Share

Luka dan Rahasia
Luka dan Rahasia
Penulis: Ashana Gee

Satu: Misi Rahasia

“Bagaimana pun caranya, gue harus bikin keluarga Lizzi hancur!” Ucap Han sembari mengamati pemandangan kota Jakarta dari dinding kaca ruangannya yang berada di lantai 40 itu.

Demi misi balas dendam, semua rencananya harus berjalan sempurna. Toh tujuan utama Han kembali ke Jakarta adalah untuk balas dendam atas kematian ibunya yang meninggal karena sebuah kecelakaan yang direncanakan. Menghukum orang-orang yang terlibat pada tragedi yang terjadi lima tahun lalu itu. Semua orang yang terlibat di dalamnya, tidak terkecuali gadis yang pernah ia cintai di masa lalu, Lizzi.

Sudah lima tahun ia mengubur fakta ini sendirian. Sebuah fakta bahwa dalang di balik kematian ibunya adalah keluarga Lizzi. Lima tahun lalu ia tidak bisa berbuat apa-apa saat mengetahui fakta tersebut karena ia tidak memiliki kekuasaan apa pun. Tapi kali ini berbeda, ia tidak akan tinggal diam.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

“Permisi, Pak. Perkenalkan saya Alexa Jasmine yang mulai saat ini akan menjadi sekretaris Bapak.” Ucap seorang gadis berambut blonde.

Han balas tersenyum. Lalu menjabat tangan Alexa. “Saya Reyhan Ervin. Mohon kerja samanya.”

Alexa mengangguk hormat.

Sudah Han bilang bahwa kali ini ia berbeda. Ia telah resmi menjadi presdir di perusahaan miliki Calvin Gray yaitu Gray Corp. Calvin Gray adalah seseorang yang sangat berjasa dalam hidup Han. Ia sudah menganggap Han seperti anaknya sendiri. Perkataan Calvin yang akan langsung menempatkan Han untuk bekerja di perusahaannya setelah lulus kuliah di Australia adalah benar adanya.

Han terkejut saat mengetahui bahwa posisi yang diberikan itu adalah posisi presdir. Entah kenapa Calvin sangat memercayai Han. Dan Han pun tentu saja tidak akan menolak tawaran dari Calvin itu karena ia membutuhkan kekuasaan ini untuk menjalani misinya. Tapi tetap saja ia akan diawasi. Jika pekerjaannya tidak benar, mungkin ia akan langsung didepak.

Ruang kerjanya benar-benar melebihi kata mewah. Sangat luas dengan design sempurna. Pemandangan kota dapat terlihat dengan sangat jelas dari dinding kaca di sana.

“Di sini sudah ada berkas-berkas yang mungkin Bapak butuhkan untuk lebih mengetahui profil dan proses bisnis perusahaan ini.” Alexa menaruh setumpuk berkas yang sudah tersusun rapi di atasannya itu. “Selain itu, di sini ada beberapa berkas kontrak yang masih dalam proses yang mungkin ingin bapak pelajari.”

Han mengangguk-ngangguk. “Oke.”

“Kalau ada perlu apa-apa, Bapak bisa panggil saya di ruangan sebelah.” Tambah Alexa.

“Oke, terima kasih.”

“Kalau begitu saya izin kembali ke ruangan saya, Pak.” Pamit Alexa.

Han mempersilakan.

Tiba-tiba Handphone-nya berdering.

“HAN!! Wahh sombong banget lo!” Teriak Bryan di telpon tanpa basa-basi.

Han tergelak di seberang sana. Beberapa menit lalu, ia menghubungi Bryan untuk memberi tahu bahwa ia sudah berada di Jakarta sejak dua hari lalu. Setelahnya, Bryan langsung menelepon dan memarahinya.

“Parah lo! Masa balik ke Indo nggak bilang-bilang! Wahh lo anggap gue apaan, Han?”

Han masih terbahak.

“Sini lo sekarang! Atau gue datengin lo ya!” Tambah Bryan yang sama sekali tidak berniat untuk berdamai.

“Ampun bos... ampun. HAHAHA..” Ucap Han. “Sorry, Bro.. ya abisnya balik ke Indo langsung disuruh kerja nih sama juragan.” Juragan yang Han maksud adalah Calvin Gray. Ayah kandung Bryan dan orang yang telah membuatnya menjadi presdir sekarang.

Bryan dan Han bersahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah. Han pernah tinggal bersama keluarga Bryan saat ia SMA. Ia sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh keluarga Bryan. Ibunya Han yang bernama Clara meninggal karena kecelakaan. Oleh karena itu, Han dibesarkan oleh keluarga Bryan. Ayahnya? Han tidak pernah mengenal ayahnya sejak lahir. Karena Clara tidak pernah memberi tahu siapa ayah kandungnya.

