Share

6 Wish Olivya

Seandainya ia tak melakukan kecurangan pada Mad.

Seandainya ia tak melakukan kecerobohan dimasa lalu.

Seandainya ia dulu mencintai Yatty dengan cara yang benar. Mungkin ini semua takkan pernah terjadi. Tapi sayang waktu terus berputar maju dan tak bisa untuk mundur walau hanya sedetik.

“Maafkan aku, maaf. Aku memang salah, aku memang egois. Pergilah, jaga Edran baik-baik. Carilah pendamping yang kamu cintai dengan tulus. Mad bunuh aku sekarang, aku sudah siap menghadapi kematianku” ucap Edeve dengan tegas.

“Ed—“

Dorr

“EDEVE!!” pekik Yatty saat melihat suaminya sudah tak berdaya, kepalanya tertembak oleh Mad.

“Ed.... Hiks hiks” Yatty mengguncang tubuh Edeve yang masih terikat di kursi.

“Terima kasih sudah berbaik hati untuk membebaskan ku dan juga Edran” ucap Yatty dan melangkah untuk keluar gudang, namun langkahnya terhenti ketika Mad mengucapkan hal yang membuat hatinya menjadi sangat takut.

“Berani kau melaporkan polisi, nyawamu dan anakmu akan melayang sebelum aku masuk penjara” desis Mad dengan tatapan tajamnya.

Yatty hanya menggeleng sebagai jawaban tanpa berniat menoleh kearah Mad dan melanjutkan langkahnya untuk keluar gudang. Yatty melihat anaknya yang sedang asyik memakan camilan sambil menonton televisi diruang tamu. Edran berlari kearah Yatty dan memeluk kaki Yatty.

“Mom darimana? Edran panggil dari tadi” ucap Edran dengan polos sambil mendongak kearah Yatty.

“Mom... Emmm mom” Yatty bingung ingin menjawab apa kepada putranya, akankah ia beritahu bahwa Dady nya telah dibunuh oleh seorang mafia kejam? Tidak! Ed masih terlalu sangat kecil untuk mengetahui itu semua.

“Mom, ada apa? Kenapa mom gugup sekali? Mom sakit?” tanya Edran dengan raut wajah yang khawatir.

Yatty berjongkok dihadapan Edran untuk menyamakan tingginya dan mengusap pipi gembil milik Edran

“Tidak sayang, mom sehat kok” ucap Yatty dengan senyuman dan mencium pipi gembil Edran.

“Apa aku bisa percaya padamu mom?”

“Kenapa tidak?”

“Bajumu banyak sekali noda darah mom. Itu darah siapa?” tanya Edran dengan polos.

“Ini darah ti—“ ucapan Yatty terpotong saat tiba-tiba Mad datang sambil memasukkan tangannya ke saku celananya.

“Itu darah Dady mu” ucap Mad dengan dingin

“Darah Dady? Kenapa dengan Dady? Apa Dady terluka Mom?” tanya Edran dengan mata berkaca-kaca seperti ini menangis.

“Dadymu—“

“Dady mu terbunuh” lagi-lagi Mad menyela ucapan Yatty. Edran sudah merintikkan air mata, anak mana yang tak menangis ketika ayahnya terbunuh? Kecuali, dia yang tak menyayangi ayahnya dan menginginkan ayahnya pergi.

“No!!! Mom, paman ini bohongkan? Dady have promise with me for buy play station for me” teriak Edran dengan air mata yang sudah deras di pipinya.

“Sstt tenanglah sayang” ucap Yatty dengan merangkul putranya penuh sayang. Tidak hanya Edran yang merasa kehilangan, namun dirinya pun sama. Sama merasakan kehilangan seseorang yang ia cintai. Edran melepaskan pelukan Yatty dan berlari meninggalkan Yatty yang sedari tadi memanggilnya.

“Kenapa kamu mengatakan itu semua pada Edran?” tanya Yatty dengan sinis.

“Lebih cepat, lebih baik” balas Mad dengab santai. Tiba-tiba Edran datang dengan sebilah pisau dapur, Yatty terkejut dengan apa yang dilakukan Edran, Edran menggores tangan putih mulusnya dengan pisau.

“EDRAN!!! APA YANG KAU LAKUKAN?” pekik Yatty dan menggenggam tangan Edran yang memegang pisau dan hendak digoreskan pada denyut nadinya.

Edran memberontak dan Yatty tetap merangkulnya dengan erat.

