Share

BEAUTIFUL PEOPLE

BAB 6 - BEAUTYFUL PEOPLE

“ Clarissa, Nice to meet you..” ucap pria didepan Rissa dengan kacamata hitam yang bertengger pada hidung mancungnya, membuat Rissa membulatkan kedua bola matanya dan tidak bisa menjawab sapaan pria itu. Rissa yang tadinya akan menekan aplikasi hijau untuk memesan taksi online mengurungkan niatnya dan menatap pria itu dengan sinis.

“Ada apa kau kemari? Apa kau memiliki kekasih lain di perusahaan ini? Setahuku kekasihmu itu sangat manja hanya untuk sekedar bekerja,” ketusnya.

“Haha, aku kesini bukan untuk menemui kekasihku melainkan menemui mantan kekasihku yang cantik dan imut,” jawab pria itu dengan percaya diri tinggi yang membuat Rissa ingin menyumpal mulutnya dengan kaos kaki milik Azri yang satu bulan belum dicuci.

“Aku tidak suka basa basi, ada apa kau kemari?” tanyanya dengan memicingkan mata, menatap pria dihadapannya yang kini telah turun dari sedan mewahnya dan berjalan kearahnya. Pria itu membuka pintu sedannya dengan mengisyaratkan gadis yang masih diam itu untuk masuk ke dalamnya.

“Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu sa, aku mohon kau mau ikut bersamaku” ucap pria yang tidak lain adalah pengirim pesan tadi dengan nama “Ex” pada ponsel Rissa siapa lagi kalau bukan Kazuto pria blasteran Jepang Amerika Indonesia yang tidak lain adalah mantan Rissa itu. “Apa kau sudah gila ?!! Atau kau tidak punya urat malu hah ?!!!” decak Rissa semakin sinis membuat Kazu melepaskan kacamatanya.

“Huff, aku benar – benar memerlukan bantuanmu sa. Aku janji tidak akan lama dan akan mengantarmu pulang nanti,” ucap Kazu dengan setengah memohon berharap gadis di depannya akan luluh, karena memang dia sangat memerlukan bantuan dari mantan kekasih yang ia putuskan tiba – tiba dua tahun lalu itu. Rissa pun menatap Kazu dengan datar dan menghembuskan nafasnya kasar,

“Baiklah, aku tidak bisa lama – lama. Kau juga tidak perlu mengantarku pulang, karena aku bisa pulang sendiri” ketusnya sambil masuk ke dalam dan duduk di bangku depan sedan mewah Kazu.

Kazu yang tidak menerima penolakan dari Rissa mengembangkan senyumnya dan memakai kembali kacamata yang sempat ia lepas tadi. “Thankyou so much my dear, upsss.. Emm, Rissa maksudku hehe...” cengir Kazu dengan menutup mulutnya karena medapat tatapan tajam dari gadis yang duduk anteng di bangku depan sedan miliknya.

Ia segera menutup pintu untuk Rissa dan beranjak ke samping kemudi dan akan meluncur ke tempat yang tadi ia bicarakan lewat pesan teks pada Rissa.

Kazu mulai menjalankan sedannya meninggalkan CJ-L group dengan kecepatan sedang menuju cafe San Tierra yang mulai buka itu, ia mencuri pandang pada gadis yang duduk disebelahnya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

Terlihat gadis itu sesekali menghembuskan nafasnya berat dan mengetuk – ngetukkan jari pada layar ponselnya. “Apa dia sedang ada masalah?” batin Kazu dengan kembali mengalihkan pandangannya pada jalanan.

Rissa yang masih belum menerima balasan dari pesan yang ia kirimkan pada kekasih kulkas betonnya tampak mencebikkan bibirnya dan menggerutu pelan, samar – samar masih terdengar oleh Kazu yang sedang fokus pada kemudinya. “Kemana si kulkas beton ini, bahkan aku sudah menghubunginya ratusan kali. Ihhhh..”gerutu Rissa sambil menatap ke samping jendela setelah memasukkan ponselnya kedalam tas.

***

Pria yang tengah menemani wanita berbalut dress merah menyala yang membuat tampilannya menjadi sempurna dengan polesan make-up boldnya itu terlihat menggerutu dan terus menatap lurus pandangannya dan tajam tanpa berniat meneruskan makannya kembali. Sedangkan wanita itu terlihat santai dan senang karena niatnya untuk bertemu dengan pria yang sangat ia ridukan itu kesampaian.

“Apa kau tidak bisa cepat sedikit ?!” ketus pria itu dengan menenggak habis minumannya sambil terus melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Wanita itu pun meletakkan kembali sendoknya dan menyesap minumannya dengan pelan sambil terus menatap pria dihadapannya tanpa mengalihkannya ke arah lain.

