Share

CONSEQUENCES 1

BAB 8 - CONSEQUENCES 1

Singapore,

Setelah memakan waktu kurang dari 2 jam penerbangan dari Jakarta – Singapura, ketiga makhluk rupawan itu menginjakkan kakinya di bandara Singapura Changi dan segera menghampiri beberapa orang yang sudah menunggu kedatangan mereka dari 30 menit yang lalu.

Claire dihampiri asisten Alex yang menjemput kedatangannya atas perintah dari sang kakak, sang asisten segera meraih koper kecil milik adik kesayangan bosnya dan berjalan di belakang wanita itu. Ken dan Jad pun dihampiri oleh beberapa pengawal dan seorang pria yang menjadi wakil pimpinan di perusahaan Salvino Grup cabang Singapura. Mereka tampak memberi hormat pada pimpinan perusahaan pusat, dan segera mengambil alih barang – barang yang dibawa kedua pria tersebut.

Claire berhenti sejenak melirik pada kedua pria yang tadi berangkat bersama dengannya dan memberi kode pada asisten Alex untuk terlebih dahulu masuk ke dalam mobil setelah meletakkan koper miliknya. Ken dan Jad yang berdiri tidak jauh dengannya pun menoleh pada wanita itu yang tiba – tiba berhenti, “Vin, kapan kita akan membahas kontrak kerja yang harus kita selesaikan ?”

Kedua pria itu masih tampak diam mendengar pertanyaan wanita di sampingnya yang tidak formal saat akan membahas pekerjaan, lalu Jad selaku asisten Keenan pun membantu menjawab pertanyaan Claire karena ia tahu dan paham betul jika sang bos enggan menjawab pertanyaan dari wanita disamping mereka yang menjadi rekan bisnis sekaligus masa lalunya itu.

“Maaf bu Claire, kami yang nanti akan menghubungi pihak Max company perihal pembahasan kontra kerja sama antara perusahaan,”.

Claire yang tidak mendapatkan jawaban langsung dari pimpinan perusahaan Salvino grup pun menahan malu karena mendapat jawaban dari sang asisten yang melayangkan ucapan formal membuatnya salah tingkah karena tidak berbicara formal saat membahas pekerjaan.

“Oh, baiklah kalau begitu. Kami akan menunggu pembahasan kelanjutan kontrak kerja sama kita. Kalau begitu saya permisi dulu pak Jaden dan pak Keenan,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya dan segera memasuki mobil yang akan membawanya pulang kerumah tanpa menunggu balasan dari kedua pria itu.

“Cihh, dasar wanita tidak sopan. Apa dia tidak sadar sudah berbicara tidak formal kepadaku? Dia pikir siapa dia berani – beraninya mencampur adukkan perihal pribadi dan pekerjaan,” cetus Ken dengan berdecih sinis dan hanya ditanggapi senyum tipis oleh Jad yang masih melihat kepergian mobil milik Alex yang ditumpangi oleh Claire.

“Sudahlah, lebih baik kita segera ke perusahaan agar pekerjaan kita cepat selesai dan bisa segera pulang,” ajak Jad dengan sembari memerintahkan sang supir untuk segera melajukan kendaraannya ke perusahaan.

***

Setelah mengadakan rapat tertutup bersama kepala divisi perusahaan cabang, Ken dan Jad memutuskan untuk segera meluncur ke penginapan dan beristirahat sejenak untuk mengistirahatkan tubuh dan otaknya yang sedang lelah akibat perjalanan jauh dan juga pekerjaan yang membuatnya memutar otak lebih.

“Langsung ke resort pak,” ucap Jad pada supir perusahaan yang bertugas mengantar jemput kemanapun kedua pria ini selama berada di Negeri Singa.

“Baik pak”. Kebetulan beberapa karyawan di perusahaan cabang yang berada di Singapura adalah orang – orang Indonesia yang dipilih secara acak dan bergatian dari pusat Salvino grup, termasuk dengan supir yang sedang mengantar kedua pria datar ini.  

