Share

NICE TO MEET YOU

BAB 5 - NICE TO MEET YOU

Perusahaan Citra – Jarvis Lakashya Group (C-JL Group),

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit antara jarak dari rumah Rissa ke perusahaan tempatnya bekerja, mobil Ken tampak berhenti di depan gerbang perusahaan bidang layanan public relations (hubungan masyarakat) dan advertising C-JL Group. Rissa melepas seatbelt dan hendak beranjak keluar, namun tangan Ken memegangnya dan membuat Rissa menoleh padanya.

“Sa, jam berapa kau pulang kantor nanti ?” tanya Keenan seraya menatap mata Rissa dengan teduh. Rissa yang ditatap seperti itu mengerutkan dahinya dan membatin, “Tumben si kulkas hangat??”

“Emm,, mungkin aku baru bisa keluar kantor jam 5 an Ken. Ada apa, tumben kau bertanya??” tanya Rissa pada Ken yang masih menatapnya.

“ Aku ingin mengajak kau makan diluar setelah pulang kerja nanti, sekalian menghabiskan waktu karena kemungkinan besok siang aku dan Jad akan berangkat ke Singapura,” ucapnya sambil mengelus lembut rambut Rissa. Rissa yang mendengar keberangkatan Ken diajukan sehari itu menatapnya dengan memelas dan meraih lengan kekar kekasihnya dan memeluknya erat, “Kenapa by,bukannya masih hari rabu besok kau baru berangkat? Kenapa diajukan sih?”tanyanya dengan sedikit manja membuat Ken tertawa.

“Disana sedang urgent sa, aku dan Jad harus segera ke kantor cabang sana untuk segera menyelesaikan beberapa pekerjaan disana. I promise, aku akan segera menyelesaikan pekerjaan disana dengan cepat agar bisa segera kembali,” ucapnya dengan seulas senyum manisnya yang jika dilihat kaum hawa bisa diabetes dan menggelepar – gelepar seperti ikan kehabisan oksigen. Rissa pun mendekatkan wajahnya pada wajah Ken dan mencium pipinya sekilas. Ken yang mendapat ciuman mendadak dari si cerewet kaget karena tidak biasanya gadis itu menciumnya tanpa diminta terlebih dulu.

Pipi seorang Keenan Neo Salvino, pria kaku nan datar yang mendapat gelar kulkas beton dari orang tua dan kekasihnya itu menyemburatkan rona merah dan membuatnya salah tingkah.

“Ehemm.. tumben aku mendapatnya tanpa memintanya terlebih dahulu?” tanya Ken pada Rissa yang bersiap akan keluar dari mobil. Rissa yang mendengar perkataan Ken itu mengerutkan dahinya,

“Apa kau tidak suka jika aku menciummu tanpa aba – aba ?” ketus Rissa sambil melirik Ken sinis. “Memangnya hanya kau saja yang boleh main sosor hah ??” ketusnya lagi. Ken hanya tertawa dan menangkup wajah cemberut kekasihnya dan mengecup keningnya sekilas.

“Sudah, jangan cemberut aku hanya tanya saja. Turunlah, nanti kau terlambat dan kabari aku jika kau sudah akan pulang. Aku akan menjemputmu,” ucap Ken tanpa melepas tangkupan tangannya yang masih berada di kedua pipi Rissa. Rissa yang mendapat kecupan di keningnya dari si kulkas beton dengan lembut pun tertawa manis dan menampilkan rona pipi bak apel merah. “Dia menggemaskan,” batin Ken.

“Emm. Baiklah kalau begitu aku turun ya by, kau hati – hatilah menyetir. Jangan mengebut, pelan saja yang penting sampai kantor dengan selamat,” ucap Rissa dan turun dari mobil Ken.

Ken terus memperhatikan punggung si cerewet sampai hilang dari pandangannya, lalu ia pun kembali pada kemudi dan melajukan supercar frozen grey nya dengan kecepatan tinggi karena ia harus segera mengadakan rapat harian dengan para kepala bagian di perusahaan Salvino group.

***

Di sebuah ruangan dengan nuansa hitam putih,tampak seorang pria bertubuh atletis dengan kulit putih bersih tengah terlelap di atas ranjang king size nya dengan hanya menggunakan boxer. Ia menggeliat dan mengerjapkan matanya ketika sinar matahari mulai masuk di celah – celah tirai jendela yang belum ia buka.

Tok Tok Tok. Terdengar suara ketukan yang terus menerus dibalik pintu kamar tersebut dan mulai terdengar menganggu penghuni kamar.

