Share

6.UNKNOWN

Alieen pada akhirnya tetap pulang ke rumahnya. Tapi sampainya di rumah justru ia kembali melihat sosok yang ia benci. Siapa lagi jika bukan kakak yang tidak ingin orang lain ketahui statusnya itu. Bintara.

“Baru pulang? Kenapa kalian tidak pulang bareng saja?” Tanya sang Ibu.

“Tadi aku—“ ucapan Alieen terpotong.

“Tadi udah mau pulang bareng bu, tapi anak gadis ibu yang enggak mau. Malu katanya.” Ujar Bintara yang menyela nya.

Alieen menatap wajah Bintara dengan kesal. Bintara berbohong dengan Ratih, Ibu mereka. Ratih juga percaya dengan ucapan Bintara yang justru menambah kekesalan dalam diri Alieen.

Alieen sudah muak dengan ini semua, ia memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Walau Ratih memintanya untuk kembali segera turun agar bisa makan malam bersama tapi Alieen tidak ada niatan menuruti perintah ibunya.

Alieen menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, dengan seragam yang masih lengkap. Ia memandang langit-langit kamarnya, lalu ia membuat ruang di kamarnya menjadi gelap.

“Ok G**gle, matikan lampu kamar.” Perintah Alieen.

Lampu pun padam, membuat ia bisa melihat rasi Bintang yang terbentuk di langit-langit kamarnya. Hal kecil seperti ini sudah membuatnya sedikit tenang, dan tiba-tiba banyak notifikasi yang masuk ke ponsel milik. Alieen mengerutkan dahi ketika melihat notifikasi itu.

“Unknow? Siapa ini, kok dia bisa tau kontak gue?” Alieen bertanya-tanya dan mencoba kembali mengingat kembali. Apakah ia pernah memberikan nomornya  kepada orang lain atau tidak.

“Perasaan gue enggak kasih nomor gue ke siapa pun. Oh, apa karena masalah itu? Pasti orang iseng. “ ujar Alieen.

Saat ia membuka notifikasi itu Alieen semakin terkejut, karena ‘Unknow’ ini tau apa masa yang sedang ia hadapi.

Unknow : Apa lo baik-baik aja, setelah di paksa masuk ke dalam mobil itu?

Unknow : Lo pasti ketakutan bukan?

Alieen : Kok lo tau?

Alieen : Dan dari mana lo tau nomor gue?

Alieen : Siapa lo!

Unknow : Engga penting siapa gue sekarang.

Unknow : Lo harus Jawab dulu pertanyaan gue tadi.

Alieen : Gue tau siapa lo.

Unknow : Lo tau? Bagaimana caranya?

Alieen berjalan menuju balkon kamarnya dan dari balkon kamarnya, ia dapat melihat jika Bintara sedang memegangi ponsel, dan jari jemarinya tidak berhenti mengetik sesuatu. Di saat bersamaan si pengirim pesan misterius itu juga terlihat sedang mengetik. Ting! Satu pesan kembali muncul, seketika Alieen segera melihat pergerakan jari Bintara. Ternyata juga terdiam.

Alieen segera memperingati pengirim pesan aneh itu, agar tidak mengganggu dirinya lagi. Lalu segera ia memblokir nomor misterius itu. Alieen pun segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu, membuat Bintara seketika terkejut mendengar bantingan pintu.

“Tuh anak kenapa sih?” heran Bintara.

“Itu suara apa tadi, Bin?” tanya Ratih.

“Eung, suara tv bu.”

“Astaga, tv? Kamu kalau nonton jangan terlalu kencang suaranya.”

“Iya Bu, maaf.”

Ratih kembali ke dalam dapur untuk mempersiapkan makan malam mereka. Tapi apa alasan Bintara berbohong kepada Ibunya?

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, tapi Alieen masih saja di dalam kamarnya. Padahal Bintara dan Ibunya sudah menunggu dirinya di meja makan.

“Kenapa adikmu tidak kunjung keluar kamar, Bintara?”

“Aku tidak tau, bu. Mungkin dia sedang diet?”

“Ibu akan menghampiri kamarnya.”

“Eung, baik bu. Tapi Ibu jangan memarahinya ya?”