“Bahkan ini masih belum lima menit Vin, apa kau tidak merindukan aku juga??” tanyanya dengan lembut, membuat orang yang mendengarnya akan dibuat nyaman karena kelembutan wanita itu. Namun tidak bagi pria itu, ia hanya berdecih sinis menjawab perntanyaan wanita anggun di depannya, “Cihh,, dalam mimpimu?!!” ketusnya.

Tampak senyuman tipis terbit di wajah cantik wanita itu yang melihat respon pria di depannya karena mencibirnya dengan ketus dan sangat sinis. “Hmm, baiklah ayo kita pergi. Aku sudah selesai sekarang” ucap wanita itu kembali dengan nada yang masih lembut sambil memasukkan ponselnya yang tergeletak di meja pada tas jinjing black gold yang ia bawa.

Saat keduanya akan beranjak dari tempat duduk, pria itu terlihat mengeraskan rahangnya melihat pemandangan di balik punggung wanita itu yang membuat darahnnya seketika mendidih dan mengepalkan kedua tangannya serta menampilkan sorot mata yang tajam.

Sontak wanita itu yang melihat perubahan mimik wajah pria di depannya pun mengikuti arah pandangannya dan menoleh ke belakang dimana letak pintu masuk cafe itu berada dan menampilkan sepasang wanita dan pria yang masuk bersama dan tengah mencari tempat duduk. Namun, sang wanita tiba – tiba saja menghentikan langkahnya mengikuti sang pria yang berjalan tidak jauh darinya. Wanita itu menatap tajam pada pria yang baru saja akan keluar dan berdiri kaku tidak jauh di depan meja mereka.

“What’s wrong sa? Ayo, kita duduk di pojok sana karena viewnya bagus” tegur Kazu pada Rissa yang mendadak berhenti di belakangnya, melihat hal itu Kazu menghampiri dan menggandeng tangan mungil mantan kekasihnya yang masih bergeming dan tidak menjawab ajakannya.

“BERHENTI DISANA AYRA CLARISSA PRASETYA ?!!” Teriak pria yang tengah dilanda amarah itu karena melihat wanitanya berjalan berdua dengan pria lain yang tidak kalah stylish dan tampan itu, siapa lagi jika bukan Mr. Kulkas Beton alias Keenan.

Sedangkan wanita cantik yang bersamanya pun terlihat terkejut dengan teriakan pria di hadapannya yang memanggil nama seorang wanita dan ia pun mengerutkan dahinya, “Apa kau kenal dengan mereka Vin??” tanyanya dan tidak mendapatkan jawaban. Terlihat nafasnya yang memburu karena amarah, Ken berjalan meninggalkan wanita yang bersamanya itu dengan langkah lebar dan seketika menarik kasar tangan wanita yang masih setia bergeming dan terlihat terkejut karena tarikan Ken yang kasar.

Kazu yang melihat tangan mantan kekasihnya ditarik kasar oleh pria asing dimatanya pun mencoba untuk menarik kembali tangan gadis itu yang terkejut untuk kedua kalinya karena ditarik paksa oleh kedua pria itu. “Siapa kau, berani main tarik tangan wanita dengan kasar. Dasar pria sinting ?!” ucap Kazu tanpa rasa takut dan masih menggenggam tangan Rissa yang mulai memerah.

Ken yang mendapat pertanyaan dari pria di hadapannya itu hanya tersenyum sinis, “Kau tanya saja padanya siapa aku,” balas Ken dengan sorot mata tajam yang semakin menusuk.

Rissa yang mulai sadar akan kekacauan yang ditimbulkan oleh kedua pria itu dan mengundang banyak tatapan para pengunjung cafe kearah mereka, segera melepaskan tangannya dari genggaman Kazu dan membalas tatapan Keenan tak kalah tajam dan beralih menatap sinis pada sosok wanita cantik dan anggun yang tengah berjalan mendekat kearah mereka.

“Kazu, aku harus pulang saat ini. Mungkin besok atau lusa jika aku sudah free aku akan membantumu. Aku janji nanti akan aku kabari,” ucap Rissa pada Kazu tanpa mau menatap arah Ken yang lengannya di pegang oleh wanita itu.

Ia pun menatap sinis kedua makhluk di hadapannya dan mengumpati mereka dengan pelan namun masih terdengar jelas oleh ketiga orang yang berada di sampingnya. “Cih, menjijikkan. Sialan dasar brengsek..” umpatnya sambil melirik keduanya dan berjalan keluar cafe.