“HEI KAZUTO DIEGO ALFAHREZI, PUTRA HOSHIKO DIEGO AITA AYO BANGUNNN ?!! DASAR PEMALAS ?!!” ucap seorang wanita dibalik pintu dengan ketukan yang semakin tidak beraturan membuat Kazu mengumpat di balik selimutnya yang semakin ia naikkan untuk menutup seluruh bagian tubuhnya agar tidak mendengar teriakan memekakkan telinganya. Karena suara ketukan yang semakin keras tidak  beraturan dan menjadi suara yang amat sangat bising, membuatnya keluar dari selimut dan beranjak ke arah pintu sambil mengomel dan menghentakkan kakinya.

Ceklek, pintu pun terbuka dengan lebar dan menampilkan sosok tubuh seorang wanita paruh baya dengan tampilan anggun dan ekspresi yang terlihat jengkel. “Dasar pemalas, ayo cepat mandi dan segeralah turun. Papi dan mami menunggumu di  bawah. CEPAT ?!!” ucap Tania yang tidak lain adalah mami dari Kazu yang segera menghilang dari pandangan putranya yang masih belum sepenuhnya terbangun.

“Ckkk, dasar mami. Selalu teriak – teriak, apa dia pikir ini hutan ?? Dasar, tidak sabaran. Huhhh,,,” keluh Kazu sambil menutup kembali pintu kamar dan segera menuju kamar mandi.

Di ruang makan keluarga Diego, tampak dua orang paruh baya sedang duduk sambil menyesap minuman yang telah disiapkan oleh pelayan. Pria paruh baya yang masih asik dengan tablet yang berada di tangannya tidak menyadari jika istrinya tengah menatapnya dengan tajam sambil cemberut.

“Ehemm... apa sebuah tablet seseru itu dibanding berbicara dengan wanita anggun dan cantik seperti diriku ini ?” gerutu Tania mencibir suaminya dengan mengalihkan pandangannya ke arah roti yang sedang ia oles dengan selai coklat kesukaan suaminya. Hoshiko yang mendengar gerutuan yang sengaja dikatakan dengan keras oleh istrinya mengalihkan pandangannya kearah Tania dan meletakkan tablet di sisinya.

“Emmm.. maaf mi. Papi tidak bermaksud untuk mengabaikan mami. Emm, apa anak nakal itu sudah kau bangunkan?” tanya Hoshiko dengan meraih piring roti yang diberikan Tania. “Apa papi tidak mendengar suara merdu mami yang menggelegar itu untuk membangunkan putramu yang menyebalkan itu ???” ketus Tania.

Hoshiko yang mendapat lirikan sinis dari Tania hanya bisa berdehem dan tidak berani menatapnya. “Aku sudah membangunkannya, pantas saja kau tidak mendengar suaraku karena kau hanya fokus dengan kekasihmu itu,” lanjut Tania dengan bersungut  - sungut sambil mengoleskan selai kacang pada roti kesukaan putra bungsunya.

“Maafkan papi mi, dan papi berani bersumpah papi tidak memiliki kekasih lain selain istri yang tidak lain ya mami ini,” ucap Hoshiko tidak terima dengan tuduhan Tania.

“HAHHHH??!!! Apa papi bilang tadi, kekasih ?? Papi selingkuh mi ????” yang benar saja” sambar Kazu yang  berjalan dengan menenteng jasnya dan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah adu mulut. “Jaga ucapanmu nak, apa kau tidak percaya jika papi hanya setia pada mami seorang ??” jawab Hoshiko yang dibalas dengan decihan Tania.

“Papimu menduakan mami dengan sebuah tablet nak, tapi papimu tidak sadar akan hal itu,” jawab Tania ketus sambil menyerahkan sepiring roti selai kacang pada sang putra yang tertawa terbahak – bahak di sebelah sang mami. 

“Oh my god, maafkan papi mi. Papi hanya sedang mengecek harga saham perusahaan. Papi janji tidak akan mengecek pekerjaan lagi di saat bersama mami,” rayu Hoshiko pada Tania yang dibalas dengan tatapan sinis. “Kau bahkan sudah berjuta juta kali berjanji tapi kau tetap saja melakukan itu. Seperti tidak ada waktu saja, kau itu sangat menyebalkan seperti putramu ini,” ucap Tania dengan memandang kedua pria yang bersamanya. Kazu yang mendengar jika maminya mengeluh karena dirinya juga menyebalkan seperti sang papi hendak protes namun diurungkan karena akan membuat perdebatan di pagi hari.

“Sudahlah, kalian habiskan sarapannya. Mami minta maaf sudah banyak mengomel pada kalian pagi – pagi begini,” ucap Tania dengan senyumnya pada suami dan putranya.