“Buat apa Ibu marah kepadanya, dia kan tidak melakukan apa pun yang salah.”

“Iya, kali aja ibu mau marah sama dia karena tidak kunjung keluar kamar?”

“Kamu khawatir adikmu ibu terkam, ya? Haha.”

Bitara mengiyakan nya, membuat Ratih semakin senang. Karena ia melihat Bintara sangat menyayangi adik perempuannya.

Ratih pun menghampiri putrinya yang mengurung diri di dalam kamarnya.

“Tok-tok, apa ada orang di dalam?” Ratih membuka pintu kamarnya, dan Alieen menoleh ke arah dirinya.

“Ibu?”

“Kamu tidak mau makan malam? Sedang diet ya?”

“Enggak bu, hanya lagi enggak nafsu makan saja.”

“Apa kamu sakit?” Ratih segera menempelkan punggung tangannya ke dahi putrinya. Lalu ia merasa lega karena tidak merasakan panas di dahinya.

“Ibu, Alieen enggak sakit.”

Ratih mengajak putrinya untuk duduk berdampingan di tepi kasur.

“Lalu ada apa?”

“Tidak ada bu.”

“Yakin? Apa karena ada Bintara?”

Mata Alieen membulat ketika mendengar nama itu lagi dari mulut sang Ibu. Ratih sebenarnya tau, jika Alieen tidak senang dengan Bintara yang kadang bersikap berlebihan padanya. Ia tau jika Alieen pasti takut dan tidak senang.

“Alieen, kamu ingat apa pesan Ayah terakhir kali?”

“Ingat bu.”

“Apa pesannya?”

“Agar Alieen sama kak Bintara akur.”

“Nah, itu kamu paham. Terus kenapa masih tidak akur?”

Alieen tidak bisa menjawabnya, ia tidak ingin Ibunya tau jika Bintara itu terlihat berbeda jika di belakangnya. Karena itu bisa saja melukai hati Ibunya yang sudah mempercayai Bintara adalah anak baik.

“Alieen, Ibu juga berharap kamu sama Bintara itu akur seperti kakak dan adik lainnya. Sepertinya akan terlihat adem jika kalian tidak saling cuek seperti sekarang.”

Ucapan Ratih dapat dimengerti oleh Alieen, tapi hati Alieen tetap tidak bisa terima. Lalu Bintara datang membuka pintu kamar Alieen.

“Bu, aku langsung pergi ya?” pamit Bintara.

“Loh? Kamu tidak menginap di sini?” tanya Ibu mereka.

“Tidak, aku harus segera kembali. Ada urusan lain di kos-an.” Jawab Bintara.

“Kenapa tidak tinggal di sini saja, sih?” cetus Ratih.

“Ibu...” ucap Alieen.

“Udah bu, aku harus segera pulang nanti terlalu malam pasti dimarahi ibu kosnya.” Ucap Bintara.

“Ya sudah, hati-hati di jalan.”

“Iya, bu.”

Keesokan harinya, kebetulan hari ini adalah minggu. Jadi Alieen tidak perlu bangun lebih pagi seperti biasanya. Tepat jam tujuh lewat tiga puluh, Alieen bangun dan ponselnya kembali mendapatkan pesan dari Unknow itu membuatnya geram. Di saat yang bersamaan Bintara menghubunginya. Alieen dengan malas menerima panggilan itu.

“Halo, ada apa pagi-pagi telepon?”

“Maaf, apa anda keluarga dari Pemilik ponsel ini?”

Ternyata yang menelepon dirinya bukan Bintara, melainkan suara perempuan. Seketika Alieen bangkit dari ranjangnya, dan mulai berpikir macam-macam.

“Iya, benar. Saya Adiknya. Ada apa ya? Apa terjadi sesuatu sama kakak saya?”

“Pasien mengalami kecelakaan, dan sedang di rawat di rumah sakit—“

“Apa dia terluka parah? Kalau begitu kami segera kesana!”

Alieen menutup panggilan itu, lalu ia baru melihat isi pesan yang di kirim oleh Unknow itu. Ternyata isi pesan dan situasi Bintara tidak sinkron. Membuat Alieen kembali penasaran, siapa dia ini? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status