Han adalah anak di luar nikah. Karena hal itu pula Clara yang berasal dari keluarga yang sangat mapan dibuang oleh keluarganya karena telah mencoreng nama baik keluarga.

Jadi setelah kematian ibunya, ia tinggal di rumah Bryan sebelum akhirnya pergi kuliah ke luar negeri 3 tahun lalu. Han juga sangat dekat dengan kedua orang tua Bryan, benar-benar sudah seperti keluarga.

Itulah mengapa Calvin Gray -ayahnya Bryan- sangat senang melihat Han lulus kuliah di luar negeri hanya dalam waktu kurang lebih 3 tahun dan menjadi lulusan cum laude.

“Papah juga kok nggak ngasih tau gue sih?”

“Lah mana gue tau, tanya deh bokap lo! Hahahaha.” Balas Han.

“Emang kalian nih sekongkol nggak ngasih tau gue kan?” Tuduh Bryan. “Udah pokoknya malem ini kita ketemu ya.”

“Oke, kasih tau aja alamatnya.”

****

Pria itu menggebrak meja di hadapannya hingga menimbulkan gema di ruangan itu. Ia sedang berada di rumah keluarga Clara yang sudah seperti istana.  “Bagaimana pun Han berhak mendapatkan warisan itu!” Ucapnya pada seorang wanita yang duduk di hadapannya.

“Kamu perlu tahu, Clara sudah tidak dianggap menjadi bagian dari keluarga kami sejak ia hamil di luar nikah!” Ucap seorang wanita yang berusia sekitar enam puluh tahun itu. Ia adalah Laras, ibu tiri Clara “Jadi, Han tidak berhak atas warisan apapun.”

“Tapi secara hukum, Clara masih tetap menjadi bagian dari keluarga kalian. Ia masih berhak mendapat warisan itu. Dan seharusnya itu diberikan pada Han setelah Clara meninggal.” Ucap Pria itu.

Wanita tua itu berdecih. “Anaknya Clara adalah anak di luar pernikahan, jadi Han tidak berhak mendapat warisan!” Laras tetap bersikeras

Pria itu menatap tajam ke arah wanita itu. “Anak di luar pernikahan tetap mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Jadi Han juga berhak mendapatkan warisan.”

Laras tidak terima.

“Almarhum suami anda akan benar-benar kecewa pada Anda. Anda hanya ibu tiri Clara yang telah merusak keluarga Clara. Anda hanya mengincar harta kekayaan keluarga konglomerat itu. Anda pikir saya tidak tahu? Anda selalu menghasut suami Anda sampai akhirnya Clara dibuang oleh keluarganya sendiri.” Ucap Pria itu.

“Diam! Kamu tidak tahu apa-apa! Ke mana saja kamu? Setelah menghamili anak saya kamu pergi meninggalkan dia dan sekarang baru datang setelah suami saya meninggal untuk meminta warisan untuk anakmu? Tidak tahu malu!” Bentak Laras.

Baiklah, untuk fakta yang satu itu, ia memang bersalah. Pria itu mengambil peran dalam merusak kehidupan Clara, semuanya adalah kesalahan pria itu. Di masa lalu ia pernah menghamili Clara, lalu pergi begitu saja meninggalkan wanita yang ia cintai dengan bayi yang dikandungnya.

Ia tahu ia memang pria egois dan brengsek. Tapi tetap saja, bagaimana bisa keluarga mereka memutus hubungan dengan anaknya begitu saja. Setidaknya untuk kali ini ia sedang berusaha menebus dosanya. Ia tidak akan pernah lagi menelantarkan anaknya, Han.

Namun tidak seperti yang dikatakan wanita itu, ia tidak datang untuk mengemis harta. Ia hanya tidak rela melihat wanita picik itu berbahagia sendiri menikmati harta kekayaan yang bukan sepenuhnya miliknya, sementara Clara dan Han dibuang begitu saja karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarga itu. Ia juga ingin wanita itu setidaknya mengakui cucunya, Han.

“Bagaimana pun Han adalah cucu Anda!”

“Aku tidak akan pernah mau mengakui dia sebagai cucuku!” Wanita itu tetap bersikeras. “Ah! Aku mau menganggap dia sebagai cucuku, asal kamu mau mengungkapkan identitas kamu pada Han.” Wanita itu tersenyum licik.

Pria itu mengepalkan tangannya.

“Lihat! Kalau dipikir-pikir, kamu dan keluarga saya tidak ada bedanya! Apa bedanya sebuah keluarga yang menelantarkan anak perempuannya dengan seorang ayah yang tidak berani menampakkan dirinya?” Ucap wanita itu. “Bagaimana?"

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status