Share

Lima: Vanilla

“Kanza, selamat ya! Jadi mapres nomor 1 nih.” Ucap Lizzi dengan tulus. “Bryan aja sampai kalah.”

Kanza tersenyum malu-malu. “Pertama kalinya nih. Semester kemarin Bryan yang jadi mahasiswa berprestasi.” Ucap Kanza merendah.

“Tetap aja.. Kanza, Jjang!!” Lizzi mengangkat kedua jempolnya.

Lizzi dan Kanza berteman. Iya dong. Walaupun Kanza adalah mantan Bryan dan Lizzi sekarang pacar Bryan, mereka sudah berteman sejak lama karena memiliki hobi yang sama yaitu dance. Lizzi dan Kanza sekarang berada di tim yang sama untuk project mereka yang baru. Mereka akan tampil di acara Dies Natalis kampus mereka yang akan diselenggarakan bulan depan.

“Makasih..” Kanza tersenyum manis. “Ya udah yuk sekarang kita mulai latihan, tuh anak yang lain juga udah pada kumpul.” Kanza menunjuk beberapa orang teman mereka yang sedang duduk di depan kaca besar studio latihan itu.

Ini hari pertama mereka mulai latihan untuk project kali ini. Setelah minggu kemarin diisi dengan rapat dan diskusi bersama kepala bidang kesenian acara Dies Natalis tentang konsep tarian, musik, anggota tim, koreografi, dan lainnya. Untuk penampilan kali ini tim dance ikut bekerja sama dalam me-remix lagu agar cocok dengan konsep yang mereka inginkan.

Tidak lama kemudian, musik hip hop mulai menggema memenuhi studio itu. Mereka pun mulai berlatih dengan Lizzi sebagai center. Setelah mengulangnya beberapa kali mereka rehat sejenak selama kurang lebih 15 menit. Lizzi berniat mengambil air minumnya. Ia beranjak menuju sudut studio menghampiri loker tempat ia meletakkan tasnya.

Dance kamu bagus,” Ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Lizzi.

Sontak Lizzi yang sedang mengambil air minumnya di tas terperanjat dan membuatnya urung mengambil air minum. Reyhan? Entah dari mana munculnya.

“Dari dulu, dance kamu yang terbaik.” Tambah lelaki itu sembari mengacungkan kedua jempolnya.

Lizzi mengerutkan keningnya. “Ngapain lo disini?”

Han tersenyum. “Aku pengen ketemu kamu.”

Lizzi menyipitkan kedua matanya. Senyuman itu membuat Lizzi bergidik ngeri. Ada apa dengan lelaki di hadapannya itu. Tiba-tiba tersenyum ramah setelah dua hari yang lalu ia memperlakukan Lizzi dengan kasar.

Lizzi mengedarkan pandangannya pada teman-temannya yang juga sedang sibuk mencari air minum mereka di loker. Satu persatu dari mereka mulai melempar tatapan penasaran pada Lizzi. Setelah itu, Lizzi pergi keluar studio. Ia memberi kode pada Han untuk mengikutinya. Meninggalkan teman-temannya dalam rasa penasaran.

“Lo tau dari mana gue ada di sini?”

Tentu saja Han tidak akan memberi tahu gadis itu bahwa ia mendapat informasi dari Chandra yang telah menyelidiki Lizzi. Rencananya, kali ini ia akan mendekati Lizzi. Mencari tahu tentang keluarga Lizzi sembari menghancurkan keluarga itu.

“Aku... tahu aja.” Han tertawa kecil. Ia melangkah mendekat pada Lizzi, sekarang mereka berada di luar studio, tepatnya di dekat pintu masuk studio.

Lizzi merasa ada sesuatu yang salah. Han sangat aneh. Ia sangat berbeda dari pertemuan mereka di restoran.

“Liz, kamu harus tau, aku nggak pernah melupakan apapun tentang kamu, tentang kita di masa lalu.” Han menatap lekat pada Lizzi.

“Lo apa-apaan sih?” Gadis itu merasa curiga dengan lelaki di hadapannya.

“Ah! Soal pertemuan kemarin.” Han menunjukkan raut menyesalnya. “Aku minta maaf. Aku bener-bener nggak tau kenapa kemarin aku ngasarin kamu.” Han berharap semoga saja aktingnya bagus.

Lizzi menggeleng. Ia masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Han.

“Liz,” Ia meraih pergelangan tangan Lizzi.

Namun Lizzi segera menarik tangannya. Menatap Han dengan tatapan tidak suka.

