Share

BAB 6: Pria Tak Tahu Malu

West menoleh ke arah pandangan Leona. Dia melihat seorang pria berambut model Ivy League berjalan memasuki area café bersama dengan seorang pria lainnya. Kening berukuran ideal tersebut berkerut bingung.

“Itu Mark?” gumam West kembali beralih kepada Leona.

Wanita itu mengangguk singkat. Dia masih mengawasi pergerakan Mark dengan sudut mata.

“Dia ke sini,” balas Leona mulai cemas.

Ternyata pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu melihat keberadaan dirinya di sana. Tubuh Leona mulai bergetar merespons perasaan yang bercampur aduk saat ini.

Mengetahui hal itu, West langsung pindah ke samping Leona. Dia menggenggam erat jemari wanita tersebut, agar menguatkannya.

“Kau tidak perlu takut, Leona. Kita lihat bagaimana reaksinya setelah ini,” ujar West pelan.

Mark semakin dekat dengan mereka sekarang. Mata elang kecokelatan itu tidak beranjak seperti ingin melahap Leona hidup-hidup.

Thanks God, akhirnya aku menemukanmu, Honey.” Mark berjalan cepat menuju Leona.

West dan Leona saling berbagi pandang melihat reaksi tak terduga dari Mark.

“Sepertinya dia bersandiwara, karena tidak sendirian. Kau harus bisa mengendalikan diri,” saran West pelan sekali agar tidak terdengar oleh pria itu.

Sebagai penipu ulung, dia tahu persis apa yang akan dilakukan oleh Mark setelah ini.

“Siapa dia?” Mark melirik ke tempat West duduk.

Leona masih menutup mulut rapat, lantas membuang muka. Meski rindu dengan pria itu, bukan berarti harus bersikap manis kepadanya. Apalagi ketika ingat bagaimana rayuan yang dilontarkan Mark kepada selingkuhannya waktu itu.

Tilikan netra kecil Mark berpindah kepada tautan tangan West dan Leona yang berada di bawah meja. Suara tawa keras keluar dari bibir tipisnya.

“Oh, jadi kau meninggalkanku karena pria itu? Kau mengkhianatiku, Perempuan Jalang!!” tuding Mark dengan wajah kesal. Ah, tidak sepenuhnya juga seperti itu karena sudah jelas pria itu hanya berpura-pura.

“Apa katamu? Perempuan jalang?” Leona berdiri seraya mendorong keras kursi ke belakang. Dia mengacungkan jari telunjuk tepat ke wajah Mark saat mata berkaca-kaca. Sirna sudah kerinduan yang terasa, kini hanya tersisa kebencian yang terpupuk di hatinya.

“Kau menuduhku berselingkuh, padahal kau sendiri yang mengkhianatiku. Kau mengusirku dari rumah, Mark. Apa kau lupa? Hah?!” sergah wanita itu memberanikan diri. Dia tak lagi peduli dengan banyak pasang mata yang melihat kepada mereka.

Mark malah tertawa keras. Dia melihat kepada pria yang ikut dengannya tadi, kemudian beralih kepada Leona.

“Aku? Kapan? Bukankah kau yang pergi begitu saja tiga hari yang lalu saat aku tidur?”

Tubuh Leona semakin terbakar karena pria itu memutar balikkan fakta. Dia muak dan jijik dengannya. Lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini, bukan lagi Mark yang ia kenal dulu.

“Buktinya sudah jelas, Leona. Kau sedang bersama dengan seorang pria sekarang,” sambung Mark menyeringai.

Ketika ingin membalas perkataan Mark, ia melihat seorang perempuan berambut ginger memasuki area café. Perempuan tersebut mengedipkan sebelah mata kepada Leona sambil mengibaskan rambut kemerahannya.

“Kau di sini, Sayang?” sapa perempuan berambut merah itu tiba-tiba bergelayut manja di lengan Mark. Sontak pria itu menarik tangannya dengan tatapan protes.

“Siapa kau?” tanya Mark mundur satu langkah ke belakang.

Wanita itu tertawa pelan dengan tangan menutup mulutnya. “Jangan pura-pura lupa, Mark,” katanya mengusap lengan kekar pria tersebut, “jangan bilang kau lupa dengan malam panas yang pernah kita lewati waktu itu.”

Lelaki bertubuh atletis itu berusaha melepaskan tangan perempuan yang bergelayut lagi di lengannya.

“Aku tidak kenal denganmu,” sanggah Mark mulai kesal.

“Kau yakin tidak mengenaliku?” Perempuan itu mengerling kepada Leona dengan bibir membulat. “Oh, aku tahu. Kau menyangkalku karena ada istrimu di sini, bukan?”

Mark semakin meradang. Dengan murka ia menyeret perempuan tersebut keluar dari café. Pria yang bersama dengannya barusan juga ikut keluar dari sana.

“Bagaimana ini?” Leona tampak panik, khawatir jika Mark berbuat buruk kepada Cassie.

Ya, perempuan berambut jahe tersebut adalah Cassie yang sedang melakukan perannya sebagai penipu ulung, rekan kerja West.

“Kau tenang saja. Ada Shaun di luar. Suamimu tidak akan bisa menyakiti Cassie,” balas West santai.

