Share

4. MISTERIUS

“Oh, hoo! Dia mulai marah girls haha.”ejek Deshi.

“Lo pasti mau mengadu kan ke ‘Rafa tersayang’ nya itu.” kelakarnya.

“Udah puas kalian?!” pekik Alieen. Semua murid yang menertawakannya kini terdiam, setelah mendengar nada bicaranya yang benar-benar serius dan marah.

“Jangan pakai teriak dong! Santai saja. Dasar nyari sensasi terus lo kerajaannya.” kesal Deshi. Ia mendorong bahu Alieen keras hingga terpental dan hampir jatuh.

Bagas datang di saat yang tepat. Ia menahan tubuh Alieen dan berkata. “Kalian memang suka banget ngebully ya?”

Alieen menatap Bagas bingung. Ia sangat tahu betul jika pria itu sangat acuh, dan jarang sekali berbicara jika bukan dengan yang ia kenal. Tidak hanya Alieen, semua murid di kelas juga kebingungan. Bagaimana bisa Bagas si raja peringkat satu dan terkenal acuh dengan sekitar itu justru membantu menangkap tubuh Alieen. Hanya satu orang yang justru geram melihat mereka.

Namun Bagas tiba-tiba melepaskan tangan yang menahan tubuh Alieen, sehingga ia tetap terjatuh pada akhirnya.

“Aw! Sakit tau!” teriak Alieen. Bagas hanya meliriknya dan berjalan menuju bangkunya yang tepat berada di belakang Shintia.

“Wah, kirain udah move on sama aku. Terus dekat sama si pencari sensasi. Ternyata belum ya?” sindir Shintia.

“Kamu cemburu?” tanyanya singkat.

“Siapa? Aku? Haha, bangun Bagas. Ini udah mau siang loh,” Shintia membalikkan badannya lurus ke depan. Sebenarnya ia merasa Bagas bertingkah sedikit berbeda dan mencoba memikirkan apa penyebabnya.

Deshi masih belum selesai dengan Alieen, ia mendekatinya dan memaksa untuk berdiri.

“Apaan lagi sih mau lo!” teriak Alieen.

“Ya, kita belum selesai sama lo,” smirk Deshi.

Deshi memberikan kode kepada teman gengnya, Yola menahan tangan Alieen agar tetap pada posisinya. Lalu Yuli merekam kegiatan mereka.

“Ayo! Kali ini lebih bagus lagi dong. Mungkin bisa kita dandani dia?” Yuli memberikan seringainya.

“Lo berani perintah gue?” tekan Deshi.

“Tapi kali ini akan gue kabulkan sih. Haha.” tambahnya dan ikut menyeringai.

Alieen menatap mata Rani yang kebetulan sedang menoleh ke arahnya, tapi sekali lagi ia mengabaikannya.

“Sampai kapan gue harus merasakan ini semua?Batin Alieen, dan memejamkan mata dengan pasrah. Deshi dan gengnya pasti akan mempermalukan dirinya di depan kelas.

SRAAAK!

Tiba-tiba saja banyak kertas yang bertaburan di kelas, semuanya teralihkan dan meraih kertas itu. Lalu seorang pria berdiri di depan dan berteriak dengan lantang, “Deshi, Yola, dan Yuli!” mereka yang terkejut segera menoleh.

“Ck, apa-apaan dia?” tanya Yola dengan memandang pria itu dengan aneh.

“Kalian bertiga pergi ke ruang kepala sekolah, karena akan di disiplinkan. Sikap kalian itu tidaklah baik dan kasar.” kata pria itu lembut.

“Hah, kita tidak salah dengar kan? ‘di disiplinkan’?” Deshi tertawa tidak percaya.

“Dengar ya, tanpa adanya campur tangan bokap gue. Sekolah ini tidak akan pernah ada!” imbuhnya dengan kesal.

Pria yang terlihat berusia sekitar 21-23 tahun itu, hanya diam dan justru ia memberikan senyuman yang menawan kepada mereka.

“Kertas itu berisi daftar pembullyan kalian dan hal-hal seperti mencuri jawaban ujian, lalu—” ucapnya terpotong.

“Ok! Jangan di bahas lagi. Kita pergi, ayo girls.” Deshi sempat mengumpat kepadanya, tapi dengan cepat mereka menghilang meninggalkan kelas itu.

Alieen tercengang melihat insiden itu, dan saat dilihat lagi, ia merasa familier dengannya. Pria itu menghampiri dan menjulurkan tangan untuk membantu Alieen berdiri.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Pria itu kepada Alieen.

“Ah iya, saya baik-baik saja.” jawab Alieen. Saat pria itu tersenyum kembali di depan wajahnya, ia baru menyadari sesuatu.

“Jangan beritahu siapa pun soal itu. Saya percaya rahasia itu aman sama kamu,” bisik pria itu diam-diam. Alieen hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Pria itu menyuruh Alieen duduk di tempatnya. Lalu ia berjalan ke meja guru.

“Baik semuanya! Mungkin kalian terkejut dengan kedatangan saya,” ucapnya dengan mata yang memperhatikan sekeliling dan tiba-tiba ia menulis sesuatu di papan tulis.

