Share

5. Aktivasi Sistem

Ding! Ding! Ding!

Tiga notifikasi pesan masuk kedalam ponsel Angga secara beriringan. Tangan Angga mulai gemetar karena merasa ponselnya tidak membawa kabar baik sepanjang hari ini.

Angga bahkan ingin melempar ponsel tersebut keluar jendela taksi, andai saja ia punya uang lebih untuk membeli yang baru. Getar ketegangan memilin sarafnya, menawarkan kilatan kebebasan dalam tindakan drastis tersebut.

Namun, realitas pahit kemiskinan finansial memaksanya menahan diri, mengikatnya dalam kebingungan. Perang batin antara emosi dan keterbatasan ekonomi memuncak, meninggalkan Angga terperangkap dalam situasi yang semakin mencekik.

Setelah melakukan persiapan psikologis, membuka kunci layar, Angga mengintip siapa kiranya yang mengirim pesan kali ini. Apakah Joshua yang merasa bersalah atau Pak Liem yang memburu dirinya agar berkemas secepat mungkin.

Terlihat sebaris nama yang sama adalah pengirim tiga pesan yang mengacaukan pikirannya barusan.

Nona Agatha, begitulah Angga menyimpan namanya dalam kontak ponsel.

Meski tebakannya meleset, Angga masih tidak bisa berbahagia. Nona Agatha ini sudah menjadi bagian paling mencolok dalam kehidupannya setahun belakangan ini.

Bagaimana tidak, berbagai latar belakangnya dikupas habis oleh sang gadis demi memaksanya mengambil pendidikan ulang untuk menjadi dokter ortopedi.

Rasa kesal membakar dalam dirinya, menggelitiknya dengan lelucon kejam kehidupan.

Sungguh ironis, Angga merasa seolah-olah semua kerja keras dan waktu yang ia dedikasikan di bedah umum menjadi tak berarti di mata sang nona sombong ini.

Ya, di dalam benak Angga, nama Agatha dan kesombongan akan selalu beriringan. Setidaknya itu yang dipikirkannya sebelum hari ini.

Nona Agatha sombong, tapi dia tidak pernah membuat keputusan sepihak. Juga, setidaknya dia mengakui kerja keras dan keterampilan bedahnya. Tidak seperti para rekan sejawat, perawat dan bahkan pasien yang terkadang mencemooh diagnosanya hanya karena latar belakangnya.

Pesan pertama

IMG 0007819.jpg

Sebuah foto selfienya dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu tersenyum memandang wajah sang gadis yang tatapannya mengarah ke kamera.

Wanita tua itu adalah neneknya!! Satu-satunya keluarga terhubung dengan darah yang masih tersisa.

Neneknya tidak pernah tersenyum seperti itu sebelumnya. Nenek pasti sangat menyukai Nona Agatha. Tanpa sadar matanya memerah saat melihat foto itu.

Menutup tampilan foto, Angga membuka pesan kedua.

Angga, maafkan aku yang lancang. Tapi aku sudah menghubungi dan membujuk Akademisi Ling.

Beliau akhirnya membuat konsesi dan mengizinkanmu meneruskan bedah umum dengan syarat kau mampu mewarisi jubahnya dalam spine orthopedic terlebih dahulu.

Jadi, aku mohon agar kau juga membuat konsesi. Aku tau ini akan menjadi kerja keras bagimu. Tapi kau akan menjalani kehidupan yang lebih keras sebagai dokter bedah tanpa seorang mentor yang membimbing mu.

Saat ini, sejujurnya Angga sangat terharu dengan usaha dan kegigihan gadis itu. Tidak hanya membujuk dirinya, tapi juga membujuk sosok elit setingkat akademisi senior yang duduk di takhta para ahli untuk membuat sebuah konsesi.

Tanpa perlu membaca pesan ketiga, Angga sudah memutuskan untuk menerima tawaran Nona Agatha kali ini dan mulai mengetik pesan balasan.

Terima kasih Nona Agatha atas kerja kerasmu. Baiklah, aku memutuskan menerima semua tawaranmu dengan segala persyaratannya.

Cheers, untuk kerjasama kita di masa depan. Semoga segalanya akan menjadi lebih baik untuk kita.

Selesai mengetik, Angga memeriksa ulang kata-katanya apakah ada kesalahan ketik sebelum mengirimnya. Terlihat tidak ada masalah, kirim.

Kurang dari lima detik pesan terkirim, terdapat kiriman balasan.

Serahkan semuanya padaku, aku akan mengurusnya untukmu.

/cheers//cheers/ Terimakasih Angga.

Pesan singkat disertai dua emoticon gelas bersulang tampak lucu bagi Angga. Tanpa sadar dia terkekeh dan membalas lagi.

/cheers//cheers/ Terimakasih Agatha.

Mungkin karena kelegaan mendapat mentor untuk karir masa depan dan mimpinya atau karena kemampuannya telah diakui seseorang, suasana hati Angga kini melambung bahagia.

Tak terasa taksi telah sampai ke tempat tujuan, Angga bergegas turun dan membayar. Namun dia tersadar, wilayah ini tidak dilalui taksi dan kendaraan umum. Akan menunda waktu jika mencari taksi lain.

Jadi, Angga memutuskan untuk meminta sopir taksi menunggu sekitar setengah jam dan akan membayar waktu tunggunya. Dia menyampaikannya dengan terburu lalu langsung melesat menuju klinik tanpa menunggu respon sang sopir.

