apalagi menabrak ku,” jawab Ken datar dan berlalu begitu saja menuju bagian buah kesukaan Nadhine. Si gadis tampak diam membisu mendengar suara datar namun terkesan sexy pada pendengarannya dan dengan cepat ia mengangkat wajahnya.

“Wahh,, pagi – pagi begini ada seorang dewa menyapaku. Mimpi apa aku semalam ??” gumamnya sambil tertawa riang dan segera memunguti buah yang ia jatuhkan.

Usai melakukan pembayaran pada kasir, Ken segera membawa buah yang telah dibelinya dan segera menuju halaman tempat parkir lalu membuka pintu mobilnya dan mengemudikan mobilnya keluar dan bergegas menuju rumah sang kekasih. Ditengah perjalanan, ponselnya berdering dan ternyata tante Nadhine yang menghubunginya.

“Hallo tan, ada apa ?” tanya Ken tanpa basa basi.

 “Ken, apa kau sudah dalam perjalanan kerumah ?” tanya Nadhine.

“Ya..” jawab Ken.

“Tante kira belum, jika belum ajak sekalian mommy dan daddy mu Ken, karena om Ardi ingin bertemu daddy mu,” Nadhine berkata sambil menengok pada sang suami yang tengah meminum kopi hangatnya.

“Oh baiklah tan, kalau begitu biar Ken hubungi mommy agar kerumah tante,” usul Ken karena ia enggan jika harus putar balik kerumahnya untuk menjemput pasutri yang tengah terlihat bersantai di taman belakang rumah sang putra.

“Baiklah, tante dan om tunggu..” jawab Nadhine. Sambungan telpon pun terputus, Ken segera mencari kontak sang mommy dan menghubunginya agar kerumah sahabatnya.

Setelah 25 menit waktu untuk menempuh kerumah sang kekasih, Ken pun membunyikan klakson mobilnya di depan rumah besar dengan pagar desain rustic yang berbentuk melengkung  dan memberi kesan elegan, mencolok dan klasik itu agar dibuka oleh penjaga rumah. Sang penjaga yang saat itu sudah diberitahu oleh majikannya karena calon menantunya akan datang pun segera memegang handle besi pada gerbang itu untuk segera membukanya dengan lebar agar mobil Ken bisa masuk.

Terlihat penjaga membungkukkan badan dengan hormat kepada Ken saat mobilnya memasuki halaman dan ia pun membalas dengan lambaian tangan tanpa mengatakan sepatah kata dan segera memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah tersebut. Sebelum  memasuki rumah tante Nadhine dan om Ardian, Ken tampak merapikan rambutnya dan meletakkan rounded frame sunglasses yang ia kenakan pada dashboard mobilnya, lalu bergegas keluar dan tidak lupa membawa bingkisan buah yang tadi ia beli. Tampak wanita dan pria paruh baya seumuran dengan orang tuanya tengah menyambut kedatangannya dengan seulas senyuman yang meneduhkan siapa saja memandangnya.

 “Hei boy, how are you ?” tanya om Ardian melihat Ken menghampirinya dengan senyum tipisnya.

“Hei om, I’m okay. Om dan tante sehat ?” balas Ken sambil bersalaman dengan kedua paruh baya yang masih menerbitkan senyuman teduhnya.

“Kita sehat boy, ayo masuk. Tante sudah membuatkan cookies kesukaanmu dan mommy mu,” ucap tante Nadhine sambil menggandeng kedua lengan kekar milik Ken dan suaminya untuk masuk ke ruang keluarga yang sudah ia siapkan kue – kue kesukaan calon menantu dan calon besannya yang ia tata di meja.

***

Di ruang keluarga kediaman Nara,

Sudah 20 menit yang lalu ketiga sahabat dengan akhlak minim itu menghabiskan masakan mama Nara yang selalu menggugah selera, kini mereka bertiga tampak sedang berada di ruang keluarga dengan posisi Nara tidur tengkurap di sofa menghadap ke Rissa yang tengah tidur di bawahnya alias di karpet bulu dengan memejamkan kedua matanya merasakan punggungnya yang sedikit lebih relax, sedangkan Azri duduk dengan anteng di sofa single sebelah kanan Nara, tengah memainkan game online pada ponselnya dan sesekali terdengar mengumpati lawan mainnya.

“Codetttt, tidak bisakah mulutmu itu tidak berkata jahat pada ponsel yang kau pegang ??” gerutu Rissa masih dengan mata terpejam. Nara yang mendengar si cempreng mulai protes dengan umpatan si jangkung, terlihat menarik bibirnya ke atas bersiap untuk mengompori Rissa agar lebih memarahi Azri.

“Benar sekali riss, si codet itu tidak ada sopan – sopannya dengan ponselnya apalagi dengan kita. Mulutnya itu perlu kita laundry dengan banyak detergen agar tidak selalu mengumpat dan berkata jahat,” cibir Nara. Azri yang mendengar cibiran Nara dan protes dari Rissa langsung membungkam mulutnya rapat.

“I’m sorry guys..” ucapnya. Ruangan seketika hening, sebelum mama Nara menghampiri ketiga makhluk minim akhlak itu dan mengatakan jika ada telepon dari mama Rissa.

“Rissa sayang, ada telepon dari mama mu nak,” ucap mama Nara. Rissa yang mendengar ada telepon dari sang mama pun segera membuka matanya lebar dan berlari menuju ruang tamu dan bergegas mengangkat telepon tersebut,

“Hallo mam, ada apa ?” tanya Rissa sambil menguap.

“Honey,  cepat pulang. Ada tamu penting, mama kan sudah bilang langsung pulang jangan keluyuran. Ayo jangan merepotkan mamanya Nara. Mama tunggu,” ucap mama Rissa diseberang telepon. Belum sempat membalas ucapan sang mama, sambungan telepon terputus dan membuat Rissa menggerutu.

 “Mama nih, kebiasaan kalo telepon selalu saja langsung diputus,” batin Rissa. Rissa segera menghampiri dua sahabatnya yang minim akhlak untuk p amit pulang, ia juga menghampiri mama Nara yang sedang bersantai dengan buku resep masakannya untuk pamit pulang dan berterima kasih atas makanan yang ia habiskan. Ternyata Azri juga ikut pamit pulang dan mereka berdua pun saling melambaikan tangan dan berpisah di pertigaan kompleks perumahan.

“Siapa sih tamu penting yang datang tiba – tiba itu, sangat tidak penting dan mengganggu waktu santaiku saja,” gerutu Rissa dengan terus mengayuh sepeda polygon heist x5 nya yang dikado  gavin pada tahun kemarin. Tanpa ia tahu, kejutan tengah menantinya di rumah.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status