Saat sampai dihalaman cafe ia memberhentikan taksi yang melewatinya. Ia pun menaiki taksi itu untuk meninggalkan tempat dimana ia melihat Ken yang sedang berdua bersama seorang wanita cantik yang terlihat telah selesai makan berdua dan meninggalkan Kazu yang pergi bersamanya tadi.

Sedangkan masih banyak tatapan mata yang tengah memperhatikan situasi dari ketiga orang yang hanya diam disana dengan pikiran mereka masing – masing sepeninggal wanita cantik yang mengenakan Ribbon Sleeve Lace Collared Blouse warna hitam yang ia padukan dengan bawahan rok span abu – abu itu.

***

Apartemen Grand City,

Tampak sosok wanita muda berusia sekitar 29 tahunan, dengan tinggi tubuh kurang lebih 180 cm dan langsing itu mengenakan pakaian santai dengan atasan kaos putih yang lebar dan panjangnya sebatas paha serta hot-pants hitam juga rambut yang dikuncir asal keatas, membuat leher putih jenjangnya terlihat jelas sedang berada di dapur apartemennya.

Ia tengah membuat menu makan malam dengan porsinya yang besar untuk dirinya sendiri, yang memang ia hanya tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya tinggal di luar negeri. Ia tampak membuat mie ramen instan yang dibelinya di minimarket dan mencampurkannya dengan beberapa topping, diantaranya telur yang telah ia rebus, beberapa irisan wortel dan irisan kubis halus untuk toping sayurnya. Tidak lupa, ia juga menambahkan sosis sapi pada ramennya dan irisan daun bawang diatasnya.

Ia juga tampak meracik minuman ‘slimmng tea’ dari merk terkenal untuk menjaga penampilannya agar tetap langsing walau pola makannya yang terkesan banyak dan tidak sehat itu. Setelah selesai dengan menu makan malamnya, ia beranjak ke ruang tv dan meletakkan mangkuk ramen dan minumannya di atas meja di depan sofa bed yang menghadap tv.

Saat ia tengah menikmati makan malamnya, ia teringat akan obrolan siang tadi bersama dua pria datar, yang tidak lain merupakan sahabat kuliah sekaligus rekan kerjanya di kantor.

“Apa benar, pemilik perusahaan itu sendiri yang akan datang ke kantor?” tanyanya pada dirinya sendiri dengan menyendokkan kuah ramen yang terlihat masih mengepulkan asap. Kini, ia tampak ragu dan khawatir jika bertemu dengan pemilik perusahaan Angkasa yang menjadi klien pada perusahaan milik Adam, ayah Ken.

Saat membayangkan hal itu, ponselnya berdering dan terlihat nama Jaden sedang memanggil. “Halo Jad?” tanyanya.

“Apa kau sedang bersama Ken? Apa kau yang menemaninya bertemu dengan wanita itu Zell?” tanya Jad dengan nada cemas seolah akan terjadi hal buruk pada pria kulkas beton itu. Zelle yang masih menyuapkan ramen ke mulutnya seketika mengerutkan dahinya akan pertanyaan pria jangkung di seberang telepon dan segera mengunyah habis ramen itu dengan cepat,

“Wait Jad, satu – satu. Aku tidak sedang bersama Keenan. Aku juga tidak menemaninya pergi kemanapun, dan kau menyebut wanita itu? Siapa yang kau maksud dengan wanita itu Jad? Apakah Clarissa? Mengapa nada suaramu terlihat cemas? Apa terjadi sesuatu dengan pria itu?” balas Zelle tidak kalah cemas.

“Shit, kita berdua kecolongan tidak menemani Ken bertemu dengan wanita itu Zell. Bukan Clarissa yang aku maksud, tapi dia. Cla, Claire mantan Ken saat di London. Apa kau ingat? Dia kembali ke Indo untuk bertemu Ken, dan kita membiarkan mereka berdua bertemu..” ucap Jad dengan putus asa.

Zelle yang mendengar perkataan Jaden seketika menegakkan tubuhnya dan membulatkan matanya terkejut. “What?!! Are you seriously Jad? Kenapa Ken tidak memberitahuku tadi di kantor? Ku kira dia akan bertemu dengan gadis itu, ternyata dia bertemu dengan Claire? Oh My God.. lalu dimana mereka bertemu,apa kau tahu Jad?” tanya Zelle tidak kalah panik.

