Nerissa digosipkan tidur dengan Presdir untuk naik jabatan. Hal itu membuatnya begitu terluka. “Menikahlah denganku. Aku akan membantu kamu membalas apa yang mereka lakukan padamu.” Nerissa begitu terkejut ketika Naven Presdir Zorion Grup menawarinya menikah untuk membalas orang yang membuat gosip itu. Namun, ternyata ada kontrak pernikahan yang harus mereka sepakati. Akankah Nerissa menerima tawaran Naven itu?
View MoreSuara barito yang terdengar mengalihkan pandangan Nerissa, Ana, dan terutama Harry. Mereka tampak terkejut ketika pemilik suara itu ada di kantin kantor.Siapa lagi pemilik suara itu jika bukan Naven. Pria itu tadi hendak mengajak sang istri makan, tapi tidak mendapati sang istri di ruang kerjanya.“Aku akan duduk di sini. Jadi kamu bisa duduk di tempat lain.” Naven dengan akuhnya memberikan perintah pada Harry.“Baik, Pak.” Harry langsung mengangguk. Dia segera pergi untuk mencari meja lain.Naven segera menarik kursi di depan Nerissa. Tentu saja apa yang dilakukan Naven itu menarik perhatian karyawan-karyawan di sana.Nerissa hanya diam saja ketika melihat Naven di depannya. Meskipun sejujurnya dia cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Naven.“Aku pindah saja jika begitu.” Ana berdiri karena tak mau berada di antara pasutri.“Tidak perlu.” Nerissa langsung menarik Ana. “Duduk saja.” Dia meminta Ana untuk tetap tinggal.Nerissa tidak mau ditinggal Ana karena dia tidak mau berdua s
Naven langsung menarik tangannya menjauh dari tubuh Nerissa. Dia sebenarnya juga terkejut ketika Nerissa tiba-tiba bangun. Tak menyangka jika Nerissa akan bangun di waktu yang tidak tepat.“Apa yang Pak Naven lakukan? Apa Pak Naven mencium saya lagi?” Nerissa memegangi bibirnya. Dia takut sekali Naven mengambil kesempatan saat dia tidur.“Sembarangan siapa juga yang mau menciummu. Aku mengecek apa kamu ngiler atau tidak. Jika sampai kamu ngiler. Jas mahal aku akan basah.” Bukan Naven namanya jika tidak bisa mengelak.Reflek Nerissa langsung memegangi bibirnya. Tak ada air liur di bibirnya, artinya yang dikatakan Naven tidak benar.“Mana ada saya ngiler?” Nerissa menatap sinis pada Naven.“Aku memastikan. Jadi bisa iya, bisa tidak. Jika tidak, itu bagus.”Nerissa melirik malas pada Naven. Suaminya itu bisa saja membuatnya tidak bisa menjawab.“Mana ada aku menciummu? Lagi pula, mana bisa aku menciummu dengan posisi kepalamu miring seperti itu.” Naven masih tidak mau disalahkan.“Bisa s
Nerissa yang sedang menatap Kiki pun langsung mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Dari suara, Nerissa dan Kiki sudah tahu.Siapa lagi jika bukan Naven. Pria itu berjalan ke meja kerja Nerissa untuk menghampiri Nerissa dan Kiki.“Memberitahu apa?” Naven kembali mengulang pertanyaannya.Nerissa langsung melirik Kiki. Dia tidak mau sampai Naven tahu apa yang ditanyakan pada Kiki tadi. Jika sampai tahu, yang ada Naven akan marah padanya.“Memberitahu restoran yang enak, Pak. Saya lapar.” Nerissa memegangi perutnya agar Naven percaya. Dia menatap Kiki untuk membantunya menjawab.“Benar, Ki?” Naven menatap Kiki. Belum percaya jika Kiki belum menjawab.“Iya, Pak. Bu Nerissa menanyakan di mana restoran yang enak untuk makan malam.” Kiki memilih untuk menyelamatkan Nerissa.Nerissa merasa lega karena akhirnya Kiki menyelamatkannya. Jika begini, tentu saja dia tidak akan kena masalah.“Lalu restoran apa yang enak?” Naven menatap Kiki.Kiki tampak memikirkan restoran mana yang enak. “R