Wanita bertubuh gempal itu menarik napas panjang sebelum berkacak pinggang. “Bisa kau jelaskan kenapa mereka ada di sini, West?” pinta Leona dengan gigi beradu.

West mengangkat bahu singkat, lantas duduk lagi di kursi. “Untuk jaga-jaga jika hal itu terjadi.”

“Maksudmu?” Leona memutar kursi menghadap pria tersebut.

“Tindakan suamimu itu terlalu mudah untuk diprediksi, Leona.” West menoleh ke samping sehingga bisa melihat raut penasaran di paras chubby-nya.

“Begini. Ada berapa banyak pengusaha di negeri ini yang membangun image positif di depan publik?”

“Banyak, tapi aku tidak pernah menghitungnya.”

West memantik jari sebelum merespons. “Mereka tidak ingin skandal apapun yang merusak image mereka terungkap. Aku sudah banyak bertemu dengan bajingan seperti itu.”

“Jangan bilang kau memanfaatkan skandal mereka untuk mendapatkan uang.”

Pria itu menaikkan pandangan sedikit ke atas sebelum mengangguk. “Salah satunya. Oleh karena itu aku bisa tahu dengan mudah bagaimana reaksi suamimu jika melihatmu bersamaku.”

Playing victim,” gumam Leona.

“Tepat sekali. Dia akan melempar semua kesalahannya kepadamu, sehingga bersih dari skandal.” West menyandarkan punggung di kursi, lalu menyilangkan tangan. “Kau benar-benar cerdas.”

Leona menggeleng lesu. “Aku bodoh, West,” akunya dengan kepala tertunduk.

“Kau tahu apa yang kurasakan waktu melihatnya sebelum tuduhan tadi?”

West mengangguk singkat. “Kau ingin berlari dan memeluknya, bukan?”

Wanita itu menundukkan kepala dengan dalam. Perlahan tubuh gempal itu bergetar ketika isak tangis keluar dari sela bibirnya.

“Awalnya begitu, tapi setelah mendengar tuduhannya tadi rasa benciku jauh lebih besar.”

Wajah chubby Leona kemudian terangkat. Netra basahnya memandang pria yang duduk di samping. Tangan besar tersebut meraih jemari West dan menggenggamnya erat.

“Bantu aku menurunkan berat badan secepatnya, West. Aku ingin membalas semua perbuatan Mark, hingga membuatnya habis sampai ke akar-akarnya.” Sorot mata Leona perlahan berubah. Tidak ada lagi gurat kerinduan di sana, yang ada hanyalah kebencian yang sudah mencapai puncak.

“Bagaimana dengan rasa cintamu?” selidik lelaki itu.

“Hanya tinggal 40% setelah kejadian tadi.”

West mengangguk singkat. “Baiklah. Aku akan membuat persentase cintamu kepada pria itu menjadi 0%,” desisnya.

Tiba-tiba bunyi ponsel menyela percakapan serius di antara mereka. Sebuah panggilan masuk dari Shaun.

“Bagaimana?” sahut West setelah menggeser tombol hijau.

“Beres, Bos. Pria itu sudah pergi.” Terdengar tawa perempuan sebelum Shaun meneruskan perkataannya. Itu sudah pasti suara Cassie.

“Dia malu sekali, Bos. Kalau kau tahu bagaimana ekspresi temannya tadi, aku jamin kau tidak akan melupakannya.” Kali ini Cassie yang berbicara. “Andai bisa merekam kejadian tadi, pasti sudah kuperlihatkan padamu.”

West tersenyum lebar mendengar penjelasan kedua orang kepercayaannya. Dia mengalihkan pandangan kepada Leona yang keheranan. “Good job, Cassie. Kau memang selalu bisa diandalkan,” puji lelaki itu.

Thanks, Boss,” pungkas Cassie ketika panggilan berakhir.

Pria itu kembali mengantongi ponsel, kemudian melihat lagi Leona yang masih menunggu penjelasan darinya.

“Itu dari Shaun dan Cassie?” tanya Leona tanpa bisa menutupi lagi rasa penasaran.

West mengangguk singkat. “Rencana berjalan lancar. Mereka puas melihat raut wajah Mark tadi.”

“Bagaimana?”

“Dia malu sekali dan sepertinya pria yang bersama dengannya tadi mulai paham lelaki seperti apa suamimu,” jelas West bersiap untuk berdiri.

Leona menarik napas berat. Dia belum bisa bernapas lega sekarang. Bisa jadi Mark akan menyebar rumor tentang dirinya dan West kepada seluruh orang yang kenal dengan mereka.

West berdiri seraya mengulurkan tangan kepada Leona. “Ayo ikut denganku!”

Leona menatap bingung. “Ke mana?”

“Pergi ke tempat yang tidak bisa dijangkau oleh Mark.”

Mata abu-abu Leona mengecil seketika. “Maksudmu?”

“Aku akan membawamu ke tempat di mana hanya ada kau dan aku. Kita berdua.” West mengedipkan sebelah mata. “Akan kubuat perasaan cintamu lenyap dalam waktu singkat, Leona.”

Bersambung....

LeeNaGie

Haaai.... jumpa lagi dengan Leona setelah tiga minggu lebih. Star dari sekarang, novel ini akan update rutin setiap hari. Happy reading ^^ Jangan lupa tinggalkan review bintang 5 yaaa. :*

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status