Dua sahabat dari pria kulkas beton itu sangat panik jika dirinya berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya saat mereka masih di London dulu. Bukan tanpa alasan mereka terlihat posesif, karena dari berakhirnya hubungan Ken dan Claire membuat tabiat Ken menjadi seperti sekarang. Ken menjadi sosok pria yang sangat kaku, datar, cuek, lebih dingin, egois bahkan dominan dan posesif pada kekasih barunya yang tak lain adalah Clarissa.

Dulunya Ken merupakan sosok pria yang hangat, bersahabat, dan care pada orang terdekat terutama sahabat, keluarga dan kekasihnya. Namun sifat dingin terhadap orang lain itu sudah ada sejak dulu, yang saat ini semakin menjadi tidak hanya pada orang lain melainkan dengan orang – orang terdekatnya.

Setelah lama berbincang, Jad dan Zelle memutuskan sambungan telepon dan Jad mendapat bagian untuk menghubungi Ken namun ponselnya masih tetap tidak aktif. Sedangkan Zelle mendapat bagian untuk menghubungi Rissa, di dering kelima tampak sambungan telepon tersambung. “Halo, kak?” tanya gadis di seberang telepon dengan suara serak seperti baru saja menangis. Zelle pun menghembuskan nafasnya pelan dan menanyakan keberadaan Ken.

“Halo, Clarissa. Apa aku mengganggumu?”tanyanya basa basi busuk, karena karakter Zelle tidak jauh dari Ken dan Jad yang kaku namun dalam berada dalam tubuh seorang wanita.

“Tidak, ada apa kak? Apa kau disuruh si brengsek itu menghubungiku?” balas Rissa dengan suara yang semakin serak menahan tangis yang akan meledak dari bibir mungilnya. Zelle yang mendengar gadis itu mengumpati Ken memejamkan matanya sejenak.

“Emm, tidak Clarissa. Aku menghubungimu karena aku ingin menanyakan keberadaan Ken padamu. Apa kalian sedang bertengkar?” tanya Zelle hati – hati namun terkesan datar.

Rissa pun menceritakan kejadian sore tadi kepada Zelle, dari awal Ken yang meminta menghubunginya sepulang kerja karena akan menjemputnya, namun pesan dan teleponnya tidak direspon juga tak kunjung menampakkan batang hidungnya hingga satu jam lebih ia menunggu. Hingga ia bertemu dengan mantan kekasihnya dan diajak ke cafe sampai ia yang melihat Ken sedang bersama seorang wanita muda cantik sedang selesai makan berdua juga Keenan yang meneriaki namanya hingga banyak mata yang melihatnya.

 Di akhir ceritanya, Rissa menangis dengan tersedu – sedu sambil meraih tisu untuk membersihkan sisa ingus yang keluar bersamaan dengan air matanya itu, iuhhh dasar Rissa.

“Baiklah, jangan menangis lagi.. Aku tahu kau pasti sakit hati dengan perlakuan Ken hari ini. Kau tenang saja, aku jamin dia tidak akan macam – macam dibelakangmu Rissa. Aku dan Jad yang akan menjamin, kalau begitu kau istirahatlah. Maaf ya sudah mengganggu waktumu. Bye Clarissa,” ucap Zelle dengan nada lembutnya berharap bisa menenangkan Rissa.

Seorang Zelle jika sudah bisa bicara lembut pada seseorang, maka orang itu amat ia sayangi. Zelle sudah mennganggap Rissa sebagai adiknya sendiri, maka dari itu jika ia tahu Rissa menangis karena ulah sahabatnya ia tak segan untuk menegurnya.

Selesai dengan menghubungi Rissa, Zelle tampak melamun masih dengan menggenggam ponselnya. Ia menghembusan nafasnya dan bergumam, “Jangan sampai kau melepas berlian demi perak. Semoga kau tidak bodoh Ken, karena kau akan menyesal dan akan terpuruk lagi untuk kedua kalinya.Huffff”.

***

Pagi ini, tampak Rissa mengendarai mobilnya sendiri dimana mobil itu merupakan kado ulang tahunnya tahun lalu dari Gavin. Mobil sederhana itu Rissa kendarai menuju ke perusahaan tempatnya mengais upah dan ilmu.

Meskipun anak dari seorang pengusaha terkemuka dan adik dari CEO muda yang termasuk sukses, tidak menjadikan Rissa aji mumpung dan manja. Bahkan ia tidak mau bekerja di perusahaan sang papa yang kini dikelola oleh sang kakak, Gavin.

Mobil putih yang tergolong sederhana itu juga permintaan Rissa pada Gavin agar tidak memberikan mobil mewah seperti miliknya dari sang papa yang sangat jarang ia gunakan.

