Share

Misunderstood First Love
Misunderstood First Love
Penulis: Moni

1. SEBUAH PERTEMUAN TAK TERDUGA

“Heran deh, kenapa bangku Bagas masih kosong? Ini sudah hari kelima belas dia tidak masuk sekolah,” batin Alieen. Ia terus memandang kursi di sampingnya yang kosong.

Pluk!

Seorang gadis dari sisi kirinya menepuk pundak Alieen, membuat ia seketika sadar dari lamunannya.

“Astaga, lo bikin gue kaget aja!” seru Alieen.

“Haha maaf, lagian dari tadi lo bikin gue pengen lakuin hal jail,” ejek Rina. Alieen memutar kedua bola matanya malas.

“Ingin rasanya gue getok kepala lo ya, Rin!” kesal Alieen. Tapi gadis yang bernama Rina Fitria itu tertawa lepas, karena sekali lagi ia berhasil mengerjainya.

Tiba-tiba seorang murid masuk ke kelasnya dan menggebrak meja guru. Sontak hal itu membuat kaget seisi kelas.

“Lo semua dengerin gue, gue minta kalian semua bayar uang kas kalian sekarang! Ini diminta sama Pak Dayat, Wali kelas kita!” seru Shintia.

Shintia, salah satu teman sekelas yang termasuk dalam jajaran siswi good looking di Sekolah. Ia juga adalah bendahara yang selalu menagih uang kas di kelas. Tapi Alieen merasa ada yang aneh dengan ucapan Shintia.

“Kenapa Pak Dayat minta uang kas kita? Bukannya beliau sedang tidak mengajar hari ini?” tanya Alieen.

Shintia diam tak berkutik, matanya seolah menggambarkan jika ia sedang menyimpan sebuah rahasia. Hal ini semakin memperkuat kecurigaan Alieen terhadap Shintia.

“Pasti ada yang di sembunyikan sama dia. Gue tidak bermaksud buruk sangka. Tapi gerak geriknya aneh banget!” batin Alieen yang menyipitkan pandangannya.

“Eung, tadi Pak Dayat ada kok di kantor, gue habis dari sana. Kalau tidak percaya coba lo cek aja sendiri,” Shintia membuang muka dan memilih menagih uang kas ke deretan pojok yang kebanyakan adalah cowok. Tapi Alieen tentu saja tidak langsung mempercayai jawaban Shintia.

“Lin, lo kenapa nanya gitu?” heran Rina.

“Lo sadar tidak sih? Ada yang aneh sama ucapannya,” Bisik Alieen pelan, yang tidak mau ada yang mendengar ucapannya.

“Tidak, biasa aja.” Jawab Rina.

“Ish, masa lo tidak sadar sama sekali? ” tanya Alieen sekali lagi. Tapi Rina hanya menggelengkan kepalanya.

“Kenapa mereka sangat mudah di tipu? Ini si Rina juga ikutan percaya aja! Atau mereka Cuma  pura-pura tidak tau apa-apa, dan pasrah saja? Memang sih uang kasnya tidak banyak, tapi sejak awal dia masuk kelas ini di pertengahan semester. Seakan semua di kelas ini hanya dia saja yang mengaturnya. Di tambah Pak Dayat membebaskan kita soal kelas, yang penting nilai kita bagus semua. Ini sangat mencurigakan.” Alieen berpikir sangat keras atas kecurigaannya, dan mempercayai instingnya.

Akhirnya Shintia sampai di hadapannya untuk menagih uang kas kepada Alieen.

“Uang kas.” Kata Shintia tanpa menatap mata Alieen, dan berpura-pura melihat buku catatannya.

“Gue seharusnya tidak ikut bayar. Uang kas sudah di kasih sampai akhir bulan nanti.” Ujar Alieen sembari mencari-cari, apakah ada celah dari topeng di wajah cantiknya atau tidak.

Biasanya Shintia akan menjadi kesal jika ada yang tidak menurut dengannya. Tapi kali ini berbeda, ia hanya berkata ‘Ya sudah’ lalu pergi ke murid lain. Alieen tidak percaya dengan di lihatnya.

Setelah Shintia selesai menagih, ia pergi keluar kelas. Lalu hanya berselang beberapa menit, Alieen mengikutinya diam-diam. Ternyata Shintia benar-benar berjalan ke kantor Guru.

