Berbagai teknologi mendominasi ruangan bercat putih ini. Di tengah ruangan terdapat beberapa alat berbentuk dua limas segitiga yang alasnya digabungkan. Alat itu melayang di atas alas persegi. Ada tiga alat sama yang menyebar diketiga sudut dan dihubungkan dengan laser-laser tipis berwarna biru membentuk sebuah kerangka piramida.
Di sisi lain juga terdapat tabung-tabung yang berisi berbagai kostum aneh. Kau tahu kan tempat untuk menaruh kostum-kostum seperti di film superhero? Nah seperti itu gambarannya. Masih banyak lagi teknologi dan alat canggih yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, yang jelas ruangan ini seperti di masa depan.
"Selamat datang di laboratorium Keenan," sambut Keenan saat mereka mendarat di laboratorium yang berada di basement.
"Gila! I-ini punya lo semua?" Wajar saja Arga dan Finn terlihat kagum, mereka melihat semua peralatan yang langka dan sungguh canggih. Apakah mereka berada di masa depan sekarang?
"Iya. R
Sudah pukul 11.08 pm yang berarti mereka bertiga sudah belajar selama tiga jam. Keenan tengkurap di atas ranjang sambil membaca-baca buku. Arga duduk lesehan di atas karpet berbulu. Finn yang paling fokus dari tadi, ia menggunakan meja belajar Keenan yang menghadap ke jendela besar. Ujian akhir kali ini ia harus bisa melampaui nilai Keenan."Kalau angin matahari apaan, Keen ?" tanya Finn dari meja belajar."Angin matahari itu arus udara kuat yang bertiup dari matahari ke luar angkasa. Nah ini terjadi karena korona, yang merupakan lapisan atmosfer yang ditemukan di semua matahari dan bintang. Suhu korona matahari terlalu tinggi bagi gravitasi untuk menahannya dan itu menyebabkan angin matahari yang bisa mencapai kecepatan 800 km per detik."Keenan menolehkan kepalanya ke arah Finn. "Efeknya ke bumi bisa parah, dari badai magnetik sampai ke gangguan satelit yang bisa bikin gangguan sinyal. Coba aja lo bayangin misal gak ada sinyal sehari aja, pasti bumi udah gempa
Ruangan di lantai dua rumah Keenan berbentuk lingkaran. Memasuki lantai dua, mata langsung tertuju ke ruang kaca yang melingkar di tengah. Di tengahnya terdapat kaca yang melingkar dan di dalam kaca itu tumbuh banyak pepohonan rindang. Pintu-pintu berjajar melingkar di setiap sudut. Mereka bertiga sekarang sedang mengeksplor rumah Keenan. Ya, tentu saja atas usulan Arga."Itu apaan, Keen? Hutan di dalam rumah?" tanya Finn yang baru saja tiba di lantai dua."Shuuutt!!! Nanti ada yang marah," omel Arga menyuruh Finn diam sembari memberi isyarat dengan telunjuknya."Mau tau? Coba lihat gih." Kini Keenan menimpali.Finn yang penasaran dengan ruang berdinding kaca itu maju perlahan. Sepanjang mata memandang, ia hanya bisa melihat pepohonan gelap. Bisa dibayangkan seperti hutan di dalam rumah yang dikelilingi oleh dinding kaca sebagai pagarnya.Namun tiba-tiba ...“RRAAWRR!!”Terdengar auman yang mengagetkan Finn saat ia
Hari terus berganti hingga tak terasa ujian akhir telah berakhir satu jam yang lalu. Selama seminggu ujian, tidak ada kejadian yang terlalu unik. Hanya saja kadang Arga yang mengomel karena soal yang diujikan cukup sulit. Arga juga akan mengutuk dirinya sendiri jika ia kalah dari Finn. Sebenarnya sebelum ujian, Finn dan Arga sempat membuat kompetisi. Kompetisi seperti biasa, yang nilai dan ranking-nya lebih tinggi, ia akan meminta permintaan kepada yang nilainya lebih rendah. Sedangkan yang nilainya lebih rendah, tidak hanya mengabulkan permintaan, tetapi juga harus mentraktir makanan di kantin selama seminggu. Keenan tentu saja tidak diajak dalam kompetisi itu karena sudah jelas bahwa ia akan menduduki peringkat di atas mereka berdua. "Ngomong-omong dari kemarin kita belum jadi bahas soalprom night. Lo berdua juga pada belum milih pasangan." "Ah lo mah inget terus masalah prom.Padahal gue udah seneng waktu itu kita gak
