Share

3. Intimidasi Abi Dan Ummi

Di rumahku kini sedang sibuk menyiapkan acara pernikahanku dengan Salwa yang akan diselenggarakan esok siang. Aku sangat merasa grogi, rasanya tak siap harus mengikrarkan janji suci untuk kedua kalinya dengan wanita yang berbeda.

Acaranya akan diadakan di rumah Salwa.

Di sini kami sibuk menyiapkan seserahan yang akan di bawa untuk Salwa.

Ah, bukan kami. Lebih tepatnya, Najmalah yang paling sibuk menyiapkan semua seserahan yang akan kami bawa ke rumah calon madunya. Abi serta Ummi turut hadir di sini untuk menyaksikan menantunya ini menikah dengan wanita lain. Menyaksikan sang menantu yang akan memberikan madu untuk sang anak.

Tadi pagi, saat Abi serta Ummi baru sampai, aku tak berani menatap wajah kedua mertuaku ini karena mereka terlihat begitu marah kepadaku.

Aku tahu, dan sangat pantas jika Abi dan Ummi marah kepadaku karena aku telah menduakan putri mereka, putri yang begitu mereka sayangi, putri satu-satunya dari empat saudara yang ketiganya laki-laki semua. Najma merupakan putri bungsu Abi dan Ummi, dan tentu mereka sekeluarga sangat menyayangi Najam bahkan memanjakan wanita Sholehah yang menjadi istriku tersebut.

"Apakah ada kesalahan yang putri Abi perbuat sehingga kamu mau menikah lagi?" Tanya Abi pagi tadi.

"Tidak ada, Abi. Tidak ada sama sekali, tak sekalipun Najma berbuat kesalahan kepada Hamdan, Bi."

"Lalu, apakah ada kekurangan pada putriku?" Ada raut kecewa, sedih dan terluka yang ku lihat dari sepasang manik hitam legam milik lelaki yang kepadanya istriku bernasab.

"Tidak ada, Abi," jawabku sambil menundukkan kepala dengan tajam.

"Apakah alasan kamu berpoligami, mantuku?"

Walau takut dan ragu, aku menceritakan semuanya dari awal hingga sampai di titik ini kepada Abi dan Ummi tanpa ada yang aku sembunyikan. Aku siap menerima segala kemarahan Abi, karena aku yakin pasti mereka sangat kecewa kepadaku.

"Jadi begitu ceritanya. Beginilah akibatnya kalau seorang mukmin tak bisa menjaga pandangannya. Akan ada wanita idaman lain yang terlihat paripurna melebihi wanita yang sudah halal baginya."

"Iya, Abi. Abi, Ummi, maafkan Hamdan telah melukai putri Abi dan Ummi, maafkan Hamdan tak bisa mengendalikan hati Hamdan, maafkan Hamdan yang tak bisa menjaga pandangan, maafkan Hamdan telah mengecewakan kalian,"

Aku bersimpuh sambil menyalami tangan Abi dan Ummi, air mataku menetes merasa begitu berdosa kepada istriku serta kedua orang tuanya. Sungguh, aku tak ingin ada dalam posisi ini, karena ini pun sangat terasa amat sulit bagiku.

"Jika Abi membawa pulang Najma hari ini juga, apakah kamu mengizinkan?" Tanya Abi menatap tajam ke arahku, sedangkan Ummi sejak tiba tadi, beliau seolah tak Sudi menatap diriku walau hanya sekian detik.

"Jangan! Jangan, Abi, jangan bawa Najma pergi, maafkan Hamdan, Bi. Tolong, jangan bawa Najma pergi dari sisi Hamdan. Jika memang Abi dan Ummi nggak ridho, Hamdan akan batalkan pernikahan ini,"

"Abah, jangan berkata seperti itu. Bangunlah, Abah!" Najma menghampiriku dan membantuku berdiri dan duduk di sofa.

Aku sungguh takut, aku takut kehilangan istri sesholehah Najma.

"Abi, Ummi, Najma ikhlas jika mas Hamdan menikah lagi, ini juga permintaan Najma. Najma tahu bagaiman perjuangan suami Najma untuk melupakan wanita itu, tapi takdir Allah berkata lain, Abi. Bahkan Najma sendiri yang meminta mas Hamdan untuk menikahi wanita yang selama ini mengganggu fikirannya, Najma tak mau mas Hamdan sampai zina fikiran karena memikirkan wanita yang bukan mahramnya."

"Kamu beneran ridho, Nak, suamimu menikah lagi?" Pandangan umi kepada Najma terlihat begitu terluka. Rasanya ummi begitu menyayangkan nasib putrinya yang harus di madu. 

"InsyaaAllah, Ridho, Ummi."

"Berpoligami itu memang diizinkan, tapi harus dengan alasan yang memang di terima sebagai syarat berpoligami,"

"Abi, Ummi, Najma tahu persis gimana awalnya, sehingga pada akhirnya Najma meminta Mas Hamdan untuk meminang perempuan itu. Tolong ridhoi pernikahan kedua pada suami Najma."

Aku merasa begitu malu kepada istriku. Aku yang akan menikah lagi, tapi istrikulah yang berjuang meminta restu untuk pernikahan keduaku ini. Lagi, Najma berjuang mencari ridho dan restu dari kedua orang tuanya setelah sebelumnya kepada Ibuku. 

