Share

Chapter 2

Musik jazz mengalun lembut di laboratorium pribadi Keenan. Ia membaringkan tubuhnya di sofa sambil terus berpikir tentang project-nya yang belum rampung. Baru berjalan 40%, tetapi ia merasa otaknya buntu. Beberapa kali ia menguji coba alatnya ini, tetapi selalu saja gagal. Sudah di perbaiki dengan saksama, masih saja gagal. Ia menyerah malam ini. Mungkin pikirannya sedang kacau jadi ia tidak bisa fokus pada project-nya.

Tadi pagi di sekolah ia gagal mendapatkan nilai sempurna di ujian persiapan ujian akhir. Lagi-lagi karena ketidaktelitiannya dalam mengerjakan soal. Memang, walaupun Keenan bisa dibilang cerdas, tapi kelemahannya yaitu tidak teliti. Seringkali ia gagal mendapat nilai sempurna hanya karena salah baca soal, nomor kelewatan, atau bahkan hanya karena kurang memberi tanda pada suatu angka. Tadi pagi ia kelewatan tanda minus di jawabannya dan baru menyadarinya saat bertanya kepada salah satu temannya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. ”Ah! Lo bego banget sih!” batinnya mengatai diri sendiri. Kesalahannya selalu mirip.

Jam digital yang terpajang di dinding telah menunjukkan pukul 11.38 pm. Menyadari hal itu akhirnya Keenan memutuskan menuju kamarnya. Suasana tampak sepi di rumah sebesar ini. Ayah dan Ibunya harus mengurus perusahaan di luar negeri yang mewajibkan mereka untuk tinggal di sana dalam tempo waktu cukup lama. Hanya ada suara kaki Keenan yang agak diseret dan sayup-sayup ia juga bisa mendengar jangkrik yang berpesta di luar sana.

                                                                 •••

Para siswa telah mengantre di kantin Silverleaf sejak bel istirahat berbunyi. Ada yang antreannya mengular karena harganya murah, tetapi ada juga yang lumayan sepi karena terkenal dengan harga yang tidak ramah bagi kantong siswa. Setelah menerima pesanan masing-masing, Keenan, Finn, dan Arga menempati meja di bagian tengah. Biasanya meja itu dipakai anak-anak YOS untuk makan sekaligus membicarakan masalah event karena meja itu yang paling luas. Namun, kali ini mereka sedang tidak berkumpul di kantin jadi Keenan, Finn, dan Arga yang menempatinya. Toh Finn juga wakil ketua YOS jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Lo berdua tau gak sih? Rumornya semester depan bakal ada perubahan sistem lagi," ucap Arga memulai pembicaraan. Mulutnya sibuk mengunyah daging burger yang ia pesan.

"Hm? Perubahan gimana lagi?" tanya Finn.

"Lah lo wakil YOS masa gak tau infonya?"

"Enggak. Sekarang lagi pada sibuk ngurusin pelepasan kelas XII sama prom night jadi kita di YOS gak sempet bahas-bahas gituan."

"Oohh  ... gue dengernya bakal lebih ketat buat nyaring siswa yang berprestasi, tapi entahlah gue juga cuma denger pas kebetulan lewat kantor guru."

“Lebih ketat gimana? Terus disaring apa lagi? Bukannya siswa di sini berprestasi semua?”

“Yang gue denger katanya bakal ada peraturan-peraturan baru. Gak semuanya gue bisa denger, tapi yang sempat bikin gue kaget sih masalah kegiatan non akademik yang rencananya setiap siswa wajib ikut olimpiade. Entahlah bakal terealisasi atau enggak.”

“Olimpiade wajib? Hm agak aneh aja kalau semua siswa ikut olimpiade.”

Arga mengedikkan bahunya. “Iya makanya itu. Tujuan yang ikut olimpiade kan emang buat siswa yang punya bakat dan kemauan di bidang itu. Kalau disamaratakan jadi ngubah tujuan awal.”

“Atau mungkin cuma wajib ikut pembinaan olimpiadenya? Nanti yang lomba bakal tertentu aja?”

“Mungkin. Dah ah gue jadi bingung. Gue harap kalau memang ada sistem yang baru sih peraturannya masih wajar.”