“Mau apa dia menghubungi aku?”Nerissa ragu untuk mengangkat sambungan telepon itu. Namun, jika tidak diangkat, jelas nanti dia akan dapat masalah. Bisa-bisa orang di seberang sana kesal. “Halo.” Akhrinya Nerissa mengangkat sambungan telepon tersebut.“Kenapa lama sekali? Sedang apa kamu?” tanya Naven dengan kesal, karena sambungan telepon tak kunjung diangkat. Nerissa menekuk bibirnya. Baru juga beberapa menit sudah protes saja. “Saya sedang bekerja. Apa lagi?” Dia ikut kesal ketika Naven kesal. “Ada apa menghubungi saya?”“Bengkel mana kamu menaruh mobilmu. Aku akan minta Kiki memindahkannya ke bengkelku agar segera diperbaiki.”Ternyata ketakutan yang dipikirkan Narissa salah. Dia berpikir jika Naven akan bertanya perihal kerang tadi, tapi ternyata tidak. Suaminya itu hanya menanyakan perihal mobil. “Di bengkel Jaya di jalan pahlawan.”“Baiklah, aku akan minta Kiki ke sana.”Nerissa tampak diam. Dia tampak terkejut ketika Naven susah payah menghubungi hanya untuk bertanya akan h
“Ada apa sebenarnya?” Nerissa benar-benar penasaran sekali dengan apa yang dilakukan oleh temannya itu.“Sudah ayo ikut dulu.” Ana menarik tangan Nerissa.Ana membawa Nerissa ke tangga darurat. Tentu saja itu membuat Nerissa terheran-heran. Sepenting apa sampai tidak mau ada yang dengar akan hal itu.“Ada apa?” tanya Nerissa penasaran.“Apa kamu tahu pacar Pak Naven sebelum menikah denganmu?”Mendapati pertanyaan itu jelas membuat Nerissa terkejut sekali. Tidak ada angin tidak ada hujan, Ana membahas hal itu. Jika ditanya, jelas Nerissa tidak tahu. Dia tidak pernah bertanya hal-hal semacam itu pada Naven.“Memang kenapa?”“Tadi ada karyawan yang bercerita jika pacar Pak Naven sebelum kamu adalah seorang artis.”Dahi Nerissa berkerut dalam. Masih sedikit tidak percaya jika pacar Naven adalah seorang artis. Jika ditarik garis lurus, Naven jarang bertemu dengan artis. Karena kerja sama antara perusahaan dengan artis, tidak diurus oleh Naven.“Kamu dengar gosip itu dari mana?” Nerissa ter
Langkah Nerissa terhenti ketika mendengar suara tidak asing. Padahal tadi dia sudah memastikan jika tidak ada orang tadi. Namun, tiba-tiba sekali ada suara.Tanpa harus menoleh pun, dia harusnya tahu suara siapa itu. Suara siapa lagi jika bukan Naven.Dengan segera, Nerisa langsung berbalik. Benar saja, di belakangnya ada Naven yang berdiri tak jauh dari tempatnya berpijak.Rasanya, Nerissa bingung dari mana Naven berasal. Seingatnya, saat mengintip tadi tidak ada Naven di sana.“Mau ke mana kamu?” Langkah Naven diayunkan mendekat ke Nerissa.“Saya mau kembali ke ruangan.” Nerissa berusaha tenang, meskipun sebenarnya jantungnya berdetak cukup kencang “Kembali ke ruangan tanpa permisi?” sindir Naven.Nerissa paham betul jika Naven sedang menyindirnya. Namun, Nerissa berusaha tenang.“Tadi tidak ada orang, jadi saya tidak bisa permisi-permisi.” Nerissa mencoba menjelaskan akan hal itu.“Sekarang sudah ada.” Langkah Naven berhenti tepat di depan Nerissa.“Permisi, Pak. Saya mau kembali
