Share

Dua: Seseorang yang Misterius

“Kalau makan ice cream jangan celemotan gitu dong, Liz” Ucap Bryan sambil mengelap bekas ice cream yang sampai di pipi Lizzi. “Kayak anak kecil tau.” Bryan tertawa geli.

“Sengaja biar kamu lap.” Canda Lizzi yang lalu memalingkan wajahnya ke pemandangan di bawah mereka.

Bryan terkekeh.

Lizzi adalah kekasih Bryan. Belum lama juga, baru dua bulan sejak Lizzi berpacaran dengan most wanted boy di kampusnya itu. Entah apa yang membuat cowok sempurna seperti Bryan menyukai gadis sepertinya. Apalagi mantan Bryan yang sebelumnya, Kanza, memiliki paras yang cantiknya luar biasa. Yang sudah seperti aktris drama korea. Terkadang hal itu membuat Lizzi minder.

Karena tidak ada jadwal kuliah, hari ini Lizzi dan Bryan pergi ke wahana bermain. Matahari mulai terbenam, kini mereka tepat berada di posisi paling atas sebuah wahana bianglala. Wah, rasanya sangat indah berada di posisi paling tinggi saat matahari terbenam. Wahana itu berhenti sejenak. Membuat Lizzi memandang takjub pemandangan dari atas sana.

Berbeda dengan Lizzi, Bryan justru sedang takjub dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Ia takjub pada Lizzi yang memasang ekspresi takjub dengan mata yang berbinar. Entah kenapa itu sangat mendebarkan bagi Bryan. Tanpa ia sadari, senyumannya mengembang. Detik berikutnya ia menangkup kedua pipi Lizzi. Memaksa gadis itu untuk Hanya menatapnya.

“Seindah itu sunset nya? Sampai aku kalah?” tanya Bryan berbisik.

Sekarang tatapan Lizzi hanya terpaku pada lelaki di hadapannya. Dari jaraknya sedekat itu, Bryan bisa melihat dengan jelas bagaimana perubahan rona wajah Lizzi. Pipinya merona. Dalam detik yang mendebarkan bagi keduanya itu, Bryan mendekatkan wajahnya. Bryan dapat dengan jelas mencium aroma vanilla menguar. Aroma gadis itu yang ia inginkan selalu berada di dekatnya.

Bryan mencium Lizzi dengan sangat lembut. Tanpa melepaskan ciumannya, tangan Bryan beralih pada ikat rambut Lizzi lalu menariknya. Membuat rambut indah itu tergerai cantik. Lalu menaruh tangan Lizzi di bahu lebarnya. Lizzi yang terbawa suasana, mengeratkan pelukannya pada leher Bryan.

Bryan menjauhkan wajahnya. Menatap lekat kedua mata gadis itu. Dengan lembayung senja yang menjadi saksi. “Luv you.” Bisik Bryan yang terdengar sangat jelas di telinga Lizzi.

Lizzi tersenyum tulus. “Luv you too.”

Bryan tersenyum. Tangannya menyingkirkan anak rambut Lizzi yang jatuh di depan matanya.

Setelah itu, bianglala kembali bergerak. Perlahan membawa mereka turun.

****

“Permisi, Pak Reyhan” Alexa masuk ke ruangan Presdir. Ia langsung menghampiri meja Han.

Han langsung mengalihkan pandangannya dari semua berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. “Ada apa?” Tanya Han.

“Ini sudah hampir pukul 9 malam. Bapak belum pulang?” 

Han segera menengok ke jam dinding di ruangannya dan benar. Sudah hampir pukul 9 malam. “Ohh!” Ia menyentuh keningnya. Mempelajari segala macam kontrak membuatnya lupa waktu.

Alexa tertawa kecil. “Pak Reyhan, ini bahkan hari pertama Pak Reyhan bekerja di sini tapi Bapak sudah bekerja sekeras itu.” Ucapnya saat melirik sekilas pada berkas-berkas yang menumpuk di meja.

Han balas terkekeh. “Saya harus mempelajari kontrak-kontrak ini secepatnya.”

“Padahal Pak Reyhan bisa meminta bantuan saya untuk menjelaskan semuanya.” Ucap Alexa dengan nada akrab dan ramah.

Memang sudah harusnya seperti itu, kan? Ia sekretarisnya. Ia harus mengakrabkan diri dengan atasannya. Alexa, gadis cantik berambut panjang berwarna blonde itu tidak pernah mengira jika presdir barunya akan setampan dan semuda itu.

Han hanya membalas dengan tersenyum.

“Pak Reyhan sudah makan malam?” tanya Alexa.

“Belum.” Sungguh ini sudah lewat dari jam makan malam.

“Kalau begitu, mau saya temani makan? Kebetulan saya juga belum makan.” Tawar Alexa. “Saya tahu di mana restoran yang enak di sekitar sini.” Tambah Alexa buru-buru.