Keenan yang sudah sangat lelah, merebahkan tubuhnya di bangku penumpang dengan menyandarkan kepalanya dan masih dengan kacamata hitam yang setia bertengger di hidung mancung pria kulkas beton itu. Ia menutup matanya untuk merileks kan tubuhnya, sebaliknya dengan pria datar namun sedikit jahil itu tampak tengah menghidupkan ponselnya yang sengaja dimatikan sejak di pesawat.

Fr : Betina Datar

Jad, kau dan bosmu itu sangat menyebalkan ?!!

Fr : Betina Datar

Hei, apa kau gila meninggalkan aku dengan rekan perusahaan yang sangat menjengkelkan ?!!!!!

Fr : Betina Datar

Kalian sungguh gila meninggalkan rekan bisnis yang sangat mesum padaku, kalian sungguh tega ...

Fr : Betina Datar

BALAS PESANKU BERENGSEK?!! ATAU KAU AKAN TAHU AKIBATNYA

Fr : Betina Datar

SINTING, KAU SUNGGUH SANGAT MENYIKSA KU (T.T)

Jaden yang mendengar banyak notifikasi pesan itu segera membuka aplikasi chatting pada ponselnya dan segera membaca pesan dari satu – satunya sahabat wanitanya, yang tak lain dan tak bukan yaitu Zelle.

Saat ia membaca pesan – pesan yang berisi umpatan dan keluhannya seketika tertawa terbahak – bahak mengakibatkan sang bos si kulkas beton bangun dan reflek memukul lengan asisten sengkleknya karena kaget dengan suara tawanya yang menggelegar.

“Suaramu itu tidak jauh dengan kaleng gambreng yang rusak, jangan berani – beraninya kau mengeluarkan suara tawamu yang sumbang itu di dekatku. Kau membuat kerja jantungku melemah, sialan..” umpat Ken kepada Jad yang masih terus saja tertawa dan menutup mulutnya dengan tangannya.

“Maaf Ken, aku tidak sanggup membayangkan si betina datar menghadapi klienmu yang mesum itu dan juga tugas yang kau berikan tadi pagi untuk mengurus kontrak kerja bersama perusahaan Angkasa besok, hhaha...”

“Siapa yang kau maksud dengan klien ku yang mesum apa si botak gempal itu????”

“Siapa lagi pria tua botak gempal yang berani mesum pada Zelle? Aku jadi membayangkan bagaimana wajahnya menghadapi pria itu”.

“Hahaha, ya kau benar pak Pras tidak ada kapoknya dengan Zelle. Tapi pria itu akan takut jika kau yang sudah maju, mungkin Zelle akan menggunakan namamu agar pria itu tidak bertindak yang macam – macam.”

“Eh Jad, sebaiknya kau segera hubungi si betina datar itu. Aku jadi khawatir dengannya,” tawa yang daritadi menggelegar seketika hening mengingat sahabatnya itu sedang sendiri menghadapi pria botak gempal itu yang dianggapnya sangat berani mesum pada Zelle.

Raut wajah Jaden pun mendadak serius mendengar perkataan Ken yang mengingatkan bagaimana kelakuan rekan bisnisnya yang cenderung memiliki sifat mesum itu. Ia pun segera menghubungi ponsel Zelle, namun tidak kunjung diterima dan membuatnya tegang.

***

Tampak seorang wanita dan seorang pria berada di sebuah resto yang telah di reservasi atas nama perusahaan sedang menunggu kedatangan seseorang yang sudah membuat janji dengan mereka.

“Rio, kau tahu kan rekan perusahaan ini sungguh mesum. Kau harus tetap bersamaku saat pria mesum itu datang” ucapan Zelle pada asistennya mengandung perintah. “Siapp bu bos, saya akan selalu bersama ibu,” jawab Rio sambil mengangkat tangannya memberikan tanda hormat pada Zelle yang memutar matanya malas karena tingkah asistennya yang terkesan berlebihan itu.

“Hmm..” Zelle pun kembali mengetikkan pesan pada kedua atasannya, namun pesan yang ia kirimkan belum dibaca dan dibalas satu pun oleh mereka berdua. Ia pun berdecak sebal ketika melihat pesannya hanya centang satu pada salah satu pria datar itu, yaitu Jad.