“Aku bener-bener minta maaf. Sikap aku kemarin mungkin karena pertemuan kita yang tiba-tiba setelah 5 tahun. Dan dulu juga kamu ninggalin aku tanpa kabar. Hal itu bikin aku kesel. Dan aku minta maaf.” Ucapnya yang terdengar sangat tulus, meskipun dalam hati Han sebenarnya sangat muak.

Lizzi membaca raut wajah Han. “Lebih baik lo pulang. Sebentar lagi mungkin Bryan sampe ke sini buat jemput gue” Lizzi lantas buru-buru membalikkan badannya, bersiap untuk kembali masuk studio. Namun, pergelangan tangannya di tarik oleh Han.

“Gimana caranya biar hubungan kita balik kayak dulu?” Han menatap Lizzi dalam.

Lizzi tergelak. “Lo kesambet apaan sih? Pertanyaan konyol.” Ucap Lizzi. “Reyhan... Gue nggak mau ketemu lo lagi.” Lizzi memohon. “Please. Lo pergi sekarang.”

“Setidaknya kamu kasih penjelasan ke aku kenapa lima tahun lalu kamu pergi tanpa kabar?” Pinta Han.

“Gue nggak pergi! Lo yang pergi ninggalin gue duluan.” Ucap Lizzi dengan suara meninggi. Lo pergi gitu aja, tanpa bilang apapun sama gue. lo lupa kalo gue pacar lo waktu itu?”

Han terdiam. “Kamu... nggak tahu kalo ibuku meninggal karena kecelakaan lima tahun lalu?”

Lizzi terkejut. “T-Tante Clara?”

Melihat bagaimana ekspresi terkejut Lizzi, Han bingung apakah Lizzi benar-benar tidak tahu apa-apa atau gadis itu hanya pura-pura.

Han mengangguk. “Lima tahun lalu, di hari ulang tahun kamu, ibuku jadi korban kecelakaan akibat kelalaian pengendara mobil. Kamu tahu sesuatu tentang ini?”

Lima hari lagi adalah hari ulang tahun Lizzi. Jadi lima hari lagi adalah tepat lima tahun sejak kecelakaan yang menimpa ibunya.

Masih dengan ekspresi terkejutnya, Lizzi menggeleng lemah. Bibirnya bergetar.

“Itulah kenapa, malem itu aku ga bisa dateng buat ngerayain ulang tahun kamu. Aku baru bisa ngehubungin kamu beberapa hari setelah kecelakaan itu, tapi kamu nggak pernah bales atau angkat telpon aku.” Jelas Han.

“Gue..maaf gue nggak tahu apapun tentang kecelakaan itu.” Ucapnya dengan suara bergetar.

Apakah benar Lizzi sama sekali tidak tahu-menahu tentang kejadian itu? Apakah hanya ibunya Lizzi yang merencanakan semua ini? Segala dugaan itu terus berkecamuk dalam pikiran Han.

“Jadi, please, maafin aku, Liz.” Han memohon. “Aku pengen kita balik kayak dulu.” Han meraih pergelangan tangan Lizzi.

Lizzi mengangguk. “Gue maafin lo, tapi kita nggak bisa balik kayak dulu. Lo tahu sendiri gue udah sama Bryan sekarang. Dan gue nggak mau balik ke masa lalu. Gue bahagia sekarang.” Lizzi menarik pergelangan tangannya.

“Aku kangen kamu, Liz” Ucap Han dengan pandangan memohon. Demi apapun Han sangat tidak ingin mengatakan hal seperti ini. Tapi ia akan lakukan segala cara agar rencananya berjalan lancar.

“Gue nggak mau nyakitin Bryan.”

“Kamu masih suka sama aku?” Entah kenapa pernyataan Han lebih seperti pernyataan.

“Kok lo ngomong gitu?” Lizzi menatap tidak suka ke arah Han.

“Karena kamu bilang kamu nggak mau nyakitin Bryan. Bukannya seharusnya kamu bilang ‘Aku cuma cinta sama Bryan’? Jadi aku anggap kamu masih suka sama aku, tapi kamu nggak mau nyakitin Bryan.”

Lizzi berdecih. “Omong kosong. Gue nggak ada perasaan apa-apa sama lo.” Lizzi segera berbalik badan untuk masuk kembali ke studio.

Namun lelaki itu kembali menahannya dan buru-buru membawa gadis itu pada pelukannya.

Han terperangah. Ada aroma yang ia kenali di sini. “Vanilla..” Han menghirup aroma Lizzi yang berada di pelukannya.

Lizzi memberontak. “Lepas!”

Han dengan kuat menahannya. “Bahkan kamu masih pakai parfum yang sama kayak yang dulu aku kasih ke kamu?”

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status