Share

Memories in High School
Memories in High School
Penulis: Jenjen

1. Keributan

Pagi-pagi sekali, terdengar sudah ada keributan di lapangan besar SMK Angkasa. Murid-murid mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas memenuhi lapangan tersebut. Di tengah-tengah lapangan dengan nuansa warna hijau itu, terdapat dua orang lelaki remaja berusia sekitar tujuh belas tahun yang saling adu jotos.

Tidak ada yang melerai kedua lelaki tersebut satu pun, yang penonton lakukan hanyalah mengabadikan hal tersebut dan mempostingnya ke media sosial masing-masing. Tanpa takut bahwa nantinya nama baik sekolah mereka akan kotor.

Teriakan-teriakan dari para murid yang menyaksikan hal itu semakin terdengar, saat melihat kondisi salah seorang dari dua orang lelaki yang adu jotos tersebut semakin lemah. Dia adalah Kiesha Alvaro, kondisinya sudah babak belur dan tidak bisa dikatakan baik lagi.

Sementara Yesaya Abraham, kekuatannya masih sangat penuh. Bahkan wajahnya terlihat semakin memerah bagaikan api yang menyala, emosi benar-benar memuncak, tidak dapat tertahankan lagi.

"Stop!" Suara teriakan dari seorang gadis blasteran Amerika-Indonesia, berhasil menghentikan aksi Yesaya.

Yesaya menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Kiara?" gumamnya.

Kiara Anindya Manopo, gadis yang sudah dua tahun menjabat sebagai kekasih Yesaya. Hal yang membuat Kiara merasa kesal menjadi pacar Yesaya adalah, karena kekasihnya itu selalu saja mudah tersulut emosi.

"Kiesha! Wah parah, lo berantem lagi?" Saskia membantu Kiesha untuk berdiri.

Saskia Chadwick, gadis keturunan Australia dengan rambut berwarna kecokelatan, adalah salah satu sahabat Kiesha. Kepeduliannya terhadap Kiesha, membuat rasa cinta perlahan-lahan tumbuh di hati Kiesha. Tapi sayangnya gadis yang biasa dipanggil Saski itu, belum tahu perasaan Kiesha kepada dirinya.

"Yes, kamu kenapa si buat masalah terus? Kalo kamu sering emosi kayak gini, nama kelas kita bakalan tercemar," komentar Gaby.

Gabriella Putri, biasa dipanggil Gaby. Seorang gadis keturunan Chinese-Indonesia, dengan bola mata sipit dan kulit putih. Adalah satu dari ketujuh sahabat Yesaya.

"Lo juga, Sha. Jangan mudah emosi napa. Nanti kalo kita dapet hukuman, lo mau tanggung jawab?" omel Jenifer.

Jenifer Anita, sahabat Kiesha yang memiliki sifat seperti kanak-kanak. Namun, terkadang sifat dewasanya menonjol dalam dirinya. Ketika permasalahan sedang melanda kehidupannya.

Kiesha dan Yesaya sama-sama menundukkan kepala mereka. Mendapat omelan lagi dari sahabat-sahabatnya. Hal yang diributkan oleh keduanya sudah dapat ditebak, apa lagi jika bukan tentang masalah kelas?

Rey berkacak pinggang. "Sha, sekarang mending lo obatin luka lo, abis tu kita datang ke ruang BK sama-sama."

Ruang BK, sudah menjadi langganan bagi Kiesha dan sahabat-sahabatnya. Hanya karena masalah status kelas, mereka bisa sampai masuk BK berulang kali. Dan para guru pun sudah tidak heran lagi, mengapa antara kelas dengan murid pintar dan murid terkenal selalu membuat keributan.

Para guru sedang berusaha untuk mencari cara, bagaimana agar bisa mempersatukan kedua kelas itu. Karena tidak mungkin sampai lulus nanti, anak murid mereka dari dua kelas yang berbeda selalu memasukki ruang BK.

"Lo juga, Yes. Obatin luka lo," titah Pangeran.

Callista memutar kedua bola matanya malas. "Gue yakin, ini pasti salahnya kelas terkenal itu 'kan?" tebak Callista asal.

"Hush, jangan ngomong gitu!" tegur Rassya.

"Sekarang mending kalian yang nonton ini bubar deh!" usir Clay dengan teriakannya.

