Share

Cinta Satu Malam

“Hah! Sayangnya aku tidak mau pergi, kau mau apa?” tantang Mila.

Disentuhnya dengan lembut pipi lelaki di hadapannya itu.

Mila sudah tidak mampu berpikir jernih lagi. Dia menyukai targetnya itu, tampan dan sangat gagah, tidak akan memalukan dirinya jika dikenalkan pada keluarganya.

“Menikahlah denganku, pria tampan. Aku akan memberikan apapun yang kau mau,” Mila memegang wajah pria itu dengan kedua tangannya.

“Lepaskan aku, sebelum kesabaranku habis!” pria itu menepis tangan Mila.

Mila tidak mau mendengarkannya, dia kembali mengalungkan lengannya di leher pria muda itu, kali ini lebih rapat. 

“Menikahlah denganku...,” bisiknya di telinga sang adam.

Tubuh pria itu mendadak memanas, merasakan hembusan napas Mila di telinganya. Pertahanan yang dia bangun sudah runtuh, dengan sigap ia menggendong Mila keluar dari bar.

Tangannya yang kekar melingkar erat di pinggang Mila.

Tapi, Mila tidak terganggu, malah tertawa-tawa sendiri. Mungkin efek alkohol membuat akal sehatnya tidak bekerja.

“Jadi kita akan menikah, ya?” celotehnya sembari tertawa mengejek.

Pria kekar itu membawa Mila ke kamar hotel yang tidak jauh dari bar. Dia merebahkan Mila di tempat tidur, dan berjalan untuk meninggalkan gadis itu di sana. 

“Mau ke mana, tampan?”

Mila bergerak cepat dengan menarik tangan lelaki itu sehingga ia ikut berbaring di ranjang. 

Pria itu berusaha berdiri. Meskipun kesadarannya sudah menipis, dia tidak ingin berhubungan dengan wanita yang bukan istrinya. Itu akan merusak citranya sebagai pria baik-baik, meskipun dia sering mendatangi bar.

Mila beranjak, memeluk erat lelaki itu dari belakang.

Demi menyelesaikan misinya, ia rela menjadi gadis nakal malam ini. Alkohol yang diminumnya menghilangkan rasa malu yang mungkin ada.

“Kau yang meminta, jadi jangan salahkan aku,” seru pria itu sembari membalikkan tubuhnya.

Kedua tangan lelaki itu meremas pinggul Mila kuat.

Ia mulai mencium lembut perempuan itu, dan mendapatkan balasan serupa. Kelembutan itu berubah menjadi sangat liar ketika libido mereka mulai naik. 

Pria itu menidurkan Mila, memberikan sentuhan yang lebih menggila sampai mereka berdua hilang kendali.

Saat sedang asyik, Mila mendadak merasa ingin muntah. Ia langsung mendorong kuat dada lelaki itu, sambil menahan muntahan.

Lelaki itu pun melepaskan Mila, membiarkannya berlari menuju ke kamar mandi.

Mila memuntahkan isi perutnya yang meronta. Ia memang payah dalam hal minum.

Setelah lega, gadis itu kembali ke kamar, tetapi pemandangan di hadapannya membuatnya kecewa. 

“Sialan!” cibir Mila ketika melihat targetnya terlelap tidur. “Payah!”

Sejenak, ia menatap lelaki itu. Wajahnya terlihat begitu polos dan manis, dengan kumis tipis yang belum dicukur.

Jika sudah begini, rencananya bisa gagal.

"Aha, aku tahu!"

Satu ide gila lain muncul di kepalanya. Jika ia tak berhasil menjebak pria itu dengan tidur bersamanya, maka mereka harus pura-pura tidur bersama.

Dia perlahan membuka kemeja dan celana panjang sang target hingga pria itu telanjang dada dan hanya mengenakan boxer.

"Ck, boleh juga!"

Mila berdecak kagum sewaktu melihat dada dan perut sixpack sang pria. Otot lengannya pun begitu indah.

Lantas, ia melepaskan pakaiannya sendiri, hingga menyisakan sepasang pakaian dalam di tubuhnya. Diambilnya ponselnya, lalu ia mulai mencari posisi yang pas untuk meletakkannya.

Mila tersenyum, lalu mulai menyetel kamera ponselnya dengan timer sepuluh detik, agar ia bisa mengambil fotonya bersama lelaki itu.

Dengan senyuman licik di bibirnya, Mila cepat bergabung dengan pria itu di ranjang. Beberapa kali ia mengambil foto mereka berdua.