Han bergumam. “Boleh. Tapi apa tidak apa-apa? Ini sudah malam, mungkin kamu ingin pulang duluan.”

“Tidak apa-apa lagi pula saya juga belum makan.”

Han mengangguk. “Oke kalau gitu.”

Akhirnya mereka pun pergi menggunakan mobil milik Han. Alexa mengajaknya bosnya untuk makan di salah satu restoran favoritnya di daerah Menteng. Restoran yang sangat nyaman untuk dijadikan tempat hangout di jam berapa pun. Alexa sering menghabiskan waktu di sini sambil mengerjakan pekerjaan kantornya, tentu saja saat di luar jam kerja. Biasanya Chandra juga sering menemaninya ke sini.

Alexa dan Han mengobrol tentang banyak hal. Mulai dari Han yang baru lulus kuliah, sampai bagaimana cara ia mendapatkan posisi presdir ini. Alexa juga menceritakan tentang dirinya yang sudah tiga tahun bekerja di perusahaan Gray Corp. Tidak lupa ia juga menceritakan beberapa gosip kantor kepada Han. Sampai akhirnya makanan yang mereka pesan itu datang.

Han memulai mencicipi menu yang menurut rekomendasi Alexa adalah yang terbaik. Sampai-sampai Alexa bertaruh jika menu itu tidak enak, ia akan mentraktir bosnya selama seminggu. Alexa mengamati Han yang sedang menikmati hidangannya.

“Waahh…makanan ini beneran enak!” Ucap Han dengan tatapan kagumnya.

Alexa tersenyum puas. “Iya dong! Nggak salah kan rekomendasi saya.” Balas Alexa dengan bangga.

Han mengangguk. Lalu mengacungkan jempolnya di depan wajah Alexa. “Manteup”

Alexa tertawa.

“Oh iya, kamu tinggal di mana? Biar saya anter nanti.” Tawar Han.

Alexa melambai-lambaikan tangannya. “Nggak perlu, Pak. Biar saya naik taksi aja.”

“Nggak usah nolak. Ini sebagai imbalan udah ngajak saya makan di sini, oke?” Han meminta persetujuan.

Alexa mengangguk malu-malu. “Yaudah, makasih sebelumnya, Pak.”

“Hmm.. kalo lagi nggak di kantor, lo panggil gue Han aja gimana?” Tanya Han. “Santai aja.”

“Eh?” Alexa melambaikan tangan. “Jangan, saya nggak enak.”

“Nggak apa-apa santai aja.” Pinta Han.

Alexa mengangkat kedua alisnya. “Oke kalau gitu.” Alexa setuju. “Han! Bener ya berarti anterin gue sampai ke rumah! Awas aja tiba-tiba diturunin di jalan.” Ucapnya dengan mata menyipit sambil menunjuk Han.

Han tergelak.

Gadis itu sangat ekspresif. Han menyukainya. Ia tipe cewek yang akan mudah akrab dengan siapa pun dan lingkungan bagaimana pun. Tidak ada yang menyangka bahwa mereka akan seakrab ini hanya dalam waktu beberapa menit. Dan jangan lupa! Mereka baru bertemu hari ini di kantor tadi pagi. Tapi entah kenapa rasanya bukan seperti berbincang dengan teman baru.

Alexa Jasmine, ia orang yang menyenangkan. Sampai rasanya tidak akan pernah kehilangan topik pembicaraan jika bersamanya.

*****

Amanda berjalan menghampiri jendela rumahnya saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Ia membukakan sedikit tirai jendela itu. Ternyata anaknya, Alexa. Namun detik berikutnya ia dikejutkan saat melihat siapa lelaki yang mengantar anaknya itu.

Ia mengerutkan keningnya. “Reyhan?” Gumamnya. “Sejak kapan dia pulang ke Jakarta?”

Tidak lama kemudian pintu terbuka. Alexa datang menghampirinya.

“Mah, belum tidur?” Tanya gadis itu.

“Kamu pulang sama siapa?” Tanya Amanda untuk memastikan.

“Ahh.. itu bos baru aku. Pak Reyhan. Kenapa Mah?”

Amanda terdiam sejenak. Dugaannya benar, itu Reyhan Ervin yang ia temui lima tahun lalu. Seketika firasatnya tidak enak. Apa lelaki itu masih ingin mencari tahu sesuatu darinya? Sampai-sampai ia mendekati anaknya?

“Mah?” Alexa bingung melihat ibunya yang tiba-tiba melamun. “Kenapa?” Tanya Alexa.

Wanita itu langsung tersadar. “Nggak apa-apa. Mamah ngantuk, mamah tidur duluan ya.” Ia langsung beranjak pergi meninggalkan Alexa.

Alexa mengerutkan keningnya.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status