"Nak, kenapa kamu begitu ikhlas dipoligami?"

"Karena ini takdir, Ummi. Kita sebagai hamba Allah tak bisa menolak takdir," jawab Najma takzim.

"Apakah kamu siap untuk berlaku adil kepada istri-istrimu?"

"InsyaaAllah, Hamdan siap, Abi."

 Abi menghela nafas kasar seraya mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya,

"Ya sudahlah, kalau seperti itu. Abi dan Ummi hanya bisa mendoakan semoga Allah meridhoi kalian, dan semoga kalian selalu bahagia."

"Aamiin," ucapku dan Najma berbarengan.

"Ingat Hamdan, jika sekali saja kamu buat putri Abi terluka karena perlakuanmu yang tidak adil, jangan salahkan Abi jika Abi membawa pulang putri Abi!"

"InsyaaAllah Hamdan akan akan menjaga hati Najma, Bi."

Setelahnya Abi dan Ummi pergi dari hadapan kami. Aku melihat, sekilas Ummi mengusap sudut matanya. Aku tahu, Abi dan Ummi marah padaku. Orang tua mana yang tidak marah jika anaknya disakiti?

Orang tua mana yang tak marah jika mengetahui sang putri telah dikhianati?

Allah, ampuni aku yang sudah melukai hati istriku serta kedua mertuaku yang sudah begitu baik kepadaku.

****

"Sayang, ini sudah malam, kenapa belum istirahat?" Tanyaku pada istriku yang kini sedang berada di ruang setrika. Aku menghampirinya, lalu memeluk tubuhnya dari belakang. Ku hirup aromanya yang selalu membuat hatiku tenang.

"Umma lagi nyetrika baju Abah buat acara besok, Bah," jawabnya sambil mengukir senyum di wajahnya. Tangannya sibuk memaju-mundurkan setrika yang dipegangnya.

Aku lihat kedua netranya tampak memerah, apakah dia sedang menangis? atau dia sudah sangat mengantuk tapi ditahannya demi menyelesaikan menyetrika bajuku?

"Umma, jangan lakukan itu. Mari kita istirahat."

Aku menuntun istriku menuju kamar kami, dan meletakkan baju yang barusan dipegang Najma ke atas papan setrika.

Setibanya di kamar, aku mendudukkan Najma di pinggiran kasur, kemudian aku pun ikut duduk dengan menghadap kearahnya.

"Umma...."

"Iya, Abah?"

Wanita ayu di depanku ini tidak menatap ke arahku, dia hanya menunduk memainkan jari-jarinya.

"Lihat Abah!" Pintaku padanya.

Perlahan ia mengangkat kepalanya menghadap kearahku. Lagi dan lagi, senyuman yang begitu indah yang dia suguhkan untukku. Begitu pandai ia menyembunyikan perasaannya dariku.

"Kenapa, Abah?"

"Umma, Abah tahu Umma terluka, Abah tahu bunda sakit hati. Tolong jangan di pendam sendirian Umma, berbagilah kepada Abah. Menangislah jika memang Umma ingin menangis. Jangan terlalu memendam sendirian, Ummma,"

"Tidak Abah, Umma tidak apa-apa, jangan pikirkan Umma. Persiapkan saja diri Abah untuk hari esok!"

"Bagaimana aku tak memikirkanmu, engkau istriku, tanggung jawabku. Tak mungkin untuk aku tak memikirkan dirimu, kamu begitu berharga untuk tak di pikirkan."

Aku memeluknya begitu erat. Aku merasa bahwa diriku adalah lelaki paling bodoh di dunia yang sudah tega menyakiti istri speak bidadari seperti Najma. 

"Tidurlah, Abah!" Pintanya melepaskan diri dari pelukanku.

"Umma," ucapku lagi.

"Aku tak apa, Abah. Percayalah pada istrimu ini, bahwa aku baik-baik saja, tidurlah suamiku!"

Aku membaringkan tubuhku juga tubuhnya, aku memeluknya begitu erat sekali. Aku tahu dia terluka, tapi dia terlalu pandai menyimpan lukanya, menyembunyikan sakitnya dariku. Aku sadar dan sangat menyadari bahwa aku adalah suami yang teramat sangat jahat kepada istri bidadari, seperti Najma.

"Izinkan Abah meminta hak Abah, Umma," pintaku yang ingin meredam kegelisahan dan kegundahan yang sejak tadi menyerang dengan cara seperti ini.

"Silahkan, Abah!" 

Namun, Najma tidak menatapku seperti biasanya.

Terasa sesak di dada. Aku perlahan merasakan luka yang ia sembunyikan.

"Maafkan, Abah," batinku.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Makandolu Effy
hadeh pengen bilang "bodoh"boleh ga yaaa
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
nggak suka dengan sikap umma berlagak kayak MALAIKAT padahal hatinya luka kamu masih manusia jangan SOK jagoan deh
goodnovel comment avatar
sulikah
Intinya hamdan bukan suami setia malah salwa bilang tak mau jadi yg ke 2 ingin jadi istri satu" nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status