Share

9. Kejujuran Saskia

Mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah sakit Citra Medika dengan keadaan selamat. Dua orang suster lelaki dan dua orang suster perempuan mendorong brankar yang di atasnya terdapat tubuh lemah Rey dengan cepat. Brankar itu dimasukkan ke dalam ruang IGD. Tidak ada satupun sahabat Rey yang diijinkan masuk ke dalam ruangan itu, hanya Dokter dan Suster saja yang boleh masuk.

Saskia dan ketiga sahabat laki-lakinya duduk di kursi yang tersedia tepat di depan ruang IGD. Mereka semua terus merapalkan doa untuk keselamatan Rey. Air mata Saskia mengalir semakin deras saat pikiran negative kembali menyerang kepalanya. Kiesha yang melihat Saskia menangis, rasanya tak tega.

Ingin sekali Kiesha menenangkan Saskia dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya. Tapi, Kiesha sekarang sudah tahu bahwa Saskia tidak menyukainya. Dari sikap peduli Saskia kepada Rey, sudah dapat membuktikan bahwa Saskia suka kepada Rey. Walaupun Kiesha belum mendengarnya secara langsung dari mulut Saskia, tapi dirinya yakin bahwa Saskia menyukai Rey.

Memang, Rey lebih tampan dibandingkan dirinya. Makanya, mulai sekarang Kiesha akan sadar diri. Tetapi, berjuang untuk mendapatkan Saskia akan tetap Kiesha lakukan, sebab Kiesha yakin usaha tak akan mengkhianati hasil.

"Saski, lo tenang ya. Gue yakin Rey itu kuat, dia pasti sadar kok," ucap Clay lembut.

Saskia menoleh ke arah sumber suara, tepatnya menatap Clay yang sedang duduk tepat di depannya. Mata Saskia masih berkaca-kaca, tak sanggup membayangkan bagaimana sakitnya tubuh Rey saat dipukuli oleh Angga saat berada di atas ring tadi.

"Pasti, gue yakin Rey kuat kok ..." lirih Saskia.

Pintu ruang IGD terdengar berdecit, seorang Dokter pria keluar dari ruangan tersebut bersama dua orang Suster di sampingnya. Wajahnya menampilkan raut ketenangan, sebab kondisi Rey baik-baik saja. Tidak ada luka dalam yang serius.

"Dengan keluarga pasien?" tanya Dokter wanita yang dikenal dengan nama Aulia itu.

Secara kompak, Kiesha, Saskia, Clay, dan Rassya menganggukkan kepala mereka. Dokter Aulia tersenyum saat melihat kekompakan Kiesha dan sahabat-sahabatnya. Jaman sekarang, persahabatan anak remaja jarang sekali memiliki kekompakan yang kuat seperti Kiesha dan sahabat-sahabatnya.

Rassya menatap Dokter Aulia serius. "Gimana keadaan Rey sahabat kita, Dok? Baik-baik aja 'kan?" tanyanya penasaran.

Dokter Aulia menganggukkan kepalanya. "Kondisi sahabat kalian baik-baik aja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Dokter Aulia, disertai senyuman tulus di wajahnya.

Hembusan napas lega keluar dengan mulus dari indera penciuman Rassya. Entah harus mengucapkan apa lagi selain berterima kasih kepada Sang Maha Kuasa. Karena semua keselamatan yang sudah terjadi kepada Rey hari ini, itu karena doa-doa yang telah mereka panjatkan.

"Apa sekarang Rey udah boleh dijenguk, Dok?" tanya Saskia, dengan hati yang bahagia.

"Silahkan," jawab Dokter Aulia.

"Kalo gitu, saya permisi." Lalu, Dokter Aulia meninggalkan ruangan IGD tersebut, diikuti oleh dua orang suster di belakangnya.

Tangisan sedih Saskia, berubah menjadi tangis kebahagiaan. Lega rasanya mendengar kabar bahwa Rey baik-baik saja. Itu berarti, Rey bisa mengikuti kegiatan LDK nanti. Tapi, hal ini benar-benar membuat Saskia curiga. Kenapa Rey bisa sampai babak belur dan tak berdaya seperti itu? Padahal, dalam bela diri Rey cukup mampu.

Sebelum memasukki ruang IGD, Saskia terlebih dahulu menghapus air matanya. Setelah merasa bahwa cairan bening itu tidak mengalir lagi, tangan Saskia bergerak untuk membuka pintu IGD tersebut. Namun, sebuah tangan kekar menahan pergerakannya. Sehingga dengan malas Saskia harus memutar tubuhnya ke belakang.

Kedua bola mata Saskia terputar malas, saat melihat siapa orang yang menahan pergelangan tangannya. "Apa sih, Kiesha? Lepasin, gue mau lihat Rey!" kesal Saskia.

