“Wah.. wah.. ada yang nonton nggak ngajak-ngajak nih.” Ucap Chandra saat ia bertemu dengan Han di tempat gym apartemen mereka.
Han yang sedang berlari di treadmill sedikit terkejut melihat Chandra yang tiba-tiba datang entah dari mana. “Tau dari mana lo?” Tanya Han.
“Dari snapgram nya Alexa lah..” Ucap Chandra.
Han tertawa kecil.
“Ini nih yang namanya pecekor.” Chandra sambil menunjuk-nunjuk Han.
Han mengerutkan keningnya. “Apaan tuh?”
“Perebut Cewek Orang. Masa nonton berdua doang, hufttt.” Entah datang dari mana keberanian Chandra untuk menuduh bosnya sendiri seperti itu.
“Dihh.. ngarang banget nih orang.” Balas Han tanpa menghentikan treadmill-nya.
“Bos mau jadi orang ketiga di Chanxa?” Ucap Chandra semakin ngawur.
Han mengerlingkan matanya. Ia benar-benar heran mengapa di perusahaannya bisa ada pegawai sekurang ajar ini. “Heh Chanxa itu nggak pernah ada, ya! Alexa yang bilang. Jang
Sebenernya di sini Han lagi galau gitu sama hatinya :( Apa dia bakal nerusin penyelidikan tentang kasus kecelakaan itu dengan kemungkinan bahwa keluarga Lizzi benar-benar terlibat dan itu akan ikut melukai Lizzi. Atau dia memilih untuk berhenti mengikhlaskan ketidakadilan di masa lalunya.
Lizzi dan Bryan sudah berada dalam mobil Bryan dalam perjalanan menuju rumah Lizzi. Melihat Bryan yang hanya diam saja dari tadi, Lizzi jadi merasa tidak nyaman. Ia segera membuka suara.“Kamu marah?” tanya Lizzi.Namun yang ditanya tetap bergeming. Tetap fokus pada kemudi.Lizzi menyentuh lengan Bryan. “Bry..”Seketika Bryan menoleh. “Eh, kenapa?”Lizzi mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Bryan tidak mendengar ucapannya. “Kamu marah sama aku? Gara-gara di Poliklinik tadi?”“Oh itu...” Kata Bryan.“Kamu jangan salah paham, tadi aku hampir jatuh dan Kai buru-buru megangin aku.” Ucap Lizzi yang takut kekasihnya itu salah paham.Bryan menoleh sebentar pada Lizzi. Ia mengusap-usap kepala Lizzi. “Iya aku paham.” Ucapnya sembari tersenyum. “Lain kali kalo dance hati-hati. Aku nggak mau kamu cidera, luka, atau apapun itu.” Tambah
“Proses produksi kita sudah 70%, kita nggak mungkin menghentikan proses produksi dengan konsekuensi kerugian yang besar.” Pagi hari di ruang meeting Gray Corp sudah dipenuhi dengan berbagai perdebatan.“Tapi jika kita melanjutkan produksi, merek kita akan di tuding melakukan plagiarisme. Design produk kita 100% mirip dengan produk yang baru dirilis perusahaan itu. Kecuali jika kita menyelidiki siapa yang telah membocorkan ide design kita dan membuktikan bahwa ide kita di curi.”“Kita bisa beralibi bahwa model produk kita mengikuti trend furnitur sekarang. Wajar jika ada kemiripan.”Han mengerutkan keningnya. Tangannya bertumpu pada lengan kursi yang sudah ia duduki selama lebih dari satu jam. Sedari tadi ia mendengarkan perdebatan dari divisi produksi di ruang rapat tersebut.“Kita tidak mengikuti trend, kita menciptakan trend.” Han bersuara yang membuat
“Bagaimana pun caranya, gue harus bikin keluarga Lizzi hancur!” Ucap Han sembari mengamati pemandangan kota Jakarta dari dinding kaca ruangannya yang berada di lantai 40 itu.Demi misi balas dendam, semua rencananya harus berjalan sempurna. Toh tujuan utama Han kembali ke Jakarta adalah untuk balas dendam atas kematian ibunya yang meninggal karena sebuah kecelakaan yang direncanakan. Menghukum orang-orang yang terlibat pada tragedi yang terjadi lima tahun lalu itu. Semua orang yang terlibat di dalamnya, tidak terkecuali gadis yang pernah ia cintai di masa lalu, Lizzi.Sudah lima tahun ia mengubur fakta ini sendirian. Sebuah fakta bahwa dalang di balik kematian ibunya adalah keluarga Lizzi. Lima tahun lalu ia tidak bisa berbuat apa-apa saat mengetahui fakta tersebut karena ia tidak memiliki kekuasaan apa pun. Tapi kali ini berbeda, ia tidak akan tinggal diam.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.“Permisi, Pak. Perkenalkan saya Alexa J