“Lepaskan mom, lepaskan Edran!!! I want together with Dady” ucap Ed dengan teriakannya.

“Edran tenanglah sayang, tenang” bisik Yatty. Edran sudah tenang dan tidak memberontak lagi, namun masih dapat didengar isakkan tangisannya. Yatty melepaskan pelukannya dan mengambil pisau ditangan Edran lalu membuangnya. Yatty menangkup wajah merah Edran akibat menangis.

“Setelah Dady yang meninggalkan Momy, apakah Edran juga berniat meninggalkan Momy sendirian?” ucap Yatty dengan lembut.

“Apakah Edran juga tega membiarkan Momy hidup sendiri, tanpa Dady dan Edran?” sambung Yatty. Edran hanya menggeleng dan menangkup wajah Yatty.

“No mom, Edran tidak akan meninggalkan mom sendirian, Edran akan menggantikan posisi Dady untuk menjaga Momy” balas Edran dengan polos, lalu memeluk Yatty dengan sangat erat.

“Good Boy” bisik Yatty sambil mencium puncak kepala Edran.

Mad menyaksikan semuanya yang dilakukan Anak dan Istri Edeve. Mad tersenyum miring saat melihat Edran menggoreskan pisau ditangannya, Edeve mewariskan sifatnya pada Edran.

“Gaston!!” teriak Mad dengan suara kerasnya. Gaston datang dengan menunduk hormat.

“Ya tuan?” tanya Gaston

“Siapkan helikopternya, kita akan kembali ke Italy sekarang." ucap Mad dan melenggang pergi meninggalkan Yatty dan Edran yang diam mematung melihat dirinya.

Gaston mulai mengarahkan anak buahnya untuk bersiap-siap. Gaston sendiri bingung dengan tuannya, Mad bilang akan selama 3 hari di America. Namun sebelum sehari Mad sudah mengajakanya kembali. Gaston pikir, tuannya akan jalan-jalan dahulu mengunujungi negara bebas ini, namun pikirannya salah. Mad tetaplah Mad, yang tak menyukai jalan-jalan, baginya hanya membuang waktu berharganya.

Mad sudah berada di dalam heli, dengan perlahan heli mulai menaikan ketinggian dan melaju meninggalkan mansion milik Edeve. Mad juga tak habis pikir, sudah sering kali ia ditipu dengan bertransaksi menggunakan uang palsu. Mad memandangi awan gelap dimalam hari, tiba-tiba wajah cantik milik Oliv terngiang penuh dipikirannya. Perlahan Mad menarik sudut bibirnya dan membentuk sebuah lengkungan senyuman.

“Gadis nakal, berani sekali kau mengusik pikiranku” guman Mad dengan senyumannya.

Olivya sedang menonton televisi dengan camilan kentang di pangkuannya. Rasa gemetar dalam dirinya begitu kentara saat ia melihat berita ditelevisi yang menunjukkan korban pembunuhan yang sangat sadis yaitu ulah Mad.

“Seorang korban ditemukan tewas dimansion rumahnya sendiri. Diduga korban tersebut adalah seorang mafia yang menjadi buronan para polisi. Walaupun ia menjadi buronan polisi tapi tetap saja polisi akan menyelidiki kasus pembunuhan ini...”

“Setelah hasil otopsi keluar, mafia tersebut tewas dengan tiga peluru yang bersarang diotaknya dan banyak sekali luka sayat di sekujur tubuhnya. Polisi tetap menyelidiki kasus ini, karena pembunuh tersebut sangat main bersih” ucap reporter tersebut. Olivya mengehela nafas gusar, sejak dua hari yang lalu, ada korban pembunuhan juga yaitu sama korbannya seorang mafia.

Apakah pembunuhnya seorang mafia? Batin Olivya sambil melamun dan menggigit ujung kukunya.

“Ahhh, kenapa para mafia suka sekali membunuh? Aku sangat trauma pada seorang mafia. Karena mafia lah, aku hidup sebatang kara” ucap Oliv dengan sendu. Oliv benar-benar trauma akan mafia, sangat trauma.

“Ya Tuhan semoga jodohku bukan bagian dari seorang mafia atau anak buah mafia” gumannya sambil menatap ke atas seperti memohon sesuatu dengan Tuhan.

“Semoga aku tak akan bertemu lagi dengan yang namanya mafia. Aku mohon padamu, Tuhan.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status