Share

My Baby Husband
My Baby Husband
Penulis: Adinasya Mahila

Bab 0001

Tiga bulan yang lalu

"Kenapa kamu pergi secepat ini Mas?"

Perempuan paruh baya yang terlihat masih cantik bernama Widanita Amara itu terlihat menangis di samping tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku. Duduk di sampingnya sang putri-Nayota Tristanputri dan putranya-Narayan Tristanputra yang juga tengah berduka atas kepergian Adiyaksa-sang papa tiri.

Setelah serangkaian proses pemakaman Adiyaksa selesai, rumah mereka yang bak istana itu seketika sepi. Wida yang duduk di sofa langsung menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya. Ekspresi wajahnya berubah menjadi biasa, seolah kesedihannya tadi hanyalah sandiwara belaka. Ia bahkan nyaris tertawa bahagia saat pengacara almarhum suaminya berniat membacakan surat wasiat mendiang Adiyaksa di hari yang sama dimana pria itu dimakamkan.

"Apa?" Wida melotot tak percaya, hampir saja biji matanya copot mendengar surat wasiat Adiyaksa.

"Seluruh aset dan perusahaan Adiyaksa group akan di kelola jajaran direksi, sampai Nona Bumi cukup kompeten untuk mengambil alih, untuk rumah boleh ditempati tapi tidak boleh dijual sampai Nona Bumi mati."

"What? Apa tidak salah? kenapa ada nama Bumi di situ dan tidak ada nama Yota atau Aryan?"

"Anda tahu dengan jelas nyonya, bahwa Nona Bumi adalah anak kandung sekaligus putri tunggal mendiang Tuan Adiyaksa, dan Adiyaksa group adalah gabungan dari perusahaan milik almarhumah Nyonya Emma, di sini juga tertulis anda dan anak-anak anda akan mendapatkan masing-masing sepuluh persen saham Adiyaksa Group jika Nona Bumi berhasil menjadi direktur utama."

"Maksudnya apa? apa kamu tidak lihat? anak itu saja tidak datang ke pemakaman papanya sendiri. Bagaimana bisa suamiku memberikan semua hartanya ke gadis itu?" Wida begitu emosional, sampai Yota sang putri harus ikut menenangkan.

"Dia sedang berada di Alaska, tidak mungkin kembali dalam waktu satu kali dua puluh empat jam."

Wida yang terlalu syok tidak bisa membalas ucapan Pengacara mendiang suaminya. Meremas sisi baju yang dia kenakan, dada wanita itu bergemuruh menahan amarah.

Aku sudah menyingkirkan semua penghalang, tapi kenapa masih saja ada ganjalan seperti ini.

_

_

_

Bumi memandang mega yang menutupi langit saat pesawat yang ditumpanginya menembus cakrawala dari kursi tempatnya duduk. Matanya yang sembab dia sembunyikan di balik kacamata hitam yang ia kenakan.

Tawaran makanan dan minuman dari Pramugari pun ia tolak. Bagaimana bisa dia makan di saat hatinya terkoyak mendengar sang papa meninggal dunia. Gadis berumur dua puluh enam tahun itu menyesal, seharusnya dia bertahan di rumah meskipun baginya seperti neraka.

"Kenapa papa menikahi nenek sihir itu?"

Bumi benar-benar syok saat sang papa memutuskan menikahi sekretarisnya. Kala itu ia masih berumur dua belas tahun.

"Kamu belum cukup dewasa untuk mengerti alasannya Bum, papa laki-laki normal, terong papa juga butuh di balado."

"Sial! apa dia menikah hanya untuk itu?" Bumi yang sedih langsung kesal setelah paham alasan sang papa menikahi Wida kala itu.

Bagi Bumi wanita itu benar-benar licik dan jahat, jika ada yang berkata tidak semua ibu tiri itu jahat, gadis itu pasti akan mendebatnya sampai titik darah penghabisan. Bumi yakin, kematian mamanya didalangi oleh ibu tirinya itu.

Bukan saatnya bersedih Bumi, kamu sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Kamu harus bisa menghadapi semua ini seorang diri.

***

Turun dari mobil yang menjemputnya di Bandara, dan dengan dagu yang terangkat ke atas Bumi berjalan memasuki rumahnya. Empat pembantu rumah tangga nampak membungkuk memberi hormat di depan pintu. Ya, hanya ada dua orang yang ditakuti semua penghuni rumah Adiyaksa yaitu Wida dan Bumi.

"Dimana nenek sihir itu?" tanya Bumi ke pembantunya.