“Sialan mereka berdua, lihat saja aku akan membuat mereka berdua tidak tenang,” batinnya dengan masih mengomeli kedua sahabat sekaligus atasannya itu.

Tak lama kemudian, seorang pria tua botak nan gempal berjalan bersama seorang wanita dengan pakaian ketat dan sedikit terbuka pada bawahan yang ia kenakan membuat pahanya yang kuning langsat itu terlihat dengan jelas. Mereka berdua berjalan ke meja dimana Zelle dan Rio duduk.

Zelle dan Rio pun berdiri menyambut kedatangan pak Pras beserta sekertarisnya dan saling berjabat tangan, Zelle pun mempersilahkan kedua orang itu untuk duduk bersama. “Silahkan duduk pak”.

Pak Pras dan sekertarisnya pun duduk bersama dengan membuka obrolan basa – basi seperti biasanya, “Apa kabar bu Zelle?” tanya pria itu dengan senyum menyebalkannya.

“Baik pak, kalau begitu saya akan langung menjelaskan bagaimana peraturan kerja sama antar perusahaan. Kebetulan pak Keenan dan pak Jaden tidak bisa untuk menemui anda saat ini, karena sedang melakukan perjalanan bisnis kurang lebih seminggu ini. Maka dari, itu saya dan pak Rio yang akan menjelaskannya,” perkataan Zelle yang tidak ada basa – basinya itu membuat Rio menahan tawa karena melihat ekspresi sebal dari pria botak gempal didepannya.

“Baiklah, silahkan jelaskan peraturan kontrak kerja sama kita. Setelah itu saya harap anda bisa melihat dan meninjau lokasi proyek itu bersama saya,” jawabnya dengan kerlingan mesumnya yang membuat semburat merah pada wajah Zelle menahan amarahnya.

Rio yang mengerti jika atasannya itu sedang menahan amarah pun menggantikan Zelle berbicara dan menjelaskan semua peraturan kontrak kerja sama antara Salvino grup dengan perusahaan Levo.

Satu jam sudah, mereka membahas kontrak kerja sama perusahaan dan kini tampak melanjutkan acara pada lunch bersama dengan pak Pras yang terus mencoba membuka obrolan dan hanya ditanggapi seadanya oleh Zelle terkadang Rio juga yang menjawab.

“Maaf sebelumnya pak, saya rasa untuk meninjau lokasi proyek seharusnya anda menunggu kedatangan bos kami dan membuat janji dulu dengan beliau,” ucap Zelle disela – sela obrolan tidak penting yang diucapkan Pras.

Pras hanya tersenyum sinis dan meletakkan sendok yang ia pegang sedikit kasar, “Wahhh, kenapa harus menunggu lagi? Apa kalian pikir saya memiliki banyak waktu luang hah??” suara tinggi pria botak gempal itu membuat beberapa pasang  mata melihat kearah meja mereka. Zelle diam dan menatap datar pada pria tua menyebalkan itu dan Rio pun sama diamnya, lalu menggantikan Zelle untuk bicara.

“Pada perjanjian kontrak kerja, peninjauan lokasi proyek akan dilaksanakan kurang lebih dua minggu setelah pembahasan peraturan dan kerja sama antar perusahaan. Sedangkan hari ini, kami hanya mendapat pesan dari atasan kami untuk membahas peraturan kerja sama antara perusahaan terkait dan tidak lebih dari itu pak,” terang Rio dengan sabar.

Namun, lagi – lagi pria botak gempal itu tidak mau tahu dan tidak mau mendengar penjelasan dari Rio maupun Zelle. Ia terus memaksa keduanya terutama Zelle untuk meninjau lokasi bersamanya hari ini juga, ia tidak mau menerima penolakan dan jika mereka menolak maka ia akan mengusut pada komisaris perusahaan atas perlakuan tidak menyenangkan dari karyawannya.

Zelle pun menghembusan nafasnya kasar dan memberi kode kepada Rio agar melanjutkan peninjauan lokasi setelah mendapat persetujuan dari pemilik perusahaan, ia akan menghubungi Adam untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum mengiyakan permintaan pria botak gempal menyebalkan itu.