Gambarnya begitu jelas.

Merasa puas, gadis itu kembali berbaring di ranjang. Diselimutinya tubuh mereka.

Efek minuman yang mereka tenggak membuat mereka tertidur lelap malam itu. Lalu Keesokan harinya, Mila yang lebih dulu terbangun.

Ia terkejut saat mendapati dirinya berada dalam pelukan seorang pria.

“Apa yang telah terjadi?” desisnya panik.

Saat ia mencoba mengingat kejadian semalam, pria itu pun membuka mata. Tatapan polosnya tertuju kepada Mila, penuh dengan kebingungan.

Hanya dalam tempo beberapa detik, otak Mila mampu mengingat lagi rencananya semalam.

“Aaarrkkk!” jerit Mila histeris, atau pura-pura histeris.

Ia melepaskan diri dari pelukan lelaki itu, sementara sang pria terbengong.

“Apa yang kamu lakukan padaku?” teriak Mila sambil menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman.

Baju mereka berserakan di lantai, tentu saja ini ulah Mila.

“Aku ....” Lelaki itu berusaha mengingat kejadian semalam. 

Ia hanya ingat mereka berdua pergi ke hotel. Kesalahan apa yang telah dilakukannya?

Mendadak hatinya berdebar, saat memikirkan insiden yang mungkin terjadi di antara mereka, apalagi mereka sama-sama dalam keadaan nyaris telanjang.

“Benarkah aku melakukannya?” tanya lelaki itu ragu.

“Tentu saja, kau harus bertanggung jawab!” teriak Mila yang mulai berakting menangis. 

"Apa? Bertanggung jawab?"

Pemuda itu masih belum bisa mempercayai apa yang dikatakan oleh wanita itu. Meskipun dia menciumnya, tapi seingatnya dia tak melakukan lebih dari itu.

Ataukah ingatannya salah?

“Ini tidak mungkin!” sangkalnya tegas. 

“Apakah kau benar-benar lupa? Semalam kau mencumbuku begitu panas, dan sekarang kau melupakannya begitu saja,” sahut Mila dengan suara bergetar. 

Suara tangisannya semakin keras, sambil mengoceh dan meratapi betapa malang nasibnya sudah kehilangan keperawanannya. Pria yang tidur dengannya tidak mau bertanggung jawab.

“Aku tidak mau tahu, kau harus menikahiku!” tekan Mila sembari menyeka air matanya.

“Aku tidak mau, aku tidak merasa melakukannya.” Lelaki itu menolak untuk bertanggung jawab.

Dia turun dari ranjang, memunguti bajunya dan cepat-cepat memakainya.

Mila menyusul lelaki itu, dengan selimut membalut tubuhnya. Ia menghadang pemuda tampan itu agar tidak meninggalkan begitu saja.

“Apa kau tidak memiliki hati? Setelah merenggut kesucianku kamu pergi begitu saja?” seru Mila dengan mata nanar.

Lelaki itu mendengus. Ia ingat apa yang sempat ia ucapkan semalam.

Dia bukan lelaki brengsek, jika memang dia merasa melakukannya pasti dia akan bertanggung jawab.

“Nona, bukankah aku sudah memperingatkanmu semalam? Kau yang memintanya, jadi aku tidak perlu bertanggung jawab.”

Tanpa menoleh lagi, lelaki itu meninggalkan kamar hotel, menyisakan Mila yang kesal sendirian.

"HEI!"

Brak!

Lelaki itu menutup pintu dengan keras.

Mila berteriak kesal. Ia sudah menjatuhkan harga dirinya semalam, tapi apa hanya ini hasilnya? Dia tidak mendapatkan satu lelaki pun untuk dinikahi.

"Sial"

Umpatan Mila terhenti ketika melihat satu benda tipis berwarna dasar putih. Sebuah name tag. Sepertinya ini milik pemuda itu yang tak sempat terambil olehnya.

“Aha! Pucuk dicinta ulam pun tiba. Agil Angga Sanjaya, jadi dia pegawaiku? Ini malah akan semakin mudah.”

Mila tersenyum licik setelah mengetahui nama serta perusahaan tempat lelaki itu bekerja.

Ia mulai memutar otak cerdasnya, dan berpikir untuk akan memanfaatkan pegawainya yang telah berani menggodanya itu, sehingga rencananya untuk mendapatkan suami akan berhasil. 

Mila memandang name tag di tangannya itu sembari menyeringai.

“Pergilah selagi kau bisa, Agil, karena aku akan menangkapmu kembali.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status