Mereka menatap Bumi sekilas kemudian membungkuk kembali. Tidak ada satupun yang berani menjawab pertanyaan gadis itu, sampai salah satu dari mereka berucap-

"Nyo-nya ada di--"

"Dia pasti sedang memberi makan serigala-serigalanya kan?"

Ke empat pembantu rumah tangga itu mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya pelan. Bumi pun tersenyum miring, ia berikan tas dan jaketnya ke sang pembantu kemudian berjalan menuju bagian belakang rumah dimana ada sebuah kandang Serigala betulan di sana.

"Apa mereka masih bisa mengaung?"

Suara Bumi membuat Wida kaget. Namun, wanita itu berusaha menyembunyikan perasaannya dengan memilih tak menjawab pertanyaan anak tirinya.

Bumi sengaja meninggalkan rumah selama hampir satu tahun. Alasan yang semua orang ketahui kepergiannya dikarenakan ia bertengkar hebat dengan sang papa-Adiyaksa. Namun, lebih dari itu, Bumi pergi untuk mengumpulkan bukti kebusukan ibu tirinya.

"Sepertinya Serigala-serigala 'mu sudah tua, setua dirimu," cibir Bumi. "Sepertinya baik peliharaan ataupun majikannya sebentar lagi akan mati."

Wida menoleh dengan wajah kesal, darah wanita itu semakin mendidih saat Bumi menyunggingkan senyuman menghina ke arahnya.

"Kenapa? apa kamu akan menakuti 'ku lagi seperti dulu dengan peliharaan 'mu?"

Bumi berjalan mendekat ke arah kandang Serigala milik ibu tirinya. Binatang buas berjumlah empat ekor itu langsung mendekat ke arahnya yang sudah berjongkok dengan santainya. Tajam mata peliharaan Wida itu menatap ke arahnya sambil mengaung, sampai Bumi balik memelototi hewan buas itu lalu membentak dengan suara kencang.

"DIAM! atau kurobek mulut kalian!"

Wida sampai limbung karena terlalu kaget mendengar suara Bumi yang menggelegar. Wanita itu masih tak percaya bahwa bocah yang dulu sangat takut kepadanya, sekarang menjadi sosok gadis yang bahkan Serigala saja takut dengan bentakannya.

"Good Boy!" ucap Bumi sambil bangun dari posisinya.

Gadis itu berbalik dan berdiri tepat di hadapan ibu tirinya. "Jangan berpikir bisa berbuat macam-macam lagi dengan 'ku. Aku akan membiarkan kamu dan anak-anakmu tinggal di sini, hanya sampai aku bisa menemukan cukup bukti atas semua perbuatanmu."

"Perbuatan apa? aku tidak pernah melakukan apa-apa?" Wida balas menatap tajam Bumi seolah menantang.

Bumi tersenyum miring. Gadis itu berjalan mendekat lalu berbisik ke telinga ibu tirinya. "Membunuh orang tua ku." Ia tepuk pundak Wida seolah membersihkan kotoran dari sana.

"Hah ... " Wida kehilangan kata-kata, mulutnya hanya bisa terbuka dan tertutup secara berulang menanggapi ucapan anak tirinya.

Berjalan pergi meninggalkan ibu tirinya dari sana, Bumi tiba-tiba menghentikan langkah kaki saat mengingat apa yang dia bawa sebagai oleh-oleh untuk Wida.

"Ah ... hampir saja aku lupa, aku membawakan Mama kepala rusa dan beruang dari Alaska, aku juga membawakan ekstrak empedu Anaconda karena aku sempat pergi ke A****n. Sebenarnya aku ingin membawakan ikan Piranha untuk mama, tapi takut sudah tidak fresh sampai ke Indonesia. Semoga Mama suka," ucap Bumi dengan seringai lebar di wajahnya.

Wida mengepalkan tangannya memandang punggung Bumi yang berjalan menjauh. Giginya bergemerutuk sadar bahwa anak tirinya itu tengah mempermainkan dirinya. Bumi memanggilnya mama hanya jika ada orang lain di dekat mereka. Benar saja, Yota sedang menatap ke arah keduanya. Putri kesayangan Wida itu terlihat tersenyum ke Bumi, tapi diabaikan oleh gadis bernama lengkap Banyu Bumi Adiyaksa itu.

"Tidak usah bersikap sok manis padaku," ucap Bumi ke Yota sambil berlalu.

_

_

_

hey jangan lupa subscribe dan komen ya

rate Bintang 5

Follow aku di IG @nasyamahila

Komen (23)
goodnovel comment avatar
Lee Maa
br mulai bc, menarik... ku ksh gem lah yaw
goodnovel comment avatar
Verti Anggraini
keren semangat trus thor
goodnovel comment avatar
Kikiw
pelan2 asal kelar yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status