“Cih, Sialan. Gue asal tuduh kah? Tapi insting gue tidak pernah salah.” Alieen mengepal tangannya, kesal.

Pluk!

Ada yang menepuk bahu kirinya secara mendadak, dan Alieen menoleh ke belakang.

“Ngapain lo di sini? Habis cari kakel ganteng kayak gue ya?” Pria itu tersenyum dengan sudut bibir kanannya ke atas. Ia bernama Rafandi, salah satu kakak kelas Alieen.

“Eh bang Rafa, tidak kok. Gue Cuma lagi...” Alieen berfikir keras untuk membuat alasan yang pas agar tidak terkena masalah oleh kakel yang terkenal suka jahil ini.

“Hayo, cuma lagi apa...?” ulangnya dengan nada mengejek Alieen.

“Ah! Bukan urusan lo bang, gue mau ngapain!” seru Alieen, dan segera pergi dari sana. Beruntung dia tidak mengikutinya. Tapi Shintia yang pura-pura ke kantor Guru itu melihat betapa akrabnya Alieen dan Rafa, dan senyum licik terukir di wajahnya.

***

Sebenarnya Bagaskara selalu datang ke Sekolah, tapi ia tidak pernah mau masuk ke dalam kelasnya dan justru memilih untuk berada di ruang basket.

“Pasti posisi gue sebagai kapten bakal diganti. Udah lama gue nggak muncul ke kelas.” Bagas memegang bola basket, lalu ia memantulkannya beberapa kali ke lantai lapangan, dan melemparkannya menuju ring.

Tapi lemparannya sangat buruk, berkali-kali tidak ada yang masuk ke dalam ring itu. Padahal selama ini dia yang selalu melakukan cetak point di timnya.

“Kenapa permainan basket lo semakin jelek!” Teriak seseorang dari belakangnya. Bagas mengalihkan pandangannya dan menemukan Rafandi yang berjalan kearahnya.

“Ternyata persembunyian gue udah ketahuan ya,” ucap Bagaskara.

“Kenapa lo suka banget menghindari masalah?” tanya Rafa seakan tau apa yang sedang terjadi dengannya, sembari mengambil bola basketnya. Tapi Bagas hanya diam tanpa menjawab.

“Sekarang apa lagi masalah lo? Apa duit yang gue kasih pinjem ke lo itu masih kurang?” Rafa memantulkan bola basket ke lantai, lalu menembaknya tepat ke ring dan masuk dengan sempurna.

“Bukan, tapi makasih lo mau pinjemin gue. Kalau kakak gue gajian, pasti diganti.” Bagas berjalan menghampiri bola dan langsung menembaknya menuju ring dari sudut kanan, kali ini ia bisa memasukannya.

“Apa ini karena Shintia?” Bagas segera menatap mata Rafa.

“Dia pasti mau ceramahin gue lagi,” batin Bagaskara. Rafa yang melihat tidak ada reaksinya hanya menghembuskan nafas panjangnya.

Tidak ada yang tau jika mereka berdua itu dekat. Rafa yang populer walau terkenal jahil, tapi dia selalu dikelilingi siswi-siswi di Sekolah.

“Udah gue bilang, lo itu cuman dimanfaatkan sama Shintia. Kan gue pernah bilang, dia itu adek kelas gue di SMP dulu dan sikapnya masih saja sama. Patah hati kan lo sekarang.” Bagas masih enggan untuk membicarakannya dan justru berjalan meninggalkan ruang latihan basket itu.

Walau Rafa dengan keras memanggil dan bertanya ia hendak ke mana. Bagas tidak menghiraukannya.

***

Alieen kembali ke kelas, dan merasakan ada hal yang tidak wajar di sana. Teman-temannya memandangi dirinya aneh. Terutama para perempuan, mereka terlihat kesal padanya.

“Rin, kenapa semuanya liatin gue?” tanya Alieen.

“Lo abis dari mana aja tadi?” tanya balik Rina.

“Ya, gue ke toilet. Kenapa sih? Tapi lo juga ikutan—“ ucapan Alieen terpotong.

“Lin, kalau lo juga suka sama dia kenapa tidak bilang ke gue? Apa karena gue juga suka sama dia?” pertanyaan Rina semakin membuat Alieen tidak mengerti.

BRAK!

