Share

Bab 0004

Sebelum masuk ke ruang pertemuan, Bumi memilih berbelok ke kamar mandi, Ia meninggalkan Aryan begitu saja tanpa permisi setelah menyambar kunci mobilnya. Saat akan masuk ke sana, tanpa sengaja Bumi berpapasan dengan seorang wanita paruh baya, meskipun tak saling mengenal tapi mereka terlihat saling melempar senyum.

Bumi yang hampir masuk ke dalam bilik toilet kaget, Ia melihat sebuah ponsel tergeletak di meja wastafel. Menyambar benda itu dan buru-buru keluar, Bumi yakin ponsel itu milik wanita yang berpapasan dengannya tadi. Ia menoleh kesana kemari, tapi sayangnya wanita itu sudah menghilang.

_

_

_

Acara pengukuhan Bumi sebagai direktur utama berjalan lancar, meskipun tiga dari pemegang saham terbesar tidak hadir. Namun, mereka sudah menandatangani sebuah surat kuasa yang berisi akan menerima keputusan pengangkatan Bumi.

Berjalan mendekat ke arah salah satu pemegang saham yang hadir, Bumi membungkukan badan menyapa dengan sopan.

"Semoga sukses, aku yakin kamu bisa membawa nama Adiyaksa Group ke puncak yang lebih tinggi."

Pria yang ternyata bernama Prawira itu menepuk punggung Bumi layaknya seorang kakek ke cucunya sendiri. "Kamu mengingatkan aku ke cucu laki-lakiku, dia juga yatim piatu," ucapnya prihatin.

"Apa cucu anda masih jomlo?" candaan Bumi disambut dengan gelak tawa oleh orang-orang yang mendengar, tapi jelas tidak untuk Wida yang memperhatikan dari tempat duduknya, Ia merasa anak tirinya itu sedang mencari muka.

Pria bernama Prawira itu pun tertawa merespon pertanyaan Bumi, "Tidak, cucuku sudah menikah. Dia juga sudah memiliki seorang putra."

"Kalau begitu apa saya boleh menikah dengan cicit anda saja?" kelakar Bumi yang disambut gelak tawa semua orang untuk kedua kalinya.

***

"Mimi dari mana?" tanya Rey melihat mamanya pulang dengan dandanan yang paripurna.

"Mimi tadi menghadiri acara pelantikan Direktur utama Adiyaksa group," jawab Prita sambil sibuk merogoh seperti mencari sesuatu dari dalam tasnya.

"Oh ... acara yang mama bilang kemarin," ucap Rey dengan santainya, Ia sedang berpura-pura tak peduli dengan urusan harta sampai Mimi Perinya luluh dan membiarkannya berhubungan dengan Yota.

"Ponsel Mimi kok ga ada ya?" keluh Prita ke sang putra.

"Nah ... kan, Mimi letakkan dimana? Ini lah yang membuatku cemas dan ingin segera menikah, Mimi sudah tua dan mulai pikun."

"Hishhhhh ... " Prita yang gemas meletakkan tas yang sudah dia keluarkan semua isinya dengan sedikit kasar, Ia menatap serius wajah putranya. "Kamu tahu kenapa Mimi tidak merestui hubunganmu dengan Yota?"

"Kenapa?"

"Ibunya sangat matre. Kamu pikir Mimi tidak mengecek dan menyelidiki bagaimana keluarga mereka?" Prita mengembuskan napasnya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ibunya menolakmu karena yang dia tahu kamu hanya lah seorang tukang ojek, jelas dia tipikal manusia yang mementingkan harta."

"Tapi Yota tidak mempermasalahkan itu, dia berpacaran denganku karena dia tidak memandang statusku Mi."

"Rey!"

Memutar bola matanya malas, Prita berkata sebenarnya dia tidak ingin mengatakan hal ini, tapi karena Rey begitu keras kepala, akhirnya Prita memberitahu alasannya ke sang putra.

"Gosipnya saat dia masih bekerja menjadi sekretaris, dia membunuh istri pemilik Adiyaksa group hanya agar bisa menikahi atasannya, dia juga menyiksa anak tirinya sampai mengalami trauma, apa kamu pikir dia tidak bisa membunuh menantunya dengan mudah hanya untuk menguasai hartanya?"

"Hah ... berhenti lah menonton sinetron di saluran burung berenang Mi," cibir Rey.

"Apa kamu amnesia? sejak kapan Mimi ada waktu menonton sinetron?"

"Tunggu Mi! Mimi bilang menyiksa anak tirinya kan?" Rey mengernyit, Ia mengingat sosok gadis yang ditemuinya saat diusir Wida dari rumahnya beberapa saat yang lalu. Tidak ada kesan gadis itu takut atau trauma. "Apa dia yang diangkat menjadi Direktur utama hari ini?"

"Hem ... iya, gadis itu bernam Bumi. Kenapa?"

Menggeleng, Rey tiba-tiba saja merasa Bumi gadis yang cantik, tanpa sadar bibirnya pun menipis, Rey tersenyum.

"Lha ... ini anak, kenapa kamu malah senyum-senyum? cepat bantu Mimi, telpon nomor ponsel Mimi!"

Mendapat hardikan dari wanita yang melahirkannya, Rey hanya bisa memajukan bibirnya sambil meraih ponselnya. Ia mendial nomor sang Mimi sambil menggerutu, "paling juga sudah dimatikan dan dijual tu ponsel!"

Rey baru saja selesai dengan ucapannya, ketika sebuah suara menjawab dari seberang sana, "Halo."

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Kikiw
kang ojek gadungan manja banget wkwkkw
goodnovel comment avatar
Andri Agustrian
Bagus alur cerita nya
goodnovel comment avatar
Ilin Nurlina
try kayaknya suka nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status