Share

BAB 4: Rencana Gila West Taylor

Mata abu-abu Leona berkedip pelan menatap tak percaya, setelah mendengar perkataan West barusan.

“Kau … jangan bercanda, West. Sama sekali tidak lucu!”

Pria bermata biru itu mengangkat bahu dengan bibir melengkung. “Tidak begitu juga. Aku setengah serius, Leona.”

Bibir Leona terbuka sedikit, sebelum mengeluarkan tawa keras. “Setengah serius? Kau lihat aku, West. Gendut, sama sekali tidak menarik. Sedangkan kau ….”

Wanita itu menarik napas lesu, lantas menundukkan kepala. “Menarik. Cukup tampan. Aku yakin banyak wanita di luar sana menyukaimu.”

“Meski itu hanya bercanda, tolong jangan ucapkan lagi,” sambungnya kemudian.

Satu tangan West naik memegang lengan sofa, sementara satunya lagi menempel pada pinggir bantalan sofa tempat Leona duduk. Pandangannya menjelajahi setiap jengkal wajah yang berada tepat di depan, membuat wanita itu salah tingkah.

Dia melihat sepasang mata abu-abu lebar yang jernih, jika tidak sedang bersedih. Bulu mata tebal dan lentik menghiasi ujung kelopak. Dua alis yang tebal dan rapi menyempurnakan sebagian bingkai atas matanya.

Tilikan mata West turun ke arah hidung mancung berukuran sedang dan tulang pipi yang dihiasi bintik cokelat. Lagi netra biru itu turun sedikit ke bawah, melihat bibir sedikit berisi tapi mungil. Di bawahnya tampak dagu dengan belahan, menambah sempurna kecantikan Leona jika saja pipi yang chubby itu menjadi tirus.

Leona masih menatap bingung West yang hanya mengamati dirinya sejak tadi. Dia melihat tangan pria itu terangkat, mengembang tepat di depan wajah chubby tersebut. Otomatis kepala wanita itu sedikit mundur ke belakang.

Apa ini? Jangan bilang kalau dia jatuh cinta kepadaku dan sudah lama mengincarku, tebak batin Leona asal.

Ah, tidak mungkin pria ini jatuh cinta dengan wanita gendut sepertiku, sangkal hatinya yang lain.

“Aku akan mengembalikan kecantikanmu, Leona.” West tersenyum ketika kelima jarinya ditekuk satu per satu, seperti pesulap yang bersiap melakukan trik sulap. “Setelah melihat penderitaan yang kau lalui, aku bersumpah akan membuat suamimu menyesal, karena telah mengkhianatimu.”

West bangkit ke posisi berdiri, kemudian mengulurkan tangan. “Berkencanlah denganku, agar kau bisa melupakannya.”

“Jangan bilang rencanamu membuat Mark cemburu,” duga Leona setelah mengendalikan perasaan aneh di dalam diri. Hei, jangan berpikiran buruk dulu. Tidak mungkin ia jatuh cinta secepat itu dengan West.

Pria itu menggeleng tegas. “Tentu tidak, Leona. Itu sudah umum. Kurang seru.”

“Apa yang akan kau lakukan?”

Suara decakan keluar dari bibir tipis milik West. “Kau akan mengetahuinya besok. Sekarang lebih baik tidur dan jangan ingat lagi dengan pria brengsek itu.”

Leona menarik napas panjang, lalu menyambut uluran tangan itu sebelum berdiri. “Baiklah. Kuharap kau tidak malu berkencan dengan wanita gendut dan tidak menarik sepertiku,” sahut Leona setuju.

“Kau bukan tidak menarik, hanya saja kurang perawatan,” tanggap West ketika mereka beriringan melangkah keluar dari ruang tamu.

“Mulai besok, kita mulai dari memberikan sedikit sentuhan untuk tubuhmu itu.”

Wanita berbadan lebar itu mundur satu langkah ke belakang sambil menyilangkan tangan di depan dada.

“Bukan itu maksudku.” West mendesah pelan, lantas kembali melangkah. “Menurunkan berat badan dan melakukan perawatan. Cassie akan membantumu.”

Secarik senyum lebar menghiasi wajah Leona. “Apakah itu bagian dari rencanamu?”

“Bisa dibilang begitu. Sekarang kau harus beristirahat, tenangkan pikiran, karena aku tahu hari ini sangat melelahkan bagimu,” sarannya mempersilakan Leona masuk ke kamar untuk beristirahat.

Sebelum benar-benar masuk ke ruang tidur, Leona membalikkan tubuh dan melihat kepada pria itu. “Sekali lagi terima kasih, karena telah menampungku dan mau membantuku membalas perbuatan Mark.”

West mengangguk singkat sambil mengerling ke dalam kamar. Tandanya Leona sudah harus beristirahat sekarang.

“Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu, Leona,” gumam West setelah pintu kamar tertutup rapat.

***

“Apa kau tidak punya rencana kembali kepada keluargamu?” tanya West pagi hari berikutnya. Dia sekarang sedang jalan pagi dengan Leona di taman perumahan.

Leona mengangkat bahu dengan melengkungkan bibir ke bawah. “Entahlah. Aku kehilangan muka bertemu dengan mereka.”

Langkah wanita itu berhenti ketika menghadap sepenuhnya kepada West. “Mereka pasti menertawakanku, karena telah salah memilih pasangan.”

“Kau belum mencobanya, Leona,” komentar West.

Tarikan napas berat terdengar dari hidung mancung berukuran sedang tersebut. Netra abu-abu miliknya, beralih melihat pohon hijau yang berjejer di sepanjang jalan menuju tempat tinggal West.