Seminggu berlalu hingga akhirnya nanti malam akan diadakanprom nightuntuk kelas X Dan XI. Besok giliran kelas XII yang melaksanakanprom nightsebagai salah satueventterakhir selain wisuda pelepasan. Panitia tentu sudah bekerja lembur sejak seminggu lalu. Mereka menginap di sekolah belakangan ini, tak terkecuali dengan Finn. Ngomong-ngomong, Keenan dan Arga terpaksa mengikutiprom nightkarena dua syarat yang diberikan mereka berhasil dipenuhi oleh Finn. Saat itu Finn tidak menyangka bahwa ada tiga mata pelajaran yang nilainya mampu melampaui nilai Keenan walaupun hanya berbeda satu hingga dua poin saja. Arga yang memberi syarat itu merasa gagal karena ternyata Finn dapat melewatinya. Bicara tentang syarat yang diberikan oleh Keenan, Finn juga akan datang ke prom nightsebagai panitia dan tamu layaknya kelas X dan XI. Beralih ke pasangan masing-masing. Saat itu Finn mendadak
"Aishh kau ini Keenan kenapa selalu tidak teliti?" "Ha? Memangnya ada yang salah, Prof?" "Lihat ini! Jika kau mau membentuk sebuah molekul, kau seharusnya meletakkan atom ini di bagian kanan dan kiri pasak. Ah kalau begini mana bisa berfungsi." "Benarkah? Ah maafkan aku." Prof. David mengacak-acak rambutnya. Hari ini jadwalnya untuk mengecekprojectKeenan, tetapi ia masih menemukan banyak kesalahan. Pria dewasa itu membenarkan posisi duduknya kemudian lanjut mengotak-atik pasak tersebut. "Prof, apakah isu yang masih hangat itu benar akan terjadi?" Keenan mengalihkan topik pembicaraan. "Hmm ... entahlah. Aku mengunjungi kantor NASA pekan lalu dan mereka sama sekali tidak membahas isu tersebut." "Apa kau yakin, Prof?" "Tidak sepenuhnya. Aku curiga dengan NASA dan segala konspirasinya jadi aku memutuskan untuk mencari info tersebut lebih dalam." "Lalu?" "Potensi asteroid menghantam bumi
Setelah semalam dilanda hujan cukup deras, matahari membalasnya dengan senyuman hangat di pagi ini. Di hari Minggu ini, Keenan tidak memiliki agenda apapun. Paling hanya mencicilproject-nya jika ia tidak sedang lelah. Namun, kemarin kata Prof. David, ia harus beristirahat sejenak dari project-nya supaya bisa kembali fokus dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahannya, terutama kesalahan minor. Ia sekarang berada di ruang olahraga. Bermain dengan alat treadmill untuk sekadar memanaskan tubuh dan berekskresi. Sepuluh menit kemudian bajunya telah basah oleh keringat yang diproduksi. Nafasnya juga sedikit terengah-engah. Seperti yang kalian tahu, di ruang olahraga juga terdapat ruangan yang dipakai untuk menonton acara-acara olahraga. Keenan merebahkan tubuhnya di sofa lalu menekan tombolonpadaremote. Berbagai macam jenis olahraga disiarkan saluran yang berbeda-beda. Jari tangannya terus memencet tombol-tombol hin
"Yuhuuhere we go!!!" seru Arga bersemangat.Keenan, Arga, dan Finn baru saja berada di dalam pesawat. Keenan dan Finn masih sibuk mengurusi kabin. Lain halnya dengan Arga, ia sudah duduk tenang di dekat jendela. Ralat. Bukan duduk dengan tenang, tetapi ia duduk dengan sangat bersemangat. Wajahnya terlihat berseri seperti orang yang sudah lama tidak liburan. Tangannya juga meraba-raba jendela seolah ingin membuka jendela pesawat, tetapi itu mustahil.Pramugari membantu Keenan dan Finn memasukkan barang-barang mereka ke kabin. Setelah beres, terdengar instruksi yang menyuruh semua penumpang duduk. Beberapa pramugari kemudian mempraktikkan panduan-panduan keselamatan perjalanan.Pesawat lepas landas beberapa menit kemudian. Gedung-gedung pencakar langit kian lama kian mengecil seiring meningginya pesawat. Awan-awan juga mulai terlihat dari jendela.“Aku kembali, Hawai,”batin Keenan.
Keindahan langit malam memang tiada habisnya. Bintang-bintang bertaburan di gelapnya langit. Cahaya bulan purnama dibiasakan oleh lautan. Suara desiran ombak di bawah sana menambah tenang suasana. Tak hanya itu, suara burung hantu juga terdengar samar-samar dari balik pepohonan.Keenan menatap lautan dari atas. Ciptaan Tuhan memang tidak diragukan lagi, bahkan hal-hal yang dirasa tidak mungkin terjadi, ternyata sangat mungkin terjadi. Pandangannya terus fokus pada lautan di bawahnya. Namun, tidak dengan pikirannya yang bercabang.“Hawaii. Tempat masa kecil gue. Dimana gue masih bebas untuk mengekspresikan apa yang gue mau. Di sini juga adalah tempat terakhir gue main piano. Cita-cita gue jadi pianis hilang setelah konser itu. Tapi, itu semua udah berlalu. Gue cuma bisa jadiin sebagai kenangan aja. Gak lebih dari itu,”batinnya.Ia menghela nafas panjang. Memori akan masa lalunya saat di Hawaii berputar kembali di otak. Matanya berkaca-k