Setelah mendapat persetujuan dari Adam, Zelle pun memberitahukan bahwa peninjauan lokasi proyek bisa dilakukan hari ini karena kerja sama yang dilakukan antara perusahaan Levo dengan Salvino grup bukan hanya saat ini saja melainkan sejak pimpinan masih dipegang oleh Adam.

“Baiklah pak, kalau begitu peninjauan lokasi proyek bisa anda lakukan bersama pak Rio. Saya masih harus mengerjakan proposal kerja sama dengan perusahaan lain besok,” sembari mengucapkan itu Zelle tampak akan berdiri dan pamit.

Namun, keinginannya yang segera beranjak dari resto pun harus terhalang kembali dengan permintaan absurd pria botak gempal itu yang meminta Zelle menemaninya dan tidak akan melanjutkan kontrak kerjasama jika Rio yang menemaninya.

“Baiklah, Rio kau kembali saja ke perusahaan. Aku akan menemani pak Pras meninjau lokasi proyek dan bawa saja mobilnya. Aku akan naik taksi pulang nanti,”

Rio pun segera berpamitan kepada atasannya dan juga rekan bisnis perusahaan mereka dan melangkahkan kakinya ke parkiran.

***

Sedangkan di sebuah kamar dari salah satu Resort World Sentosa Singapore, yang dipakai Ken dan Jad menginap tengah menampakkan suasana tegang penghuninya.

Ken yang tahu dengan ketegangan di wajah Jad karena khawatir dengan kondisi Zelle saat ini pun ikut tegang dan segera mengambil ponselnya yang berada di saku jasnya. Ia segera menghubungi kantor Salvino grup yang selalu diangkat resepsionis tanpa khawatir tidak ada yang merespon.

“Halo, dengan Dita dari Salvino grup. Ada yang bisa saya bantu?” sapa lembut suara resepsionis pada Ken.

“Ini saya pak Keenan, tolong kamu segera hubungkan panggilan ini pada bu Zelle”

“Sebentar pak,” ucap Dita pada atasannya itu dan segera menghubungkan sambungan panggilan itu kepada sekertaris CEO itu, namun setelah beberapa menit kemudian ia kembali kepada sang atasan.

“Maaf pak, bu Zelle sedang tidak berada di tempat saat ini. Beliau sedang keluar kantor bertemu dengan rekan perusahaan dari perusahaan Levo sejak dua jam yang lalu,” jelas Dita rinci dan membuat kedua mata Ken membulat.

“Sejak dua jam yang lalu, dan dia belum kembali lagi saat ini? Dengan siapa dia menemui pak Pras?” tanyanya khawatir namun berusaha setenang mungkin agar Dita atau Jad tidak khawatir.

“Bu Zelle pergi bersama dengan pak Rio,” jawab Dita.

“Baiklah, terima kasih Dita,”

“Sama – sama pak,,”

Jaden yang masih belum bisa menghubungi ponsel Zelle pun segera menanyakan keberadaan wanita itu pada Ken yang tampak akan menghubungi seseorang lagi, “ Bagaimana Ken, dimana betina datar itu??”

“Sabar Jad, dia sedang menemui pak Pras ditemani Rio. Aku akan menghubungi ponsel Rio,”

Dering ketiga panggilan pada ponsel Rio masih belum diangkat, dan pada dering kelima tampak suara seorang pria terdengar.

“Halo pak, ada yang bisa saya bantu?” tanya Rio sopan setelah menepikan mobil untuk menjawab panggilan dari atasanya itu.

“Rio, apa kau menemani Zelle pergi menemui pak Pras pimpinan perusahaan Levo yang akan membahas peraturan kerjasama perusahaan?” tanya Ken tidak sabar, dan Jad hanya mendengarnya.

“Iya pak, tapi saat ini bu Zelle sedang meninjau lokasi bersama pak Pras dan menyuruh saya kembali ke perusahaan untuk mengatur jadwal kerja sama bersama perusahaan Angkasa yang akan dibahas besok pak,” terang Rio yang membuat Ken menegang karena mengkhawatirkan keadaan Zelle yang kini sendirian bersama pria itu.