Mereka bertiga pun tertawa dan menikmati sarapan dengan selingan obrolan mengenai perusahaan bahkan kegiatan masing – masing. Selesai sarapan kedua pria itu pamit kepada nyonya besar dan segera berangkat menuju Diego Company, perusahaan milik papi Kazu yang ditanganinya saat ini. Mereka berangkat bersama dengan satu kendaraan yang dikemudikan Kazu.

***

Sementara suasana di perusahaan CJ-L group tengah ramai dengan segala rencana penyambutan seorang bayi yang tengah dinantikan oleh sang pemilik perusahaan. Bagaimana tidak, sudah 5 tahun lamanya pernikahan kedua pasangan pemilik perusahaan CJ-L group itu belum dikarunia putra atau putri. Kini, kedua pasangan itu tengah suka cita menantikan kelahiran bayi mereka dengan hitungan jam saja karena akan melakukan persalinan secara caesar dikarenakan kondisi sang ibu yang tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan normal.

“Bagaimana untuk acara gathering besok ka ?” Tanya Rissa pada asistennya Ika yang sedang merapikan file – file yang telah ia selesaikan untuk diberikan kepada Rissa.

“Untuk acara besok, divisi bagian acara sudah berkoordinasi dengan EO yang akan membantu persiapan acara bu. Jadi kita hanya harus segera menyelesaikan press release milik perusahaan BIO yang akan diliput media, karena klien kita yang satu itu selalu meminta hasil yang perfect,” tutur Ika pada PR Manager CJ-L group yang tidak lain adalah Clarissa.

“Hmm.. baiklah. Kalau begitu segera kau berikan file – filenya keruanganku untuk aku cek, dan kau bisa membantuku untuk menentukan juru bicara perusahaan itu dalam press release yang sesuai untuk bisa menjawab pertanyaan media yang akan mereka lontarkan,” perinah Rissa tegas dan segera berlalu dari hadapan sang asisten untuk mengecek pada divisi bagian acara gathering karena ia mendapat amanat dari bos untuk memantau jalan acara gathering yang akan diselenggarakan selama seminggu di pinggir kota yang bernuansa pegunungan sesuai permintaan bu Citra pemilik perusahaan sekaligus istri bos perusahaan.

Kehadiran Rissa pada ruangan divisi acara membuat ruangan itu hening seketika, karena Rissa terkenal sebagai manager yang tegas, perfect dan tidak akan segan pada bawahan yang pekerjaannya tidak sesuai dengan yang diharapkannya, apalagi jika ia menerima amanat dan perintah langsung dari kedua bosnya, namun ia dikenal lemah lembut juga pada klien bahkan atasan yang usianya diatas nya. “Bagaimana acara gathering besok sudah sampai mana dan berapa persen?” tanya Rissa pada ketua tim acara yang mengerjakan gathering ini dengan bantuan EO langganan perusahaan.

“Kami sudah sampai pada mempersiapkan akomodasi untuk karyawan menuju tempat acara, dan sedang menghubungi pembawa acara yang akan memimpin acara nantinya. Untuk dekorasi penataan tempat acara sudah diurus oleh pihak EO bu,” jawab Didi ketua tim acara tanpa ragu pada Rissa. Rissa menerbitkan senyum tipisnya dan menganggukkan kepalanya dengan memperhatikan tim acara yang sedang melakukan tugasnya. “Oke, good job Di. Setelah selesai tolong kau keruanganku dan berikan susunan acara gathering selama seminggu nanti,”  kata Rissa sambil berlalu dan segera menuju ruangannya.

Sepeninggal Rissa suasana kembali ramai dengan celotehan anggota tim acara yang tadinya diam mengerjakan tugasnya masing – masing, “Huffttt, akhirnya bu Rissa pergi juga. Suasana seketika tegang dengan kedatangan manager cantik kita,” ucap salah satu anggota tim acara tersebut dan dijawab dengan tertawa oleh semua anggotanya. “Ayo, segera kita selesaikan agar bu Rissa tidak marah karena kurang sempurna,” perintah Didi pada seluruh anggotanya. “Siapppp ?!!!” jawab anggotanya serempak.

***

Keenan dan Jaden yang telah selesai dengan rapat harian mereka bersama para petinggi perusahaan Salvino group pun tampak belum beranjak dari singgasana masing – masing. Mereka berdua tampak membicarakan pekerjaan yang akan mereka bawa dan kerjakan besok di negara tetangga yang mendapat julukan The Lion City.