Keenan dari tadi hanya menyimak pembicaraan kedua sahabatnya sambil menikmati croissant. Ia tidak berminat gabung membahas sistem pendidikan lagi. Baginya topik itu sudah basi karena Silverleaf juga berkali-kali mengubah sistem pendidikan yang cocok dan itu sudah menjadi topik yang mainstream.

"Lo ngapa sih diem aja dari tadi? Biasanya juga tiba-tiba nyampurin kecap sama saos ke makanan gue tanpa izin."

Menyadari pertanyaan Arga merujuk kepada dirinya, Keenan menanggapinya,"Gue? Gapapa kok. Bosen aja kalau lo berdua ngomongin sistem pendidikan."

Kalau boleh di deskripsikan, satu kata yang menggambarkan Arga adalah cerewet. Sejak ospek penerimaan siswa baru, Arga kelihatan yang paling menonjol di angkatan. Ia selalu ke atas panggung untuk menjawab pertanyaan dari panitia YOS. Selain itu, yang membuatnya semakin terkenal yaitu saat ia tidak sengaja menyenggol piala yang berjajar di panggung hingga pecah. Panitia YOS langsung menghukumnya dengan mengelilingi lapangan basket sepuluh kali. Siang itu matahari memang sedang terik dan hukuman itu membuat Arga berujung pingsan. Ia lantas dibawa ke ruang kesehatan. Namun, secara tidak sengaja Keenan menemukan dompet Arga yang tergeletak di lapangan saat ia melewatinya. Ia mengantarkan dompet itu ke ruang kesehatan dan semenjak kejadian itu mereka menjadi dekat walaupun beda kelas.

"By the way, gue mau kasih bocoran dikit tentang prom night.” Kini Finn yang memecah keheningan setelah beberapa menit mereka hanya fokus makan. Kedua temannya kini menatap Finn. Sepertinya mereka tertarik dengan topik ini.

"Tahun ini memang sengaja dibuat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Prom night bakal diadain dua hari. Hari pertama buat kelas X sama XI, nah baru yang buat kelas XII besoknya."

"Kok bisa gitu?" tanya Keenan. Setahu dia, prom night hanya dikhususkan untuk kelas XII saja yang akan lulus karena itu merupakan acara spesial untuk melepas stres kelas XII yang selalu disibukkan dengan ujian dan ujian.

"Iya soalnya banyak yang protes. Pengalaman tahun lalu, kelas X sama XI iri soalnya mereka gak punya acara khusus. Pasti kan event yang diadain sama YOS sifatnya umum dan mereka cuma dapet itu doank. Makanya tahun ini kita dari YOS buatin event khusus juga untuk kelas X sama XI walaupun dua angkatan digabung."

Finn menyeruput minumannya. "Nah bocorannya nih, besok kalian disuruh datang bareng pasangan da—"

"Ha?!" Keenan dan Arga kompak terkejutnya. Bahkan makanan yang dimulut Arga ada yang terjatuh di meja saat ia spontan menganga.

"Ih jorok lu, Ga!” omel Keenan sembari menyikut lengan Arga di sebelahnya.

“Eh ya maaf haha, lagian si Finn juga yang bikin shock,” balas Arga sembari membersihkan makanan yang jatuh.

“Eh gue belum selesai ngomong."

"Udah-udah mau lo ngomong sepanjang apa tetep gue gak akan ikut prom-prom-an itu kalau tetep suruh bawa pasangan. Mending gue rebahan aja,” jawab Arga ketus.

Walaupun mereka bertiga memiliki wajah yang rupawan, tetapi mereka sedang tidak berminat untuk menjalin hubungan saat ini. Kalau Keenan, setiap ia melewati koridor kelas, taman, perpustakaan, dan seluruh penjuru Silverleaf pasti selalu ada perempuan yang membicarakannya. Bukannya bangga, kadang Keenan malah risih karena banyak juga yang sampai mencari informasi-informasi detail tentang dirinya dan bertingkah sok dekat. Sedangkan Arga, ia pernah trauma jika harus memiliki pasangan. Pasalnya, beberapa bulan yang lalu ia sempat dipermalukan di depan umum saat menyatakan cintanya kepada perempuan yang ia sukai. Kalau Finn, dia sebagai panitia sudah pasti tidak perlu repot-repot memikirkan itu karena dia pasti akan sibuk di hari H. Lagi pula panitia tidak diwajibkan membawa pasangan seperti siswa lain.