Para murid seketika membubarkan diri, saat mendengar teriakan Clay. Dan lima menit kemudian, datanglah Bu Natalie beserta Pak Gino menghampiri kerumunan Kiesha, Yesaya, dan kawan-kawan mereka.

Bu Natalie menggelengkan kepalanya. "Kalian lagi, Ibu sampai bosan menangani masalah kalian. Apa harus ya, Ibu skors kalian selama satu minggu?" ancam Bu Natalie.

Ancaman yang sudah biasa bagi mereka semua, hal itu sudah seperti menjadi makanan sehari-hari. Entah bagaimana caranya agar keributan antar kelas itu tidak akan terulang lagi, pada hari-hari ke depannya.

"Maaf Bu, saya dari perwakilan kelas sebelas jurusan akuntansi tiga, kita janji gak akan mengulangi kesalahan ini lagi," ucap Ratu, dengan kepalanya yang senantiasa tertunduk.

"Iya Bu, saya juga perwakilan dari kelas sebelas jurusan teater satu, mau minta maaf. Kita janji gak akan mengulangi keributan ini lagi," sambung Maudy, wajahnya menampilkan raut merasa bersalah.

Pak Gino melipat kedua tangannya di depan dada. "Janji aja terus, ditepatinnya pas udah lulus aja ya." Lalu, Pak Gino meninggalkan lapangan tersebut.

Janji, selalu terucap dari mulut mereka. Tapi, tak pernah sekalipun mereka menepati janji itu. Sebab karena emosi, hal apa saja bisa terjadi. Sehingga janji yang sudah diucapkan dengan gampangnya terlupakan.

Bukan hanya Pak Gino dan Bu Natalie saja yang bosan menangani masalah mereka. Tapi guru yang lain pun sama bosannya, sudah beberapa kali para guru melakukan rapat bersama untuk mencari cara agar kelas murid pintar dan kelas murid terkenal bisa bersatu. Namun mereka tidak mendapatkan ide apapun.

"Nanti, jam istirahat pertama Ibu tunggu kalian di ruang BK." Kemudian, Bu Natalie turut meninggalkan lapangan itu.

Tersisalah enam belas anak murid dari dua jurusan yang berbeda. Mereka semua saling melemparkan tatapan tajam antara yang satu dan yang lainnya. Merasa bahwa hal ini terjadi, bukan karena kesalahan mereka.

Axel menatap Clay sinis. "Lo tahu? Hal ini terjadi karena Kiesha, bukan karena Yesaya. Sebaiknya lo sama temen-temen lo sadar diri deh, cuma modal kepintaran aja gak guna hidup di dunia," ucap Axel dengan nada bicara tak suka.

Clay menghembuskan napasnya secara kasar, kedua tangannya sudah terkepal kuat. Wajah tampannya mulai memerah dan rahangnya mengeras.

"Coba, lo ulang kata-kata lo tadi sekali lagi," pinta Clay.

"Lo, sama sahabat-sahabat lo gak akan berguna hidup di dunia ini. Kalau gak terkenal," ulang Axel, disertai dengan senyuman merendahkannya.

Satu bogeman berhasil Clay layangkan di pipi kanan Axel, kemudian secara kasar Clay menarik baju seragam Axel. Para cewek yang menyaksikan hal itu seketika berteriak histeris, kecuali Jenifer dan Callista. Sebab mereka sudah tahu, siapa yang memulai masalah duluan.

"Clay! Axel! Stop!" lerai Saskia.

"Kalian apaan si? Mau ikut masuk ruang BK juga sama Kiesha dan Yesaya? Iya?" omel Alika.

Napas Clay dan Axel sama-sama naik turun, emosi sama-sama tak dapat ditahan oleh keduanya. Untuk mencegah terjadinya keributan lagi, Saskia segera menarik Clay agar menjauhi Axel, dan Alika menarik Axel agar tidak berdekatan lagi dengan Clay.

"Udahlah, mending sekarang kita cabut yuk. Masuk kelas, daripada di sini panas," ajak Jenifer.

"Ayok, orang sirik kayak gitu mah gak usah dilayanin," sindir Callista.

Dengan perlahan, Ratu membantu Kiesha untuk berjalan. Dan membawanya menuju UKS. Mereka mulai meninggalkan lapangan itu, dan menyisakan seorang guru di sana. Memang, sedari tadi guru tersebut bersembunyi di tempat yang sepi, agar tidak ketahuan.

Cara apa yang harus aku buat? Agar bisa menyatukan mereka?, batin Pak Antoni.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status