“Coba kau hubungi Zelle agar dia keruangan rapat sekarang,” perintah Ken tanpa melihat Jad. Jaden yang mendengar perintah dari sang bos pun segera mengeluarkan benda pipih di saku jasnya dan segera menekan kontak Zelle dan menghubunginya.

“Halo, cepat keruangan rapat sekarang..” perintah Jaden pada gadis diseberang telepon.

“Baik pak,” jawab Zelle. Meskipun ketiga makhluk datar nan kaku ini bersahabat baik selama lebih dari 4 tahun ini, mereka akan memanggil dengan sebutan formal jika berada di perusahaan atau dalam hal pekerjaan.

Setibanya Zelle diruangan itu, ia langsung membungkukkan dirinya sebelum duduk disebelah kiri Ken dan berseberangan dengan Jad. “Ada apa bapak memanggil saya kemari ?” tanya Zelle pada kedua pria yang tampak tegang itu. Jaden hanya berdehem dan menyuruh Ken untuk  memberitahu Zelle apa yang akan mereka bicarakan.

“Kau sudah tau kan, jika waktu keberangkatanku dan Jad di percepat menjadi besok ?” tanya Ken dengan menatap Zelle.

“Iya pak,” jawab Zelle dengan menatap Ken dan berpindah pada Jad.

“Emm, begini apa kau tidak keberatan untuk di kantor sendirian ?” tanya Ken lagi yang membuat kerutan di dahi Zelle dan desahan nafas pelan dari Jad.

“Lalu?” jawab Zelle dengan tidak sabar. “Kau tahu kan, jika aku dan Jad pergi dan melakukan perjalanan bisnis ke luar kota atau ke luar negeri yang akan menghandle para klien itu kau. Jadi, apa kau bisa menghandle klien kita dari perusahaan Angkasa ?” tanya Ken hati – hati dengan melihat respon dari Zelle. Jaden pun turut melihat Zelle yang membuat respon datar dan tampak acuh pada pertanyaan Ken.

“Emm, apa kalian meragukan pekerjaanku? Aku bukanlah orang yang tidak profesional dalam hal pekerjaan. Kalian juga tahu kan??? Apa masalahnya?” tanya balik Zelle dengan kedua pria yang masih menatapnya itu.

“Bukan seperti itu Zelle, aku dan Ken hanya khawatir kalau kau akan tambah sakit hati melihat Akira. Bukan untuk meragukan pekerjaanmu,” jawab Jad pada Zelle yang menatap kedua pria itu dengan tatapan datar dan menusuk. Kedua pria itu hanya meneguk salivanya melihat tatapan Zelle.

“Kalau tidak ada hal penting lainnya, saya permisi dulu pak” pamit Zelle  datar pada Ken dan Jad. Tanpa mendengar jawaban dari kedua pria ittu, Zelle berlalu saja dan segera keruangannya dengan hati bersungut – sungut karena ulah kedua pria kaku diruangan rapat itu. Jad dan Ken hanya mengedikkan bahunya dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Zelle yang semakin hari semakin judes dan arrogant. “Kenapa jadi dia yang sebal?? Dasar wanita judes,” gerutu Ken dan mendapat anggukan Jad. Keduanya pun beranjak keruangan masing – masing.

***

Jam tangan stainless steel warna gold produk keluaran Alexandre Christie yang bertengger di pergelangan tangan mulus Rissa menunjukkan pukul 16.00 yang artinya setengah jam lagi jam kerja akan berakhir. Ia pun mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di meja dan akan melakukan panggilan pada Keenan. Tut tut tut ... ... ... telepon Rissa masih belum diangkat oleh Ken. Sudah tiga kali ia melakukan panggilan pada ponsel Ken dan tidak mendapat sahutan diseberang sana. Ia pun mengirimkan pesan teks untuk mengingatkan kekasihnya agar menjemputnya setengah jam lagi.

To : My Ken

By, setengah jam lagi aku sudah selesai. Kau janji akan menjemputku kan? Aku sudah tiga kali menghubungimu, kau tidak mengangkatnya. Take care baby <3

Send ....

Tampak centang dua warna hitam, pertanda pesan belum dibaca penerima namun sudah diterima. Rissa pun kembali mengerjakan pekerjaannya yang sedikit lagi akan selesai.Tring.. terdengar bunyi notifikasi dari ponselnya dengan nama “Ex” tertera pada layar ponselnya. “What ??? Mau apa lagi si playboy ini menghubungiku ?” kata Rissa dengan  meraih ponselnya dan melihat pesan yang dikirim orang tersebut,

From : Ex

Dear, maafkan atas sikapku yang telah menyakitimu. Aku tahu kau tidak akan membalas pesanku, tapi aku mohon bertemulah denganku di caffe san tierra jam 5 nanti.