“Sudah jelas itu akan terjadi. Karena ….” Leona menundukkan kepala, melihat bebatuan yang tersusun rapi menutupi jalan.

“Karena?” West tampak penasaran, sehingga menundukkan sedikit tubuh agar bisa melihat ekspresi wanita itu.

“Karena aku menolak dijodohkan dengan seorang pria.”

“Astaga! Jadi sebelum bertemu dengan bajingan itu, kau sempat akan dijodohkan dengan pria lain?”

Leona mengangguk pelan, lantas melangkah menuju bangku taman yang berada sepuluh meter dari tempat mereka berdiri.

West langsung menyusulnya dengan cepat.

Senyum kecut tergambar di paras Leona setelah duduk di bangku kayu yang cukup ditempati oleh dua orang.

“Sepertinya ini balasan atas penolakanku waktu itu.” Dia mengalihkan pandangan kepada West. “Bisa jadi pria yang akan dijodohkan denganku adalah pria yang baik.”

West menumpu kedua tangan di samping, lalu memegang erat pinggir bangku tersebut. “Mungkin saja.”

“Jangan bilang kau belum bertemu dengan pria tersebut?” tebaknya kemudian.

“Kau benar.” Leona mengangguk kecil. “Aku bahkan tidak tahu seperti apa wajah dan namanya.”

“Kau menolak orang itu mentah-mentah, sebelum mengenalnya?!” Pria itu bertepuk tangan sambil geleng-geleng kepala. “Wanita yang luar biasa.”

Mata abu-abu Leona mengecil dengan menunjukkan raut protes. “Apa kau baru saja meledekku?”

Senyum lebar tergambar di paras yang dibingkai oleh rahang tegas itu. Bibirnya mengerucut, sebelum berujar, “Bisa dianggap begitu.”

Gigi kecil wanita itu saling beradu saat tangannya memukul keras lengan West.

“Auch! Tenagamu kuat juga,” tanggapnya pura-pura meringis seraya mengusap lengan sendiri.

“Jangan pura-pura kesakitan. Pukulan itu tidak cukup membuat pria merasakan sakit,” sungut Leona tergelak menyadari suasana di antara mereka mulai mencair.

Tidak ada lagi ketakutan menyelimuti jiwa Leona, setelah mengenal pria itu selama beberapa jam.

“Ceritakan kepadaku, siapa saja yang jadi korbanmu?” Leona mengalihkan percakapan. Dia juga ingin tahu penipu seperti apa seorang West Taylor yang berbaik hati mengulurkan tangan, membantu wanita asing seperti dirinya.

“Korbanku?”

“Korban penipuanmu, West.”

West menengadahkan kepala, sehingga netra birunya bisa melihat cerahnya langit pagi itu. “Pengusaha nakal, politikus korup dan ….”

“Dan?” Leona menatap tak sabar.

“Dan sosialita yang menghamburkan uang suaminya demi kesenangan mereka.”

“Jangan bilang kalau kau ingin menjadi Robinhood era modern,” canda Leona tertawa singkat.

Maybe.

“Bagaimana caramu menipu mereka?”

Pria itu mengangkat tangan ke atas, lalu mengacungkan jari telunjuk. Sebelah matanya berkedip pelan. “Itu rahasia perusahaan, Leona.”

Wanita berwajah chubby itu mengangguk paham. “Apa kau membutuhkan karyawan baru?”

Kening West berkerut bingung.

“Aku tidak memiliki uang untuk membalas semua kebaikanmu. Jadi, kupikir sebaiknya bergabung denganmu.”

“Kau mau jadi penipu?” West menahan suara ketika nyaris berteriak.

Leona mengangguk tanpa ragu. “Kenapa tidak? Sepertinya menarik.”

West berdecak melihat tekad bulat wanita yang duduk di sampingnya. Selama ini, ia belum pernah bertemu dengan perempuan seantusias Leona. Ya, meski terkadang cengeng juga.

“Baiklah.” Pria itu menaikkan sebelah kaki ke atas bangku, sehingga menghadap sepenuhnya kepada Leona.

“Sekarang dengarkan aku baik-baik.” West menatap Leona serius. “Aku akan katakan rencana kita.”

Leona menarik sedikit rambut hitam tebal yang dikuncir ke atas, kemudian memindahkannya ke bahu kiri. Kepalanya bergerak ke atas dan bawah dengan cepat.

“Pertama-tama, kau harus berjuang untuk menurunkan berat badan terlebih dahulu.”

Tangan kiri West mengembang tepat di depan wajah lebar itu, membuat Leona tidak jadi menyela perkataannya.

“Kau harus melakukannya, karena ini sangat penting,” sambungnya setelah bibir Leona tertutup lagi.

“Kenapa?”

“Karena kau harus menjadi wanita yang berbeda, bukan lagi Leona Elizabeth Parker, tapi Tatiana Clark.”

“Maksudmu aku ….” Kalimat wanita itu sengaja digantung, karena ingin West meneruskannya.

“Cerdas. Tebakanmu benar.” West melempar telunjuk tepat lima centimeter di depan hidung Leona. “Kau akan memiliki identitas baru dan akan menggoda suamimu itu.”

“Selamat datang di duniaku, Leona,” ucap West mengulurkan tangan.

Wanita itu tercengang mendengar sebagian dari rencana besar yang dirancang West. Dia tidak menduga lelaki tersebut telah mempersiapkan rencana gila seperti ini.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status