Share

4. Balapan Liar

Tepat pukul sepuluh malam, Kiesha sampai di rumahnya dengan keadaan selamat. Seperti biasa, Pasha, Papa Kiesha. Sudah menunggu kedatangannya di ambang pintu utama rumah bernuansa abu-abu tersebut. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, Pasha menatap Kiesha dari atas sampai bawah.

Melihat ekspresi wajah Pasha yang sudah tidak bersahabat, Kiesha berdecak kesal. Rasanya begitu malas jika harus memasukki rumah rasa neraka di dunia itu, pasti lagi-lagi sebelum memasukki kamar, Kiesha harus melakukan perdebatan dengan Pasha.

Dulu, hubungan Pasha dan Kiesha memang baik-baik saja. Tapi semenjak kedatangan Ibu Tiri Kiesha, yaitu Ira. Maka sifat Pasha berubah drastis, jarang memperhatikan sekolah Kiesha, selalu membandingkan Kiesha dengan anak tirinya, yaitu Yesaya. Dan apa yang Kiesha lakukan, di matanya selalu salah.

Kiesha berjalan perlahan dengan wajah tak berdosa, menghampiri Pasha. Dan hendak menyalami punggung tangan Pasha, namun dengan cepat pria berusia sekitar tiga puluh sembilan tahun itu menepis tangan anak lelakinya.

"Ke mana aja, kamu? Jam segini baru pulang," tanya Pasha dengan intonasi bicara datarnya.

Kiesha menghembuskan napasnya kasar. "Dari rumah temen, anter pulpen," jawab Kiesha sopan.

Percuma saja, mau sejujur apapun Kiesha menjawab. Pasti ujung-ujungnya Pasha tak akan percaya kepadanya. Dan berakhir dengan memberikan bentakkan, atau melayangkan satu tamparan mulus di pipi Kiesha, jika Kiesha melawan.

"Bohong!" bentak Pasha.

"Ya udah, kalau Papa gak percaya gapapa kok." Lalu, Kiesha hendak meninggalkan ambang pintu rumahnya itu, namun satu dorongan dari Pasha berhasil membuat tubuh Kiesha terhuyung ke belakang dan hampir saja terjatuh jika tangan kanan Kiesha tidak bertumpu pada tembok.

Napas Pasha terengah-engah akibat menahan emosi, wajahnya tampak memerah akibat menahan emosi yang menguasai dirinya. Tentu mendapat perlakuan seperti itu dari Pasha, Kiesha seringkali merasa kecewa. Bisa disebut, semenjak menikah dengan Ira, Pasha lebih menyayangi Yesaya.

Itulah alasan Kiesha selalu malas pulang ke rumah, tempat yang seharusnya menjadi rumah berpulangnya anak ketika lelah, dan tempat untuk berkeluh kesah menceritakan semua kekesalannya kepada keluarga. Kiesha rasakan seperti neraka di dunia ini.

"Ada apa sih, ini?" tanya Ira penasaran.

Ira melangkahkan kedua kakinya menghampiri Kiesha dan Pasha. Cepat-cepat wanita berusia tiga puluh delapan tahun itu melerai keributan yang terjadi antara Pasha dan Kiesha. Ira menarik lengan Pasha, agar sedikit menjauh dari hadapan Kiesha.

Kedua manik mata Ira menatap Pasha dan Kiesha bergantian. "Kalian berdua kenapa sih? Apa yang kalian ributkan?" tanya Ira dengan intonasi bicaranya yang sedikit meninggi.

"Dia itu memang anak nakal, berbeda sekali dengan Yesaya. Kerjaannya berbohong mulu sama orang tua, dasar anak gak tahu diri!" maki Pasha.

Kiesha terkekeh pelan saat mendengar makian yang keluar dari mulut Pasha. Penyesalan mulai tumbuh dalam hati Kiesha, seharusnya dahulu dirinya mau ikut bersama Tania, Mama kandungnya.

Kiesha memutar kedua bola matanya malas. "Iya, bandingin aja terus aku sama Yesaya. Jangan sampai nyesel di kemudian hari," ucap Kiesha dengan santainya.

Suasana sudah semakin panas, Kiesha memutuskan untuk pergi ke arena balapan yang biasa dirinya gunakan untuk balapan liar bersama ketiga sahabatnya. Berhubung sekarang sudah pukul sepuluh malam, itu artinya balapan akan segera dilaksanakan.

Kiesha kembali menaikki motor ninja berwarna merah kesayangannya. Lalu, segera memacu motor tersebut dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak peduli jika nantinya ada orang yang tertabrak, atau mungkin bisa saja dirinya yang ditabrak oleh kendaraan lain. Yang penting amarahnya dapat terlampiaskan.