Menurutnya, ia lebih suka jika kakaknya memberikan mobil sederhana agar bisa ia bawa ke kantor jika ia tidak diantar oleh Keenan, seperti hari ini. Ia tidak ingin teman kantornya atau bos bahkan para karyawan lainnya mengenal seluk beluk keluarganya, apalagi mengetahui bahwa ia adalah putri  bungsu Ardian Malik yang terkenal sebagai pemilik perusahaan Arn Company. Ia hanya ingin menjadi karyawan biasa dan dianggap sama oleh yang lain.

Didalam perjalanan, ponselnya tengah berdering dan tertera nama ‘Si Chubby’ memanggil. Ia pun menerima panggilan itu “Haloo sayangku, ada apa kau menghubungiku pagi – pagi?” tanyanya pada si penelepon yang tidak lain adalah Nara.

“Ris, apa kau sudah berangkat bekerja?” tanya Nara di seberang.

“Iya, aku sedang dijalan Ra. Why, apa kau mau berangkat bersama?” balas Rissa.

“Eh, tidak Ris. Aku hanya tadi melihat kak Ken di bandara. Kebetulan aku tidak masuk karena mengantar mama menjemput aunty Sandra,” jelas Nara di seberang yang membuat hati Rissa berdebar sakit mengingat kejadian kemarin sore. “Oh, dia akan melakukan perjalanan bisnis ke Singapura  berdua bersama Jad” terang Rissa dengan datar.

“Benarkah? Tapi mereka tadi bersama dengan seorang wanita, apakah kak Zelle sudah tidak bekerja di perusahaan om Adam?”tanya Nara membuat Rissa mengerem mobilnya mendadak, untung jalan yang dilalui sepi. Ia menggigit bibir bawahnya karena menahan tangis yang akan meluncur lagi pagi ini, dan merasakan dadanya sesak.

Rissa mengalikan pembicaraan mereka dengan bertanya apakah nanti malam Nara sibuk, jika tidak ia ingin mengajaknya ke club langganan Azri, tentunya bersama Azri juga.

“Baiklah, nanti aku yang akan menghubungi codet untuk menjemput kita berdua Ris. Ya sudah, kau hati – hatilah di jalan dan selamat bekerja..” ucap Nara yang tidak mengetahui Rissa tengah menahan tangisannya sejak ia membicarakan wanita yang ikut bersama Ken dan Jad.

Setelah memutuskan panggilannya, Nara mengirimkah pesan dengan foto yang sempat ia ambil di bandara tadi pada Rissa,

“Berengsek ?!!! Kau berengsek Ken, kau egois, kau jahat, kau gilaa??!!!! Aku akan balas semuanya Ken,” sumpah serapah keluar dari bibir milik Rissa dan ia menghapus air matanya dengan kasar.

Kini riasannya terlihat sedikit berantakan, ia tidak peduli lagi. Ia melanjutkan perjalanannya ke kantornya dengan kecepatan tinggi. Setibanya di parkiran karyawan, ia turun dari mobil sambil menenteng tas juga laptopnya dan berjalan dengan tegap.

Hari ini karena moodnya sudah rusak, ia tidak menyapa karyawan – karyawan yang berpapasan dengannya seperti biasa. Beberapa dari mereka juga terlihat membicarakan ekspresinya pagi ini yang datar dan dingin dengan riasan yang sedikit berantakan, jangan lupakan juga dengan kedua matanya yang sembab.

“Selamat pagi bu,” sapa Ika yang berpapasan dengan Rissa. Rissa hanya berdehem dan menyuruh Ika menemuinya diruang kerjanya untuk menyiapkan berkas – berkas yang sudah mendapat acc dari bosnya, Jarvis. “Kemarin pak Jarvis sudah memberikan tanda acc pada saya untuk melanjutkan materi dan program promosi untuk perusahaan BIO bu,” ucap Ika dengan menyerahkan berkas – berkas yang diminta Rissa tadi.

Rissa menerima berkas itu masih dengan tatapan datarnya, dan menyuruh Ika untuk menghubungi pihak media yang akan meliput. “Kenapa bu Rissa terlihat menyeramkan, hih...” gumam Ika ketika menutup ruangan sang manager dengan mengedikkan bahunya.

Sepeninggal Ika sang asisten PR manager, Rissa kembali membuka pesan dari Nara yang menunjukkan sosok wanita cantik di samping Ken dengan Jad berada di belakang mereka. “She is really a very beautiful people, pantas jika ia berjalan bersama Ken. Haaahh... kenapa sakit sekali melihatnya bersama wanita lain,” ucapnya menahan gemuruh pada dadanya, ia pun kembali fokus dengan berkas – berkas di depannya agar cepat selesai.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status