“Lalu kenapa ponsel Zelle tidak bisa dihubungi sama sekali??!” bentak Ken tidak sadar dan membuat Rio di seberang sana terlonjak kaget dan menjauhkan telinganya pada ponselnya.

“Ehh, ka- ka - lau itu sa-ya kurang tahu pak. Dari tadi bu Zelle tampak sibuk dengan ponselnya sampai pak Pras datang dan baru memasukkan ponselnya di tas,” jawab Rio dengan terbata.

“Ya sudah, lebih baik kau sekarang hubungi Doni untuk menjemput Zelle di lokasi yang ia datangi itu. Cepat ?!! jangan sampai kau lupa memberitahu Doni,” bentak Ken lagi dan memutuskan panggilannya itu sepihak.

Rio yang kembali menerima bentakan dari atasannya pun hanya mengelus dadanya dan segera menghubungi Doni, supir kesayangan trio datar itu yang tidak hanya sebagai seorang supir perusahaan melainkan juga sebagai pengawal trio datar itu walaupun yang mengetahui hanya mereka berlima saja termasuk Rio.

Sesaat Rio teringat dengan ucapan Zelle padanya yang memerintahkannya untuk selalu bersama dengannya ketika membahas kontrak kerja bersama Pras, pria botak gempal itu. “Shittt, kenapa aku lupa hal itu ???!!!”

Ia segera mencari kontak Doni dan segera menekan ikon panggilan, tak butuh menunggu lama pada dering kedua Doni sudah mengangkat panggilannya.

“Halo bos Rio, ada yang bisa saya bantu??” jawab suara berat diseberang.

“Doni, tolong kamu susul bu Zelle ke lokasi proyek. Lokasinya akan aku shareloc dan kirimkan padamu. Berangkat sekarang, sebelum pak Ken dan pak Jad murka ??!!” perintah Rio dengan suara yang terdengar khawatir. Ia pun segera mengirimkan lokasi proyek dimana Zelle berada bersama pria botak gempal itu, dan ia pun menyalakan kembali mesin mobilnya dan memutar balik arahnya untuk menjemput Zelle.

“Sialannn, bagaiamana bisa aku lupa. Kalau saja pria menyebalkan itu tidak banyak permintaan dan tidak banyak omong pasti aku tidak akan lupa dan seceroboh ini,” umpat Rio pada dirinya yang seringkali lupa dengan hal – hal penting.

“Bisa mampus aku, kalau ada apa – apa dengan bu Zelle,”.

***

Setelah menurunkan sekertarisya ditepi jalan yang tidak jauh dari perusahaannya, pria botak gempal itu memerintahkan supirnya untuk pergi ke lokasi yang sudah ia katakan sebelum bertemu dengan Zelle dan Rio di resto. Sebuah senyuman misterius terbit pada wajah pria itu, namun tidak terlihat oleh Zelle yang mengalihkan pandangannya kearah luar jendela sampingnya.

Zelle yang masih asik memandangi jalanan di sampingnya itu tidak menyadari jika mobil tidak mengarah pada lokasi proyek melainkan pada sebuah hotel. Saat pandangan matanya menangkap tulisan Hotel , ia pun tersadar dan segera menoleh kearah pria botak gempal itu yang tampak tersenyum penuh arti.

“Kenapa kita kesini pak? Bukankah kita akan meninjau lokasi sesuai permintaan anda??” tanya Zelle dengan nada yang sedikit naik membuat Pras tertawa mendengarnya.

“Kau itu tidak sabar sekali, tunggulah sebentar. Aku ingin mampir kesini untuk mengambil berkasku yang ketinggalan di kamar hotel ini. Kemarin malam aku tidur disini karena terlalu larut untuk pulang kerumah,” terang pria botak gempal itu dan menyuruh Zelle membantu membawakan berkas – berkas itu karena banyak sekali.

Zelle pun menyanggupinya dan berjalan di belakang pria botak gempal itu, tanpa sadar ada sepasang mata yang tengah memperhatikannya dari jarak jauh.

“Zellean ??? Kau kah itu ?” gumam seorang pria berbalut jas itu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status