Share

7 Olivya Di Culik

Dengan langkah panjang dan cepatnya, seorang pria sangat tergesa-gesa memasuki sebuah ruangan yang akan menjadi tujuannya saat ini. Sudah beberapa kali panggilan demi panggilan telah menyambar telinganya dengan tegas. Sangking banyak tugas yang meliliti otaknya, dengan terpaksa ia mengabaikan panggilan tegas itu.

Pria itu menghirup nafasnya dalam-dalam saat tangannya sudah menyentuh handel pintu yang dingin itu. Kali ini ruangan yang ia masuki adalah ruang kerja ayahnya yang ada dimansion milik ayahnya ini. Jangan anggap sepeleh jika sang ayah sudah mengamuk.

Ceklek

Pria itu membuka pintunya dengan hati-hati, seakan takut jika sang pemilik ruangan ini tergganggu.

“Kau terlambat 15 menit” ucap sang ayah saat pria itu sudah sepenuhnya memasukkan badannya kedalam ruangan itu. Pria itu menutup kembali pintunya.

“Hanya lima belas menit? Itu tak terlalu lama” balas pria itu. Dirinya pun heran, entah kemana perginya rasa takut tadi.

“Bukan soal lamanya, namun tentang kedisplinan dalam waktu” balas Sang Ayah dan membalikkan kursinya hingga seringaian diwajahnya dapat dilihat oleh pria yang masih berdiri dipintu dengan tangan yang dimaksukkan kedalam saku.

“Sudahlah aku tak mau membahas soal itu, aku harap kau takkan mengulangi kelakuanmu yang suka mengulur waktu itu” sambung sang ayah.

Pria muda itu menghembuskan nafasnya gusar dan menunduk sekilas lalu beralih menatap mata sang ayah.

“Ada Apa Ayah memanggilku?” tanya Pria muda itu.

“Tidak terlalu penting juga, Ayah han—“

“Jika Ayah hanya menyuruhku untuk terus memantau gadis itu, sudah pasti akan ku laksanakan” potong pria muda itu, sang ayah hanya terkekeh. Ia tak marah dengan apa yang dilakukan putranya tadi, yaitu memotong ucapannya. Walaupun ia sangat tak suka dengan seseorang yang suka memotong ucapannya.

“Ku ingatkan lagi, jangan sampai kau mencintainya” tegas sang ayah.

“Mencintai gadis kumuh sepertinya? Yang ada aku akan menghancurkannya hingga ia terjatuh sedalam samudra” balas pria muda itu dengan senyuman kecutnya.

“Bagus”

***

Milan, Italy

Madrick menghempaskan tubuhnya diatas ranjang yang empuk sambil bertelanjang dada. Saat ini, ia benar-benar sangat lelah. Yang benar saja, ia terbang ke Amerika hingga kembali ke Italy tanpa beristirahat. Bahkan di pesawat dia hanya fokus pada perusahaannya.

Mandrick menatap langit-langit kamarnya. Sebuah senyuman terukir dari sudut bibirnya saat dalam benaknya terdapat wajah cantik Olivya. Mad sangat merindukan gadisnya. Ya, sangat merindukan. Jika saja bukan soal rencananya, sudah Mad pastikan bahwa Olivya akan tinggal bersamanya saat ini.

Berhubung ia tak ingin rencananya kacau, Mad akan dengan berat hati membiarkan gadisnya berdekatan bebas dengan siapapun, walau dalam hatinya ia merasa sakit. Seperti saat ini, Olivya semakin dekat dengan pria yang bernama Bryan itu. Mengingat pria itu, tangan Mad sudah gatal untuk segera melenyapkannya, bahkan seluruh keluarga nya. Tapi ia tahan, karena tak ingin rencananya hancur karena keegoisannya.

Cling

Bunyi ponsel miliknya pertanda ada pesan masuk. Mad bangkit dari baringan tubuhnya dan berjalan menuju nakas, dimana tempat ponselnya berada. Mad menautkan alisnya saat melihat pesan dari anak buahnya yang bertugas untuk menjaga Olivya, yaitu Philip Cyriston. Pesan itu berisikan vidio yang berdurasi satu menit. Rasa penasaran menyelubungi diri Mad untuk segera memutar vidio tersebut.

Diremasnya ponselnya dengan kuat hingga menimbulkan sedikit keretakan. Disana, di vidio itu berisi seorang gadis yang sedang menangis dipelukan seorang pria. Tangan mereka saling bertautan, sama-sama menguatkan dan memberi kekuatan.