"Ikut gue." Tidak ingin membuang waktu lagi, Kiesha langsung menarik Saskia secara paksa dan membawanya menuju taman rumah sakit.

Di taman itu, hanya keheningan saja yang mereka berdua rasakan. Udara malam terasa begitu menusuk di kulit, untung saja Saskia sudah memakai jaket tebal. Sehingga kehangatanlah yang dirinya rasakan, berbeda dengan Kiesha yang tak henti-hentinya menggosokkan kedua tangan agar mendapat rasa hangat.

Hening melanda keduanya selama beberapa menit, hanya suara jangkrik saja yang terdengar di indera pendengaran mereka berdua. Beberapa kali Saskia berdecak sebal, melampiaskan kekesalannya, juga rasa bosan. Entah apa tujuan Kiesha mengajaknya ke taman.

"Lo mau apa si, cepetan kek ngomong. Gue mau lihat Rey nih," paksa Saskia.

Kiesha menatap Saskia lamat, yang duduk tepat di samping kirinya. "Aa boleh minta Neng jujur, gak? Sebenernya, Neng Saski lagi suka sama siapa sih?" Salah satu alis Kiesha terangkat.

"Selama ini, gue sebenernya suka sama Rey. Tapi kayaknya Rey gak suka sama gue, iya sih gue sadar diri. Rey ganteng, gak mungkin mau sama cewek jelek kayak gue," ungkap Saskia.

Hati Kiesha rasanya seperti dihujani ribuan batu. Sakit sekali, dugaannya selama ini memang benar. Kisah percintaan Kiesha selalu saja kandas, entah itu karena dirinya tak berani mengungkapkan perasaan. Atau karena gadis yang disukainya tidak menyukai dirinya.

Kiesha menghembuskan napasnya berat, lidahnya mendadak kaku dan tak bisa digunakan untuk menjawab ungkapan Saskia. Sudah hampir setengah tahun Kiesha menyukai dan mencintai Saskia, namun ternyata cintanya tak terbalaskan.

Kening Saskia berkerut saat melihat Kiesha yang malah terdiam. "Kenapa emang? Kok lo jadi diem?" tanya Saskia heran.

Beberapa detik Saskia menatap Kiesha lamat, sampai akhirnya Saskia sadar. Bahwa ungkapannya pasti membuat Kiesha sakit hati, karena selama ini Saskia tahu bahwa Kiesha menyukai dirinya. Bodoh, Saskia merutuki dirinya sendiri berulang-ulang.

Refleks, Saskia memeluk tubuh Kiesha. Dan hal itu membuat Kiesha mematung. Tangan lembut Saskia mengusap-ngusap punggung Kiesha, memberikan kekuatan kepada lelaki berusia tujuh belas tahun itu, agar tidak sakit hati lagi.

"Eum, Ki. Lo kenapa peluk gue?" tanya Kiesha dalam pelukan Saskia.

Cepat-cepat Saskia melepas pelukannya dari tubuh Kiesha. "Eh, maap ya. Gue tadi niatnya cuma mau tenangin lo. Jangan geer lo," jawab Saskia ketus.

Wajah Saskia tampak memerah akibat menahan malu, sementara Kiesha mati-matian menahan tawanya agar tidak pecah. Hanya mendapat pelukan sebentar saja dari Saskia bahagia bukan main. Lantas, bagaimana jika bisa mendapatkan hati Saskia? Mungkin saja Kiesha bisa loncat-loncat bahkan berguling di jalanan.

Saskia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Astaga, udah jam dua belas!" pekiknya.

"Terus, kenapa? Mau gue anter pulang Neng cantik?" goda Kiesha.

Sepertinya ini bisa menjadi kesempatan emas bagi Saskia. Lumayan juga, agar bisa menghemat ongkos. Daripada harus mencari taksi malam-malam seperti ini. Lagi pula, hari sudah malam tak baik jika Saskia harus pulang sendirian. Takutnya ada orang berniat jahat.

Saskia menganggukkan kepalanya semangat. "Oke, ayok. Tapi kita sebentar ke ruang Rey dulu, ya. Mau lihat kondisi dia," jawab Saskia disertai senyuman yang mengembang di wajah cantiknya.

Rey lagi, gue cuma bisa diam aja. Mungkin saat ini belum waktunya mendapatkan hati Neng Saskia, batin Kiesha.

Hai gaes, apa kabar?

Cerita ini aku buat bukan untuk menjelek-jelekkan atau membandingkan antara dua jurusan ya

Ambil sisi positifnya dari cerita ini 💝

Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian🧡

Supaya ramai ❤

See you next part 💜

Salam literasi 💙

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status