BINTARA ARENDY

“Ini adalah nama saya, biasa di panggil Bintara. Saya yang sementara menggantikan Pak Dayat, sebagai guru fisika kalian.” jelasnya.

Semua murid saling pandang dan tidak percaya dengan apa yag mereka lihat. Sebagian murid perempuan menjadi kagum kepadanya, karena ia satu-satunya guru yang berparas tampan.

“Pak! Berapa usia Bapak?” celetuk seorang Siswi, bertanya genit kepada Bintara.

“Usia saya 22 tahun, lulusan salah satu universitas ternama di USA. Untuk nomor saya...” Bintara menuliskan nomor ponselnya di papan.

“Silahkan di save nomor saya, agar mempermudah kalian untuk mempertanyakan materi yang mungkin kalian belum mengerti.” Sekali lagi Bintara memberikan senyum khasnya yang sangat manis. Membuat hati para gadis berdebar kencang.

Untuk sementara Alieen merasa lega, semua perhatian sedang teralihkan kepada Bintara. Alieen menidurkan kepalanya di atas meja, saat pelajaran baru di mulai. Bintara yang melihatnya justru tidak menegur dan membiarkannya.

“Dia pasti kelelahan. Hari ini mengulang materi Pak Dayat yang kemarin saja,”  Batin Bintara.

Tiba-tiba saja suara keras menggema di dalam kelas, membuat Alieen kembali menegakkan pandangannya. Ternyata Bagas baru saja menggeser kursinya dan berdiri di tempat.

“Kenapa kamu berdiri tiba-tiba seperti itu?” tanya Bintara. Bagas hanya diam menatapnya sebentar lalu ia melirik Alieen seakan merasa bersalah karena membangunkannya.

“Hai! Siapa nama kamu?” Bintara kembali melontarkan pertanyaan kepada Bagas, dan tidak respons darinya. Justru ia beranjak pergi keluar kelas. Bintara terus memperingatkan ke Bagas agar tidak  pergi begitu saja. Tapi Bagas tidak mau mendengarnya.

“Ya sudah, semuanya tolong kembali fokus ke materi!” ucapnya yang segera dituruti para siswa di sana. Walau begitu, ia sempat melihat sejenak tatapan Bagas ke Alieen sebelumnya.

“Terlihat aneh,” Batinnya.

***

Akhirnya bel sekolah berbunyi dua kali, yang mengartikan sudah waktunya para murid beristirahat. Alieen menarik nafas dalam dan menghembuskannya kembali. Ia merasakan jika tenaganya sudah terkuras habis-habisan hari ini. Alieen menguatkan dirinya, dan cukup bertahan tiga jam lagi sampai bel pulang berbunyi.

Alieen yang berjalan di koridor menuju kantin, lalu melihat Shintia menarik tangan Bagas menuju arah belakang sekolah. Hal itu membuat rasa penasaran Alieen timbul kembali, dan ia memutuskan untuk mengikuti mereka berdua secara diam-diam. 

Baru akan berbelok memasuki  lorong koridor yang sama dengan mereka, Alieen tidak sengaja menabrak seseorang. Lebih parahnya ia menumpahkan kopi yang masih panas ke baju orang itu.

“Ah! kacau banget hari ini,Batin Alieen. 

Saat Alieen mendongak untuk melihat siapa kali ini yang masuk dalam masalah hidupnya. ternyata ia adalah Bintara, guru magang baru itu. Ia tiba-tiba menatapnya dingin kepada Alieen, lalu berubah menyeringai. Ekspresi itu menyeramkan untuknya. Perlahan Bintara melangkah lebih mendekatinya, dan menyejajarkan pandangannya.

“Alieen ini panas loh kopinya, tapi saya masih menahan ini sampai nanti pulang sekolah ya.” bisiknya mampu membuat Alieen membeku tak berkutik.

Bintara meraih gelas kertas yang jatuh, dan kembali menunjukkan ekspresi yang bisa orang lain ketahui. Alieen hanya diam bahkan menahan nafasnya sampai Bintara pergi menjauhinya. Tidak tahu mengapa ia begitu takut padanya. Setelah memastikannya pergi , Alieen kembali bisa bernafas lega.

“Astaga, hari ini benar-benar hari yang buruk buat gue,” Alieen menghela nafas dan terbengong sesaat.

“Tadi gue lagi apa ya?” Alieen mengetuk-ketukan dagunya, bingung.

“Ah, iya. Tadi kemana ya Bagas pergi?” Alieen kehilangan jejak mereka tapi tidak ingin berhenti di sini, jadi memutuskan tetap mencari walau ia tidak tau di mana pastinya.

Setelah lelah berkeliling, sampai Alieen menemukan tempat atau jalan yang saling terhubung di sekolahnya. Akhirnya menemukan dua sosok yang di carinya. Shintia dan Bagas.

Alieen saat itu merasa sakit hati dan kecewa. Karena yang ia lihat Bagas dan Shintia sedang bermesraan di pojokan. Ia membalikkan badan dan hidungnya merah besertaair mata yang tiba-tiba mengalir melewati pipinya. Perlahan Alieen berjalan meninggalkan tempat itu, dengan tatapan sendu melihat langkah kakinya yang terus berjalan.

—Hidup ini banyak hal yang belum tentu kita tahu. Tapi hal yang misterius kadang merupakan awalan yang indah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status