“Arrrggghh” teriak Mad. Wajahnya sudah memerah menahan amarah yang sudah memuncak. Gadis yang sedang menangis dividio itu adalah Olivya dan laki-laki yang sedang menenangkannya adalah Bryan.

“Seharusnya aku yang menenangkanmu saat kau menangis Vya, bukan pria brengsek itu. Arrghh” suara Mad menggema di kamarnya. Untung kamarnya kedap suara.

Mad mengambil kaos abu-abunya di lemari dan langsung memakainya, lalu menyambar kunci mobilnya dan pergi keluar kamar. Mad menuruni anak tangga dengan sangat cepat dan tak memperdulikan sapaan dari pelayannya yang terpenting saat ini ia akan menarik gadisnya dan membawanya ke mansion nya. Untuk urusan rencana, Mad akan menyusun ulang rencana itu.

“Tuan” panggil Gaston menghentikan aksi Mad saat hendak membuka pintu mobil.

“Ada pesan dari Reca, Anda akan ada meeting dengan perusahaan Green Glamour dua jam lagi” ucap Gaston. Recansia Burnexly adalah sekertaris pribadi Mad.

“Katakan pada Reca, untuk saat ini dia yang akan memimpin meeting nya. Jika pertemuannya berjalan lancar, gajinya akan kutambah untuk bulan ini. Aku ada urusan” balas Mad dan mulai masuk kedalam mobil sport nya lalu menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi.

Gaston menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aksi tuannya itu. Gaston tau, jika saat ini Mad sedang dilanda kemarahan. Bahkan Gaston sudah menganggap Mad adalah anaknya. Ia tak akan mengkhianati Mad bagaimanapun keadaannya.

Olivya P.O.V On

Saat ini aku menumpahkan seluruh air mataku pada pria yang saat ini sedang merangkulku dan menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya. Aku mencurahkan seluruh penderitaanku padanya saat dimana orang tuaku bahkan keluargaku meninggalkanku.

Pria itu adalah Bryan. Bryan sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Aku serasa punya seseorang dalam hidupku.

"Sstt sudah, tenanglah Oliv." ucapnya sambil mengelus pundak ku. Aku melepaskan rangkulannya saat aku sudah merasa sedikit tenang dengan isak tangisku. Dia tersenyum kearah ku, tangan besarnya menghapus jejak air mataku. Beruntung masih ada pria baik di hidupku.

"Maaf Bryan. Karena kecengenganku, bajumu harus basah karena air mataku" ucapku dengan canggung.

"Ah tak apa Oliv, Nanti juga kering" balasnya dengan lembut.

Tiba-tiba aku merasakan tubuhku ditarik oleh seseorang hingga aku menubruk permukaan empuk. Aku melebarkan mataku saat aku menabrak dada bidang seseorang.

"Dont touch her. She is my girl" desis seseorang yang sedang merengkuh pinggangku.

Aku sadar, aku meberontak minta dilepaskan oleh pria yang tak kukenal ini. Semakin aku memberontak, semakin erat pula ia merengkuh pinggangku.

"Hey bung, tanpa kau sadari kau menyakiti gadisku dengan merengkuh pinggangnya terlalu erat!" ujar Bryan dengan santai. Bahkan dia mengatakan jika aku adalah gadisnya.

"Gadismu kau bilang, heh? Dia hanya milikku. Milik Madrick Vallencio seorang." desis orang yang bernama Mad itu.

Tunggu tunggu, sepertinya aku mengenal nama itu tapi dimana ya? Harum maskulinnya sangat membuatku ingin tidur.

"Lepaskan aku, pinggangku sakit" ucapku dengan berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku.

Mad melepaskan rengkuhan tangannya tapi sepertinya ia tak membiarkanku bebas. Ia menggenggam tanganku sangat kuat, takut jika aku pergi darinya. Heh? Dasar pria aneh!

Mad menarikku menuju mobilnya dan menyuruhku untuk masuk, namun aku menolak. Bagaimana aku bisa ikut dengan pria yang tak kukenal?

“Masuk Vya.” Desisnya dengan tatapan tajam saat aku menolak untuk masuk kedalam mobilnya.

“Gk mau, aku tak mengenalimu. Bagaimana aku ikut dengan orang yang tak kukenal?” balasku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status