Share

Bab 0003

"Tidak ada orang yang bisa kamu percaya di dunia ini, meski itu bayanganmu sendiri."

_

_

Bulan sudah nampak menggantung di langit, angin malam yang dingin masuk melalui jendela kamar Bumi yang masih terbuka lebar dan meniup kordennya hingga berkibar. Gadis itu meletakkan pulpen lalu menutup buku harian miliknya, Bumi masih terjaga. Matanya beralih ke selembar surat wasiat yang Adiyaksa tulis khusus untuknya.

Rasa sesal tengah menyelimuti hati Bumi sekarang. Akibat terlalu membenci sang Papa, dia tidak membuka langsung saat surat wasiat itu diberikan oleh pengacara Adiyaksa, sampai Ia sadar bahwa orang yang dia percaya ternyata tak sebaik yang dia kira. Besok di kantor Adiyaksa group akan diadakan rapat pemegang saham dengan tujuan menunjukknya sebagai direktur utama.

... menjadikanmu direktur utama Adiyaksa group lalu memberikan Wida dan kedua anaknya masing-masing 10% saham adalah cara Papa agar kamu bisa melihat wajah asli orang-orang disekitarmu yang bermuka dua. Jika kamu butuh bantuan, temui pengacara Papa, dia akan membantumu.

Membaca satu paragraf surat dari papanya, Bumi benar-benar merasa bernasip malang. Ia baru saja patah hati, saat makan malam tadi Wida berkata bahwa Bima akan datang membawa lamaran untuk Yota. Siapa lagi yang akan dinikahkan dengan Yota kalau bukan Sakha? Jelas Bima hanya memiliki dua anak, Sakha dan adik perempuannya.

Masih belum ingin mengistirahatkan raganya, Bumi mengambil berkas yang dia dapat dari sekretaris almarhum Adiyaksa, yang berisi penjelasan pembagian saham perusahaan Papanya. Ternyata 31% saham direksi 10% nya dimiliki oleh Bima, masing-masing 5% dan 6% secara berurutan dimiliki seseorang bernama Prawira, Aluna, Reyden dan Pritania.

"Hah ... mereka pasti berpikir aku bodoh." Bumi menggelengkan kepalanya dan tersenyum sinis. Namun, tak lama ekspresi mukanya berubah, Ia membenturkan kepalanya ke meja dan merengek seperti hampir menangis.

"Aku memang bodoh-bodoh-bodoh." Bumi mengumpati dirinya sendiri sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai.

***

Menggunakan setelan formal, keesokan paginya Bumi bersiap datang ke gedung Adiyaksa group milik sang Papa. Dia akan menghadiri rapat pemegang saham untuk mengukuhkannya sebagai direktur utama. Bumi sempat berhenti di depan teras, memandang mobil Wida yang lebih dulu pergi meninggalkan rumah bersama sang putri.

"Ayo! aku akan menjadi sopirmu hari ini."

Suara Aryan membuat Bumi menoleh, Ia pandangi saudara tirinya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki, tersenyum miring lantas memakai kacamata hitam yang sedari tadi berada di tangannya.

"Tidak perlu bersikap manis. Aku tahu kamu satu komplotan dengan mama dan saudara kembarmu," sindir Bumi.

Aryan tersenyum, Ia memilih menyambar kunci mobil dari tangan Bumi. "Tidak usah menolak! aku tahu kamu paling malas membawa mobil sendiri."

Menaikkan sudut bibirnya, sebenarnya Bumi tahu Aryan adalah orang yang baik, selama dua belas tahun tinggal bersama, pria itu selalu berusaha dekat dan akrab dengannya. Namun, Bumi terlalu takut jika kedekatan yang terjalin hanya lah sandiwara belaka.

"Selain surat wasiat papa yang dibacakan di depan keluarga, Papa juga memberikan pesan diam-diam melalui pengacaranya ke aku," ucap Aryan yang fokus membawa mobil Bumi menembus jalanan.

"Untuk apa kamu menyampaikan hal itu ke aku?" ketus Bumi yang sedari tadi memilih memalingkan mukanya menatap pohon-pohon yang seolah mengejarnya dari tepi jalan.

"Karena isi pesan Papa adalah agar aku menjagamu."

"Cih ... kamu pikir aku anak kecil yang perlu dijaga? aku tidak perlu penjagaan darimu, kamu pikir selama dua belas tahun ini apa yang aku lakukan? aku menjaga diriku sendiri."

"Papa bilang sifat keras kepala dan aroganmu itu hanya kedok agar kamu terlihat tegar di depan orang-orang." Aryan menoleh ke arah Bumi, ucapannya sukses membuat saudara tirinya itu melepas kacamata lalu memandangnya sinis. "Bum, menurutmu kenapa selama dua belas tahun ini kita tidak memiliki adik?"

Wajah Bumi yang awalnya sinis seketika berubah, Ia sebenarnya bersyukur Wida tidak memiliki anak dari Papanya, tapi di sisi lain Bumi juga begitu penasaran saat Aryan membicarakan hal itu.

"Kenapa?"

"Karena mama tidak memiliki rahim, Ia melalukan operasi pengangkatan rahim sepuluh tahun yang lalu karena mengidap kanker rahim stadium dua."

Bumi melongo, selama ini dia memang tidak peduli dengan apapun yang berhubungan dengan Wida. Gadis itu lantas mencoba mengingat saat mama tirinya itu sering bolak balik Indonesia Singapore, mungkinkah saat itu? Bumi malah mengira Wida sedang menghabiskan harta Papanya.

"Untuk apa kamu mengatakan itu sekarang? kamu jelas tahu, sampai kapapanpun aku tidak akan mungkin berbaikan dengan mamamu." Bumi kembali mengenakan kacamatanya dan memalingkan muka.

"Kamu tidak tahu bagaimana rasanya ketakutan karena dimasukkan ke dalam kandang serigala betulan," ucapnya menutup pembicaraan.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
wida ini gila
goodnovel comment avatar
narnia
lanjut keren tulisan lo rapi na
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status