Tepat pukul setengah sebelas malam, Kiesha sampai di arena balapan. Di sana ada Rey, Rassya, dan Clay. Ketiga sahabat Kiesha yang sudah menjadi anggota geng motor Stranger bersama Kiesha selama kurang lebih satu setengah tahun.

Geng motor yang biasa menjadi lawan geng motor Kiesha adalah Alastar. Diketuai oleh Yesaya dan beranggotakan ketiga sahabat Yesaya. Memang, Alastar dan Stranger bukanlah geng motor besar, hanya geng motor kecil-kecilan yang belum besar namanya.

"Wuhu! Kiesha datang!" pekik Rey saat melihat motor ninja Kiesha memasukki arena balapan.

"Idih, dia yang mau lawan gue? Yang bener aja," ucap Yesaya, merendahkan Kiesha.

Arena tampak diramaikan oleh penonton, semakin malam semakin ramai saja penonton yang datang ke arena itu. Karena ingin menyaksikan betapa serunya balapan malam ini. Terdengar pendukung Yesaya lebih banyak, daripada pendukung Kiesha.

Rassya menepuk pundak Kiesha, seolah-olah memberi semangat. "Beneran, lo mau ikut balapan?" tanya Rassya memastikan.

"Yakin, dan jaminannya motor ini." Kiesha menepuk-nepuk bagian depan motor yang saat ini sedang ditumpanginya.

"Oke deh, kalo gitu mulai aja sekarang," tantang Axel.

Seorang gadis berkulit putih, dan berambut berwarna kecokelatan. Membawa sebuah bendera berwarna hitam putih dan berdiri di tengah-tengah motor Yesaya dan Kiesha. Gadis itu menghitung mundur tiga sampai satu, lalu berteriak untuk memberi instruksi kepada dua orang kakak beradik tersebut agar segera memulai balapan itu.

Motor Kiesha melaju terlebih dahulu, sehingga jarak motor dirinya dan Yesaya berbeda cukup jauh. Tak ingin kalah, Yesaya segera menambah kecepatan motornya agar bisa mendahului motor Kiesha. Namun hasilnya nihil, kecepatan motor Kiesha benar-benar di atas rata-rata.

"Kiesha! Semangat Sha!" teriak Clay.

"Ayo, semangat Yesaya! Kalahin bocil itu!" pekik Pangeran.

Setelah enam kali memutari jalanan, akhirnya balapan pun selesai. Dan dimenangi oleh Kiesha lagi, tepukan tangan para pendukung Kiesha terdengar memeriahi arena tersebut. Apa lagi ketiga sahabat Kiesha, mereka semua langsung memeluk tubuh kurus Kiesha, bangga kepada sahabat mereka.

Rey berkacak pinggang, dan menatap Yesaya juga ketiga sahabatnya merendahkan. "Jaminannya apa ni? Kan Kiesha yang menang, gak boleh licik."

Dengan gerakan santai, Angga mengeluarkan sebuah cek dari dalam kantung celananya. Cek tersebut berisi uang senilai dua belas juta rupiah. Rey menerima cek tersebut dengan bahagia, lalu memberikannya kepada Kiesha.

"Alhamdulillah," syukur Kiesha.

"Asek, besok bisa dong ya kita rayain kemenangan lo," ajak Clay.

Kiesha menganggukkan kepalanya. "Bisa, besok gue traktir kalian di kantin," jawab Kiesha dengan santainya.

Di saat Kiesha dan sahabat-sahabatnya sedang bahagia, berbeda dengan Yesaya dan sahabat-sahabatnya. Mereka justru merasa dirugikan karena kekalahan Yesaya. Uang senilai dua belas juta yang seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih penting, kini harus diberikan kepada Kiesha dan ketiga sahabatnya.

"Lo gimana sih, Yes. Kok bisa kalah? Ke mana jiwa semangat lo yang dulu? Gak seru suer," omel Axel.

Yesaya memukul motornya emosi. "Mulut lo bisa gak sih diem? Gue juga gak tahu, kenapa si bocil itu bisa menang," jawabnya kesal.

"Udah tenang, mending sekarang kita balik. Besok aja kita bahas hal ini lagi," nasihat Angga dan dibalas anggukan kepala oleh ketiga sahabatnya.

Hai gaes, apa kabar?

Cerita ini aku buat bukan untuk menjelek-jelekkan atau membandingkan antara dua jurusan ya

Ambil sisi positifnya dari cerita ini ๐Ÿ’

Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian๐Ÿงก

Supaya ramai โค

See you next part ๐Ÿ’œ

Salam literasi ๐Ÿ’™

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status