Ruangan di lantai dua rumah Keenan berbentuk lingkaran. Memasuki lantai dua, mata langsung tertuju ke ruang kaca yang melingkar di tengah. Di tengahnya terdapat kaca yang melingkar dan di dalam kaca itu tumbuh banyak pepohonan rindang. Pintu-pintu berjajar melingkar di setiap sudut. Mereka bertiga sekarang sedang mengeksplor rumah Keenan. Ya, tentu saja atas usulan Arga.
"Itu apaan, Keen? Hutan di dalam rumah?" tanya Finn yang baru saja tiba di lantai dua.
"Shuuutt!!! Nanti ada yang marah," omel Arga menyuruh Finn diam sembari memberi isyarat dengan telunjuknya.
"Mau tau? Coba lihat gih." Kini Keenan menimpali.
Finn yang penasaran dengan ruang berdinding kaca itu maju perlahan. Sepanjang mata memandang, ia hanya bisa melihat pepohonan gelap. Bisa dibayangkan seperti hutan di dalam rumah yang dikelilingi oleh dinding kaca sebagai pagarnya.
Namun tiba-tiba ...
“RRAAWRR!!” Terdengar auman yang mengagetkan Finn saat ia
Hari terus berganti hingga tak terasa ujian akhir telah berakhir satu jam yang lalu. Selama seminggu ujian, tidak ada kejadian yang terlalu unik. Hanya saja kadang Arga yang mengomel karena soal yang diujikan cukup sulit. Arga juga akan mengutuk dirinya sendiri jika ia kalah dari Finn. Sebenarnya sebelum ujian, Finn dan Arga sempat membuat kompetisi. Kompetisi seperti biasa, yang nilai dan ranking-nya lebih tinggi, ia akan meminta permintaan kepada yang nilainya lebih rendah. Sedangkan yang nilainya lebih rendah, tidak hanya mengabulkan permintaan, tetapi juga harus mentraktir makanan di kantin selama seminggu. Keenan tentu saja tidak diajak dalam kompetisi itu karena sudah jelas bahwa ia akan menduduki peringkat di atas mereka berdua. "Ngomong-omong dari kemarin kita belum jadi bahas soalprom night. Lo berdua juga pada belum milih pasangan." "Ah lo mah inget terus masalah prom.Padahal gue udah seneng waktu itu kita gak
Seminggu berlalu hingga akhirnya nanti malam akan diadakanprom nightuntuk kelas X Dan XI. Besok giliran kelas XII yang melaksanakanprom nightsebagai salah satueventterakhir selain wisuda pelepasan. Panitia tentu sudah bekerja lembur sejak seminggu lalu. Mereka menginap di sekolah belakangan ini, tak terkecuali dengan Finn. Ngomong-ngomong, Keenan dan Arga terpaksa mengikutiprom nightkarena dua syarat yang diberikan mereka berhasil dipenuhi oleh Finn. Saat itu Finn tidak menyangka bahwa ada tiga mata pelajaran yang nilainya mampu melampaui nilai Keenan walaupun hanya berbeda satu hingga dua poin saja. Arga yang memberi syarat itu merasa gagal karena ternyata Finn dapat melewatinya. Bicara tentang syarat yang diberikan oleh Keenan, Finn juga akan datang ke prom nightsebagai panitia dan tamu layaknya kelas X dan XI. Beralih ke pasangan masing-masing. Saat itu Finn mendadak
"Aishh kau ini Keenan kenapa selalu tidak teliti?" "Ha? Memangnya ada yang salah, Prof?" "Lihat ini! Jika kau mau membentuk sebuah molekul, kau seharusnya meletakkan atom ini di bagian kanan dan kiri pasak. Ah kalau begini mana bisa berfungsi." "Benarkah? Ah maafkan aku." Prof. David mengacak-acak rambutnya. Hari ini jadwalnya untuk mengecekprojectKeenan, tetapi ia masih menemukan banyak kesalahan. Pria dewasa itu membenarkan posisi duduknya kemudian lanjut mengotak-atik pasak tersebut. "Prof, apakah isu yang masih hangat itu benar akan terjadi?" Keenan mengalihkan topik pembicaraan. "Hmm ... entahlah. Aku mengunjungi kantor NASA pekan lalu dan mereka sama sekali tidak membahas isu tersebut." "Apa kau yakin, Prof?" "Tidak sepenuhnya. Aku curiga dengan NASA dan segala konspirasinya jadi aku memutuskan untuk mencari info tersebut lebih dalam." "Lalu?" "Potensi asteroid menghantam bumi
Setelah semalam dilanda hujan cukup deras, matahari membalasnya dengan senyuman hangat di pagi ini. Di hari Minggu ini, Keenan tidak memiliki agenda apapun. Paling hanya mencicilproject-nya jika ia tidak sedang lelah. Namun, kemarin kata Prof. David, ia harus beristirahat sejenak dari project-nya supaya bisa kembali fokus dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahannya, terutama kesalahan minor. Ia sekarang berada di ruang olahraga. Bermain dengan alat treadmill untuk sekadar memanaskan tubuh dan berekskresi. Sepuluh menit kemudian bajunya telah basah oleh keringat yang diproduksi. Nafasnya juga sedikit terengah-engah. Seperti yang kalian tahu, di ruang olahraga juga terdapat ruangan yang dipakai untuk menonton acara-acara olahraga. Keenan merebahkan tubuhnya di sofa lalu menekan tombolonpadaremote. Berbagai macam jenis olahraga disiarkan saluran yang berbeda-beda. Jari tangannya terus memencet tombol-tombol hin