Yang tidak diketahui Angga, sopir taksi sedang berbangga hati karena akhirnya dia mengalami kembali sensasi menjadi pahlawan penyelamat, meski dirinya hanyalah sopir, tapi dia juga mengantarkan pahlawan menyelamatkan medan perang.

Perasaan penuh kepahlawanan adalah mimpi yang menjadi candu bagi sang sopir yang telah mengemudi di jalan lebih dari dua dekade. Baginya, perasaan seperti ini lebih berharga daripada uang tips. Jadi, sang sopir menunggu Angga dengan kebahagiaan sambil menikmati mimpi pahlawannya yang memabukkan.

...

Semua persiapan telah dimulai oleh Jessica dan para staffnya. Saat Angga tiba di ruang operasi, seekor Golden Retriever telah dibius dan tertidur dengan lidah terjulur miring ke sisi wajahnya. Operasi yang akan dilakukan adalah C-Section.

Proses operasi caesar pada anjing Golden Retriever dimulai dengan mempersiapkan pasien dan ruang operasi. Anjing Golden Retriever tersebut diletakkan pada meja operasi dengan posisi terlentang. Tim bedah hewan memastikan anestesi yang tepat diberikan untuk memastikan keadaan anjing dalam kondisi tenang dan tidak merasa sakit selama operasi.

Setelah anestesi bekerja, area sekitar perut di cukur dan dibersihkan dengan antiseptik untuk mengurangi risiko infeksi. Kemudian, tim bedah melakukan insisi pada perut anjing di sekitar area rahim (uterus) dan ovarium. Angga memilih insisi midline, insisi ini adalah sayatan vertikal yang dibuat dengan hati-hati untuk meminimalkan trauma dan memfasilitasi proses operasi.

Setelah mencapai rahim dan ovarium, bedah melakukan pengeluaran rahim dan ovarium dengan hati-hati melalui insisi yang sudah dibuat. Hal ini diperlukan untuk menghindari cedera pada organ-organ di sekitarnya. Proses ini membutuhkan keahlian khusus dalam menangani jaringan dan organ-organ internal.

Setelah operasi selesai, anjing Golden Retriever akan dipindahkan ke ruang pemulihan. Di sini, mereka, induk anjing dan bayi-bayinya akan dipantau dengan cermat. Obat penghilang rasa sakit dan perawatan pasca operasi diberikan untuk memastikan pemulihan yang baik.

Angga tidak banyak bicara selama proses ini yang sebenernya cukup membuat Jessica heran.

Seusai operasi, Jessica berniat menyapa Angga, namun Angga lebih dulu bertanya, "Jessica, jam berapa sekarang?"

Jessica secara reflek menjawab, "Jam 14.43, anggap saja seperempat jam kurang dari jam 3 sore, Ada apa Angga?"

Angga menjawab dengan gelisah, "Aku harus cepat kembali ke rumah sakit, aku ada urusan penting. Maaf Jess, aku terburu-buru. Sampai jumpa."

Angga, dengan wajah yang terpancar ketegangan dan tekad, tiba-tiba meluncur pergi tanpa memberi kesempatan pada Jessica untuk berkata-kata.

Ia bergerak cepat, langkah-langkahnya seolah-olah dipicu oleh suatu dorongan mendesak.

Perilakunya yang begitu tiba-tiba meninggalkan Jessica dengan rasa keterkejutan yang terpahat di wajahnya, dan ia hanya bisa menyaksikan sosok Angga yang semakin menjauh, bergerak dengan terburu-buru seperti sosok yang membawa misi penting yang harus diemban.

Memikirkan perilaku Angga yang lebih pendiam dari biasanya dan ketergesaannya ketika pergi, Jessica memiliki tebakan dalam hatinya.

Sepupunya, Joshua, pasti mengganggu urusan Angga demi membantunya di klinik. Jadi, apakah dirinya yang berhutang budi pada Angga, atau sepupunya?

....

Saat Angga melangkah keluar dari pintu klinik yang bersih, menghirup aroma antiseptik yang khas di udara, matanya langsung mencari taksi yang dengan setia menunggunya di luar. Setiap langkah yang diambilnya terasa ringan, dan rasa lega mengalir dalam dirinya.

Cahaya matahari yang menyinari langit biru membuat rambutnya berkilau, dan embusan angin sejuk seakan memberi nafas baru. Ia menghampiri taksi dengan hati yang lega, mengingatkan dirinya pada rasa kesederhanaan yang datang setelah momen yang tegang di dalam klinik.

Sang sopir pun sangat cekatan, tanpa komando dari Angga pun, ia langsung menunjukkan keahlian dan pengalamannya dalam mengemudi. Sepertinya ada pemahaman diam-diam diantara keduanya.

Setelah merilekskan tubuhnya, terdengar suara yang tiba-tiba menggema di telinga Angga.

Ding!

Ding!!

Daaang!!! Drrszztttt.... rsszztt

Ngiiiing.....

Sistem Dokter Ajaib telah menemukan Host potensial!!

Aktivasi sistem!! Mulai!!

Ngiiiiiiiiiing....

Suara mekanis datang dan pergi begitu tiba-tiba. Meninggalkan Angga yang masih kebingungan, telinganya berdenging di antara keheningan. Pertanyaan besar masih menggantung di udara, seperti kabut yang belum tercerahkan.

Apa sebenarnya yang terjadi? Bisakah suara misterius ini menjadi petunjuk atau awal dari sesuatu yang lebih kompleks?

----------------

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status