Lalu mejanya di pukul keras oleh Deshi, ketua geng mawar yang ada tiga anggota termasuk dia. Hingga semua orang terkejut.

“Heh! Lo mau numpang populer sama Rafandi kan, makanya buat berita tidak jelas itu?!” Deshi menatap tajam Alieen.

“Berita? Berita apaan sih?!” tanya Alieen yang tidak mengerti situasi saat ini.

“Hey! Kalian jangan main kasar ya, ngapain geng mawar dari kelas sebelah malah datang kesini?” Rani berdiri dan melipat kedua tangannya di dada.

“Jangan sampai gue aduin kalian mau membully Alieen ke Guru ya!” Lanjut Rina dengan mengancam mereka.

Alieen tidak percaya, ini semua berhubungan dengan Rafandi yang popular itu. Tapi apa yang menyebabkan mereka kesal padanya?

Krrrringgg!

Bel Sekolah berdering, artinya sudah jam istirahat. Murid-murid yang berkumpul di kelas mulai pergi ke kantin. Tapi sebagian masih di tempat dan menatap Alieen dengan kesal.

“Loh! Ada apa ini, kenapa kalian masih di sini?” tanya polos Shintia yang baru saja masuk kelas.

“Ini, lo liat aja sendiri!” Deshi menunjukkan sebuah artikel dari Web Sekolah mereka.

Shintia terkejut melihat judul di artikel yang tertulis, ‘Tertangkap basah! ini dia sosok pacar kakel favorit kita’ di tambah dengan beberapa foto yang jelas jika itu adalah Alieen dan Rafandi.

“Astaga?! Jadi kalian pacaran? Pantesan sering keliatan barengan mulu.” Matanya melirik kepada Alieen, dan memanaskan suasana yang ada.

Dengan buru-buru Alieen membuka ponselnya dan melihat artikel yang sudah dilihat oleh seluruh murid dan guru. Informasi seperti ini tentu tidak mudah untuk diterbitkan dalam website Sekolah.

“A... apa ini?! Ini sama sekali tidak benar! Kalian jangan mudah percaya artikel seperti ini!” Alieen merasa panik. Tapi semua orang hanya memandangnya seperti pembohong.

“Tidak mungkin info ini asal di posting, kan ini dari website Sekolah. Kalian pasti tahu kalau tidak sembarangan orang yang bisa mengupload sebuah kabar.” Pernyataan Shintia di setujui oleh banyak murid. Bahkan Rina ikut percaya dengan apa yang diucapkan Shintia.

“Gue kecewa sama lo yang enggak bilang apa-apa soal ini ke gue. Padahal kita udah lama temenan dari SD, tapi lu malah...” kecewa Rina sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Ia dan Alieen seperti saudara yang tidak terpisahkan. Semua hal di ceritakannya kepada Alieen, termasuk perasaannya kepada Rafa.

Semua yang ada di kelas memandang rendah dirinya. Mereka menganggap Alieen hanya menumpang tenar, sok suci, dan banyak lagi ungkapan tidak baik untuknya.

Alieen tidak tahan mendengar bisikan mereka dan tatapan kebencian teman-teman sekelasnya. Di tambah sahabatnya ikut membenci dirinya.

Ia melarikan diri dari sana, menerobos orang yang menghalangi jalannya. Air mata dan keringat sampai tidak bisa dibedakan lagi.

Alieen terus berlari melewati koridor, menaiki anak tangga, hingga sampai lah dia di rooftop sekolah. Lalu ada bayangan seorang laki-laki yang sedang berdiri di sana.

“Siapa dia? Keliatannya tidak asing,” batin Alieen yang hanya bisa melihat siluet orang itu.

“Aisshh... Ternyata benar, tempat seperti ini pasti sangat mudah ditemukan orang lain. Menjengkelkan.” ucapnya.

“Hm... Kok kayak tidak asing ya suaranya?” Alieen mencoba melihat dengan jelas, siapa sosok yang ada di balik siluet itu.

Namun secara tiba-tiba laki-laki itu bergerak perlahan mendekatinya, dan seketika mata Alieen membulat melihat sosok aslinya.

“Ternyata itu lo?!” seru Alieen. Laki-laki itu justru menatapinya bingung.

—Siapa yang di lihat Alieen sampai kaget banget gitu ya?—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status