“Kalau makan ice cream jangan celemotan gitu dong, Liz” Ucap Bryan sambil mengelap bekas ice cream yang sampai di pipi Lizzi. “Kayak anak kecil tau.” Bryan tertawa geli. “Sengaja biar kamu lap.” Canda Lizzi yang lalu memalingkan wajahnya ke pemandangan di bawah mereka. Bryan terkekeh. Lizzi adalah kekasih Bryan. Belum lama juga, baru dua bulan sejak Lizzi berpacaran dengan most wanted boy di kampusnya itu. Entah apa yang membuat cowok sempurna seperti Bryan menyukai gadis sepertinya. Apalagi mantan Bryan yang sebelumnya, Kanza, memiliki paras yang cantiknya luar biasa. Yang sudah seperti aktris drama korea. Terkadang hal itu membuat Lizzi minder. Karena tidak ada jadwal kuliah, hari ini Lizzi dan Bryan pergi ke wahana bermain. Matahari mulai terbenam, kini mereka tepat berada di posisi paling atas sebuah wahana bianglala. Wah, rasanya sangat indah berada di posisi paling tinggi saat matahari terbenam. Wahana itu berhenti sej
Mercedes-Benz itu melesat kencang di jalan raya. Menembus ramainya lalu lintas malam hari. Bryan di belakang kemudi dengan casual outfit-nya, seperti biasa, sangat tampan. Bahkan jika ada sebuah kata yang lebih bagus dari tampan untuk mendeskripsikan seorang Bryan Gray, kata itu akan cocok untuknya.Tiba-tiba di dekat lampu merah, hampir saja mobil mewah itu menabrak mobil di depannya jika saja Bryan telat menginjak rem.“BRYAN!! Udah aku bilang jangan ngebut-ngebut!!!!” Teriak Lizzi di sebelahnya yang lalu menghela napas lega karena untungnya mereka selamat.“Maaf maaf kita udah telat, Liz.” Sahut Bryan.“Ya tapi nggak gitu juga, bahaya loh.” Lizzi memarahi Bryan. “Lagian ini masih jam 7 kurang.”“Iya maaf, Sayang.. nih, aku nggak ngebut lagi. Oke? Maaf ya..” Bryan menenangkan.“Btw, kamu cantik banget hari ini.” Ucap Bryan tiba-tiba mengalihkan pembic
“Akkkkk” Teriak Han dalam tidurnya.Mimpi itu kembali lagi setelah sekian lama. Sangat menyesakkan. Kejadian tragis yang benar-benar terjadi di depan mata kepala Han sendiri. Suara klakson mobil berdengung di kepalanya. Kenangan masa lalu yang menyakitkan itu terkilas balik. Kenangan tentang seorang wanita yang tersenyum kepadanya sebelum akhirnya tubuh wanita itu terpelanting karena kencangnya sebuah mobil sedan yang melaju ke arahnya. Ya, itu ibunya. Tidak butuh waktu lama sampai darah menggenang di atas aspal itu. Dan entah kenapa bau darahnya seperti tercium kembali.Di mimpi itu, ia berdiri di trotoar melihat kejadian itu. Lututnya seketika lemas. Tubuhnya terjatuh di pinggir jalan. Detik berikutnya beberapa orang mendekat untuk melihat kecelakaan tersebut. Setelah itu semuanya gelap. Hal yang dia ingat jelas adalah seseorang yang turun dari kursi penumpang mobil sedan tersebut. Itu adalah seseorang yang ia kenal.“Hahhhh” Han terban
“Kanza, selamat ya! Jadi mapres nomor 1 nih.” Ucap Lizzi dengan tulus. “Bryan aja sampai kalah.” Kanza tersenyum malu-malu. “Pertama kalinya nih. Semester kemarin Bryan yang jadi mahasiswa berprestasi.” Ucap Kanza merendah. “Tetap aja.. Kanza, Jjang!!” Lizzi mengangkat kedua jempolnya. Lizzi dan Kanza berteman. Iya dong. Walaupun Kanza adalah mantan Bryan dan Lizzi sekarang pacar Bryan, mereka sudah berteman sejak lama karena memiliki hobi yang sama yaitu dance. Lizzi dan Kanza sekarang berada di tim yang sama untuk project mereka yang baru. Mereka akan tampil di acara Dies Natalis kampus mereka yang akan diselenggarakan bulan depan. “Makasih..” Kanza tersenyum manis. “Ya udah yuk sekarang kita mulai latihan, tuh anak yang lain juga udah pada kumpul.” Kanza menunjuk beberapa orang teman mereka yang sedang duduk di depan kaca besar studio latihan itu. Ini hari pertama mereka mulai latihan untuk project
DU-DU-DU-TANG-TANG-TANG-TANG!!!“Lizzi!!! Itu apaan sih berisik banget?” Teriak Mama Ari yang sedang maskeran di ruang tengah.Lizzi yang sedang menikmati sarapannya di meja makan buru-buru mengambil handphone-nya yang berada di meja ruang tengah.Iya, yang tadi itu ringtone handphone-nya Lizzi.“Padahal kan hpnya deket Mama, hufft.” Ucap Lizzi sambil cemberut.“Kamu liat dong, ini mamah lagi maskeran.” Ucap Mama nya.Sebelum mengangkat teleponnya, Lizzi melirik sekilas Mama nya yang sedang berusaha mempertahankan masker wajahnya itu agar tidak retak.“Halo, Pah?” Ucap Lizzi di telepon.“Lizzi, kamu ada jadwal kuliah hari ini?” “Ada, Pah. Tapi siang.”“Nah, kamu bisa anterin dokumen papa dulu nggak sebelum pergi ke kampus? Ada dokumen yang ketinggalan nih.. yah? Yah?”Hmm.. Papa