“Dasar gila, apa dia tidak tahu Ken seorang posesif yang tidak akan membiarkan aku bertemu dengan pria lain selain dirinya atau kakak dan Azri,” umpat Rissa dan mengabaikan pesan Kazu.

Waktu pun telah menunjukkan pukul 17.00 dan para karyawan perusahaan CJ-L group tampak bersiap merapikan meja kerja masing – masing dan akan beranjak pulang, begitupun Rissa yang sedang membereskan meja kerjanya. Setelah membereskan mejanya, ia tampak mengecek pesan yang ia kirimkan pada Ken setengah jam yang lalu namun belum dibalas bahakan belum juga dibaca. “Hmm, kebiasaan. Kalau aku yang tidak bisa dihubungi dia pasti marah. Kenapa dia sangat menyebalkan sih?!!” keluh Rissa sambil berusaha menghubungi Ken kembali, namun sia – sia saja karena teleponya tidak diangkat bahkan rentetetan pesan yang diberikannya tetap tidak dibaca.

“Dasar kulkas beton sinting ?!!” umpatnya pada Ken.

Rissa pun segera turun  menuju lobi untuk menunggu Ken menjemputnya. Beberapa karyawan  menyapa gadis cantik yang masih memainkan gawainya dan mengecek pesan untuk kekasihnya itu juga tampak mencoba menghubunginnya lagi. Namun ponsel Ken kini tidak aktif, dan hal itu membuat Rissa jengkel setengah mati sampai ingin menangis.

Sudah hampir satu jam ia menunggu kedatangan Ken, namun tidak kunjung tiba hingga lobi kantor yang tadinya masih ramai dengan hilir mudik karyawan kini tampak sepi karena tinggal beberapa satpam dan dirinya saja. Rissa yang penakut pun beranjak keluar lobi kantor dan akan memesan taksi online. Ketika ia menundukkan pandangannya tiba – tiba sedan mewah Mercedes – Maybach S-Class hitam berhenti didepannya. Ia pun mendongakkan kepalanya menatap mobil yang berhenti itu.

Bersamaan dengan itu, tampak kaca mobil yang dibuka,menampilkan sosok pria tampan dengan kacamata hitam menyapanya dengan senyuman.

“ Clarissa, Nice to meet you..” ucapnya yang membuat Rissa membulatkan bola matanya dan tidak bisa menjawab ucapan pria itu.

***

Sementara di sebuah cafe baru dikota itu terlihat seorang pria sedang bersama seorang wanita dengan balutan dress merah menyala yang tengah menikmati hidangan yang mereka pesan di satu meja. Tampak keduanya saling mencuri pandang satu sama lain, namun dengan tatapan yang berbeda dari keduanya.

“Emm, Vin apa kabarmu setelah aku pergi?” tanya wanita berparas cantik dengan memandang kearah sang pria. “Baik..” jawab sang pria datar. Wanita itu tampak menghela nafasnya pelan dan meletakkan sendok garpunya dan mengambil minuman di hadapannya dengan masih menatap sang pria yang menunjukkan ekspresi datarnya.

“Kau berubah Vin,” ucap wanita itu kembali membuat pria yang sedang menyendokkan makanan pada mulutnya menatapnya dengan tajam. “Setiap orang akan berubah dengan sendirinya, tergantung dengan situasi yang dihadapi mereka. Begitupun dengan aku, apa masalahmu?” tanya pria itu dengan dingin.

“I’m just missing you so much Vin,” jawab wanita itu dengan berkaca – kaca dan menggenggam tangan pria yang duduk dihadapannya dengan erat. Pria itu menepisnya dan membuang mukanya ke arah lain tanpa mau memandang wanita cantik di depannya. Lalu ia melihat jam tangan di pergelangan tangannya seraya menggumam, “Oh, shit ?!!” dengan pelan namun jelas dan masih terdengar oleh wanita itu. “Aku harus pergi,” ucapnya pada wanita yang masih menatapnya dengan penuh rindu itu.

“Tunggu Vin, sebentar saja temani aku disini. Tidak akan lama, hanya sepuluh menit lagi,” pinta wanita itu dengan mengatupkan kedua tangannya agar si pria luluh. “No, lima menit lagi. Aku harus pergi. Cepat selesaikan makanmu,” dengan berat hati pria itu mau menemani wanita itu dengan ekspresinya yang menampilkan kejengkelan. “Cih, dasar manja..” umpatnya dalam hati

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status