"Dih gak bisa gitu dong, Ga. Pokoknya lo berdua harus dateng. Lo gak kasian sama gue yang capek-capek nyiapin acara tapi kedua sahabat gue gak dateng? Lagian kan ini cuma pasangan doank dan gak berarti harus jadi pacar kalian."

"Gak!" jawab Keenan dan Arga kompak.

"Parah kalian. Gak mau tau pokoknya wajib pakai banget dateng. Kalau perlu gue cariin tuh pasangan biar kalian tinggal dateng aja gak usah mikirin ajak siapa."

"Ayolah Finn, gue takut dipermaluin lagi di depan umum. Apalagi sejak kejadian itu gue udah mutusin buat gak mikirin cewek dulu sementara waktu," ujar Arga.

"Nah bener tuh, gue sih kalau si Arga gak ikut, gue juga gak ikut. Kita harus solid kan, Ga?" sahut Keenan sambil menaikkan alisnya ke Arga.

"Yap, bener. Pokoknya kita solid. Keenan gak datang, gue juga enggak."

"Gue gak nerima alesan apapun! Lagian si Keenan juga gak punya alesan buat gak dateng jadi lo berdua harus dateng."

"Gue ..." Keenan tampak bingung. Sebenarnya memang ia tidak memiliki alasan yang kuat. Ia hanya malas saja datang jika membawa pasangan. Kalau hanya seru-seruan tanpa pasangan dia sudah pasti ikut. "Gue pokoknya nemenin Arga," lanjut Keenan asal.

"Dengerin ya sahabat-sahabat gue yang paling tampan sedunia, besok gue bawain list nama sama foto cewek-cewek angkatan. Kalian tinggal tunjuk aja mau ajak yang mana, dijamin kalau mereka ke prom sama kalian pasti langsung mau," rayu Finn yang belum kehabisan akal.

"Satu syarat," ujar Keenan membalas penjelasan Finn.

"Dua," tambah Arga seraya memberi angka dua pada jarinya.

"Apa?"

"Syarat dari gue, lo juga harus ikut bawa pasangan," kata Keenan.

"Kalau dari gue, lo harus kalahin nilai Keenan di ujian akhir." Kini giliran Arga yang menyebutkan syarat.

"C'mon bro, okelah syarat pertama gue bisa lakuin, tapi syarat dari Arga gue gak yakin. Gila aja lo, jelas-jelas Keenan otaknya udah kaya ilmuwan masa gue suruh ngalahin."

"Ya terserah sih. Lo gak jalanin syaratnya gue juga malah untung." Arga menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Huuh ... Oke-oke gue bakal kalahin nilai Keenan, tapi satu mata pelajaran aja."

"Dua?"

"Satu, Ga"

"Dua atau gue sama Keenan gak ikut prom?” ancam Arga.

"Oke, dua mata pelajaran. Impas." Finn hanya bisa pasrah dan memutar kedua bola matanya. Baginya, untuk mengalahkan nilai Keenan butuh perjuangan yang ekstra. Tapi biarlah persyaratan itu berlaku, mungkin ini menjadi tantangan sendiri bagi Finn untuk lebih giat belajar lagi.

"Hahaha okay, Bro. Tos dulu nih!” ajak Arga. Finn dengan terpaksa juga ikut tos.

Mereka bertiga telah mencapai kesepakatan. Walaupun bisa dibilang hal itu sedikit merugikan Finn, tetapi itu hanya sebatas kesepakatan antara remaja untuk mewarnai kisah mereka di sekolah. Bagi mereka, persahabatan lebih dari segalanya.

Tidak lama kemudian bel berbunyi. Menandakan waktu istirahat telah usai. Para siswa yang belum selesai makan langsung buru-buru menghabiskannya. Siswa lainnya juga sudah mulai bubar meninggalkan bangku mereka menuju kelas masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status