"Yuhuuhere we go!!!" seru Arga bersemangat.Keenan, Arga, dan Finn baru saja berada di dalam pesawat. Keenan dan Finn masih sibuk mengurusi kabin. Lain halnya dengan Arga, ia sudah duduk tenang di dekat jendela. Ralat. Bukan duduk dengan tenang, tetapi ia duduk dengan sangat bersemangat. Wajahnya terlihat berseri seperti orang yang sudah lama tidak liburan. Tangannya juga meraba-raba jendela seolah ingin membuka jendela pesawat, tetapi itu mustahil.Pramugari membantu Keenan dan Finn memasukkan barang-barang mereka ke kabin. Setelah beres, terdengar instruksi yang menyuruh semua penumpang duduk. Beberapa pramugari kemudian mempraktikkan panduan-panduan keselamatan perjalanan.Pesawat lepas landas beberapa menit kemudian. Gedung-gedung pencakar langit kian lama kian mengecil seiring meningginya pesawat. Awan-awan juga mulai terlihat dari jendela.“Aku kembali, Hawai,”batin Keenan.
Keindahan langit malam memang tiada habisnya. Bintang-bintang bertaburan di gelapnya langit. Cahaya bulan purnama dibiasakan oleh lautan. Suara desiran ombak di bawah sana menambah tenang suasana. Tak hanya itu, suara burung hantu juga terdengar samar-samar dari balik pepohonan.Keenan menatap lautan dari atas. Ciptaan Tuhan memang tidak diragukan lagi, bahkan hal-hal yang dirasa tidak mungkin terjadi, ternyata sangat mungkin terjadi. Pandangannya terus fokus pada lautan di bawahnya. Namun, tidak dengan pikirannya yang bercabang.“Hawaii. Tempat masa kecil gue. Dimana gue masih bebas untuk mengekspresikan apa yang gue mau. Di sini juga adalah tempat terakhir gue main piano. Cita-cita gue jadi pianis hilang setelah konser itu. Tapi, itu semua udah berlalu. Gue cuma bisa jadiin sebagai kenangan aja. Gak lebih dari itu,”batinnya.Ia menghela nafas panjang. Memori akan masa lalunya saat di Hawaii berputar kembali di otak. Matanya berkaca-k
Hari libur akan berakhir dalam beberapa jam lagi. Besok adalah hari pertama penerimaan siswa baru Silverleaf sekaligus hari pertama masuk setelah dua pekan libur.Seperti peraturan baru yang diumumkan kepala sekolah silam, seragam Silverleaf sudah dibagikan dan siap dipakai pertama kali esok hari. Selain itu, semua peraturan baru juga akan mulai diterapkan mulai besok. Itu tandanya gerbang akan ditutup empat puluh lima menit lebih cepat dari sebelumnya.Keenan merasa dirinya banyak berubah setelah pulang dari Hawaii. Energi positif selalu ia dapatkan. Mungkin otaknya kembali segar setelah melalui berbagai macam masalah selama ini. Semenjak pulang daricampingbersama kedua sahabatnya, ia terus mendapat pujian dari Prof. David dan Prof. Theresa. Tidak hanya itu,project-nya pun terus berkembang pesat. Bahkan, lebih cepat dari jadwal yang telah ia perkirakan.Lain halnya dengan Keenan, Finn justru mendapat panggilan berkali-kali da
Bel sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Para siswa berbondong-bondong meninggalkan sekolah, kecuali siswa yang memiliki kegiatan tambahan seperti ekstrakurikuler, belajar kelompok, atau keperluan lainnya. Jadwal hari pertama masuk memang belum terlalu padat karena siswa yang tergabung dalam YOS sibuk mengurusi kegiatan penerimaan siswa baru. Guru-guru pun memaklumi itu sehingga pembelajaran hanya diisi poin-poin pelajaran yang harus dikuasai.Sekolah mulai sepi satu jam kemudian. Para siswa yang tadi menunggu di halte kini sudah mulai kosong. Parkiran kendaraan pun tampak lengang, hanya tersisa beberapa kendaraan saja.Seorang gadis berdiri di halaman sekolah. Ia terlihat sedang menunggu seseorang sambil sesekali menengokkan kepala ke dalam gedung."Natashya?" sapa Finn yang baru saja keluar gedung."Eh Kak Finn?""Kok lo belum pulang?" tanya Finn heran karena sekitar 80% siswa sudah meninggalkan area sekolah."Anu kak, aku la