“Seingat saya tadi sebelum pergi ditutup, Pak.” Kiki juga merasa jika pintu tadi sudah ditutup saat pergi.Naven merasa bingung kenapa pintu ruangannya terbuka, padahal dia sudah menutup pintu sebelum pergi. Dia merasa ada yang masuk ke ruangannya saat dirinya tidak ada.“Apa saya perlu panggilkan petugas keamanan, Pak?” tanya Kiki memastikan.“Tidak perlu. Kita lihat dulu saja.” Naven merasa harus mengecek lebih dulu sebelum memanggil petugas keamanan.Naven segera masuk ke ruangan. Dia melihat ke sekitar. Memastikan ruangannya. Memastikan apakah ada orang di dalam ruangannya.Saat masuk, Naven tidak mendapati apa-apa di dalam ruangannya. Ruangan juga tampak rapi sekali. Tak terlihat ada orang yang masuk untuk merusak apa pun.“Sepertinya tidak ada yang masuk, Pak.” Kiki merasa semua masih tampak seperti semua.Naven juga merasa jika ruangannya tampak rapi. Tidak terlihat sama sekali berantakan. Jadi artinya tidak ada orang yang masuk.“Iya, sepertinya memang tidak ada yang masuk.” N
“Memang kenapa, Pak?” Kiki menatap Naven dari pantulan kaca yang ada di atas dasbor. Ingin tahu ada angin apa pagi-pagi atasanya itu membahas kerang itu.“Tadi Nerissa teriak karena memegang itu. Makanya aku ingin tahu.” Dengan polosnya Naven bercerita. Dia masih bingung dengan sikap sang istri yang pagi-pagi aneh sekali. Bagaimana bisa membicarakan kerang saat di kamar.Kiki menahan tawanya ketika dengan polosnya atasannya itu bercerita. Kadang Kiki merasa atasannya terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai tidak tahu beberapa hal.“Sebaiknya Pak Naven nanti cari saja di internet agar lebih jelasnya.” Naven hanya melirik malas pada Kiki. Bisa-bisanya asistennya itu tidak mau memberitahu. Mobil akhirnya sampai di lobi. Mereka semua turun dan meminta petugas parkir untuk memarkirkan mobil mereka. Nerissa berjalan sedikit menjauh dari suaminya. Berjalan buru-buru lebih dulu agar tidak berjalan bersama Naven. Bayangan apa yang dipegangnya tadi masih menghiasi kepalanya. “Kamu masih mara
Nerissa yang sedang tidur nyenyak merasakan sebuah tangan yang memeluknya, tapi karena dia begitu mengantuk, alhasil dia membiarkan. Makin lama pelukan itu makin erat. Tangan kokoh itu memeluk tepat di dua gundukan kenyal miliknya. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut. Buru-buru Nerissa membuka mata. Dilihatnya ada tangan pria yang sedang memegangi gundukan kenyal miliknya. Jelas itu adalah tangan Naven. Telapak tangan yang menempel pas membuat seluruh gundukan kenyal miliknya itu masuk ke dalam tangan. Lebih membuat Nerissa terkejut. Bagaimana bisa tangan menyusup lewat bawah tubuhnya dan dia tidak merasakan apa-apa. Alhasil dua tangan Naven pas memegang dua gundukan kenyal miliknya. Ini adalah kali pertama pria memegang area tubuhnya. Jadi tentu saja itu membuatnya takut sekali. Dengan segera, Nerissa menyingkirkan tangan itu. Dengan gerakan cepat pula, dia mendorong tubuh Naven undur. “Aaaacchhh .....”Namun, alangkah terkejutnya Nerissa ketika memegangi sesuatu yang t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.