Share

Mission of Coordinate
Mission of Coordinate
Author: keearfi

Prolog

Pertunjukan hampir usai. Alunan musik piano kian lama melemah mengisyaratkan bahwa musik akan berakhir. Tekanan tuts terakhir menjadi nada penutup permainan piano. Suara riuh penonton terdengar menggema di hall. Penonton bersorak ria, bertepuk tangan, dan kebanyakan standing ovation.

Rasa bangga terukir dari wajah anak laki-laki yang sedang membungkukkan setengah badannya di atas panggung. Ia berhasil membawakan lagu buatannya sendiri yang ia tulis selama kurang lebih sebulan. Jerih payah latihan selama dua bulan belakangan menjadi saksi bisu usahanya.

Setelah dirasa cukup, anak itu meninggalkan panggung menuju backstage. Tidak ada orang yang ia bisa peluk karena ia menghadiri acara ini sendirian. Sebenarnya, ia ingin sekali bisa memeluk keluarganya, tetapi mereka tidak dapat hadir kali ini. Hembusan nafas pasrah terdengar dari hidung anak itu.

Boleh dibilang anak itu bukanlah anak kecil lagi. Usianya sudah menginjak 13 tahun, ia baru lulus SD. Kalau dibilang pemuda, itu juga belum pantas. Bakat bermain pianonya muncul ketika ia masih berumur tiga tahun. Orang tuanya mendaftarkan les piano sejak ia masih berada di taman kanak-kanak. Sejak itu, kemampuannya meningkat drastis dan ia telah memenangkan beberapa kompetisi di usianya yang masih dini.

Dari kejauhan, seorang anak perempuan sebaya mengintip dari balik tirai. Ia merupakan salah satu penonton yang berhasil menyelinap ke backstage hanya untuk bertemu idolanya itu. Matanya memandang anak laki-laki itu dengan saksama.  Ia ingin memberikan sesuatu, tetapi malu. Kotak kecil dengan pita merah tergenggam di tangan gadis kecil itu.

Karena malu, anak perempuan itu menitipkan kotak yang dibawanya kepada salah seorang pekerja yang ada di backstage. "Permisi pak, boleh saya minta tolong?”

“Iya, ada apa ya, Dek?” jawab seorang paruh baya dengan kedua tangan membawa tongkat kecil. Semacam alat untuk keperluan panggung.

“Em tolong berikan kotak ini kepada dia dan jangan beri tau kalau aku yang kasih," ujar anak itu sambil menunjuk orang yang ia maksud.

Tak butuh waktu lama untuk kotak itu berpindah tangan. Sekarang kotak dengan pita merah tersebut telah berada di genggaman anak laki-laki itu. Ia hanya mendapat pesan dari seorang pekerja di sini bahwa kotak tersebut dari seorang perempuan sebayanya. Hanya itu saja. Wajah anak laki-laki itu terlihat bingung dengan kerutan di dahinya.

Karena penasaran, anak laki-laki itu masuk ke ruangannya — ruang khusus kontestan yang telah disediakan. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa sembari mengamati kotak itu. Tangannya membolak-balik kotak untuk mencari petunjuk pengirimnya. Namun, tidak ada nama atau petunjuk apapun. Walaupun ia sudah sering mendapatkan hadiah dari teman-temannya terutama yang perempuan, tetapi kali ini agak aneh karena ia tidak mengenal siapapun di sini.

Dengan sedikit ragu ia membuka kaitan pita merah dan dilanjut membuka penutup kotak. Wajahnya berseri saat mengetahui benda di dalamnya. Nampak gelang hitam bersemayam di dalam kotak merah tersebut. Uniknya, terdapat koordinat di gelang itu. 19°53' N dan 155°34' W. Bukankah itu koordinat di mana ia berada saat ini? Tidak salah, ini koordinat Hawaii.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kikiw
keren ya, semoga selanjutnya juga
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status