Share

Ketika Target Jatuh Cinta Pada Pencuri
Ketika Target Jatuh Cinta Pada Pencuri
Author: SayaNi

Episode 1. Salah Prediksi

Eoghan Thornton, sosok berkepribadian tangguh dan wajah tampan yang kerap muncul di sampul majalah bisnis, memerintah dengan elegansi. Sebagai pembisnis sukses yang melambung tinggi di dunia korporat, kehidupannya dihiasi dengan kekayaan dan kekuasaan. Mansion megahnya, setinggi ambisi dan setajam intuisinya.

Di balik tirai sutra yang tebal, diterangi lampu-lampu gantung bergaya vintage, Eoghan duduk di kursi kulit mewahnya. Ruangan itu diisi dengan senyuman keluarga yang dilukiskan dalam potret masa lalu, mencerminkan warisan keluarga yang kaya raya.

Sebagai pewaris kekayaan keluarganya, dirinya terbiasa dengan dunia aristokrasi yang dikelilingi oleh karya seni mahal dan perabotan bersejarah yang disusun rapi.

Di sisi lain bangunan mansion-nya, seorang wanita bernama Serena merayap dengan hati-hati. Dahulu, dia adalah seorang kurator seni, membenamkan dirinya dalam keindahan dan sejarah seni. Namun, kini dia telah menjelma menjadi penjahat yang berprofesi sebagai pencuri spesialis benda seni.

Plan dan skema penyusupannya telah disusun dengan cermat. Di balik gaun hitam yang memeluk tubuhnya, Serena menyelinap ke dalam mansion megah Eoghan dengan hati-hati, gaun hitamnya melambai lembut di setiap langkah.

Eoghan, sibuk merayakan kegagalan perjodohannya dengan sebotol anggur merah di balkon mansion-nya. Pandangannya terfokus pada langit malam yang berkilauan, dan hatinya dipenuhi kepuasan.

Namun, ketika Serena menyelinap melalui lorong menuju ruang brankas, nasibnya mulai berubah. Dalam keheningan malam, sebuah guci antik di atas meja kayu terjatuh dan pecah, memecahkan kenyamanan yang ada. Suara nyaring pecahan kaca itu membuat Eoghan terhenti dari euforia mabuknya.

Mata mereka bertemu melalui jendela, dan dalam sekejap, atmosfer malam berubah. Eoghan, yang seharusnya tenggelam dalam perayaannya, merasa terganggu oleh kehadiran sosok yang asing. Serena, dengan sigap bersembunyi di balik pilar.

"Siapa kau?" desis Eoghan, langkah-langkahnya yang mabuk mendekat ke tempat Serena berdiri.

Serena, tanpa kehilangan ketenangan, menjawab dengan suara lembut, "Maafkan saya, Tuan. Saya pelayan baru."

Namun, kecurigaan Eoghan terus berkobar. "Ini ruang pribadiku! Apa yang kau cari di sini?" tanyanya dengan nada yang meninggi.

Mereka saling berhadapan di koridor yang dipenuhi keheningan. Serena mencoba menjelaskan, tetapi Eoghan, yang dipenuhi rasa tidak percaya dan kemarahan, tidak menerima penjelasannya.

"Ini malam ulang tahunku, bukan?" ucap Eoghan tiba-tiba, seolah-olah menemukan solusi yang masuk akal. Dengan pandangan mabuknya, dia mengira Serena adalah wanita yang dibawa oleh Daniel untuknya.

Serena, terkejut oleh perubahan arah pembicaraan, mencoba menjelaskan bahwa itu hanyalah kesalahan. Namun, Eoghan, yang terlanjur yakin dengan pandangannya sendiri, merasa dihibur oleh hadirnya Serena.

"Marilah kita nikmati malam ini bersama," ajak Eoghan dengan antusias.

Eoghan, masih penuh dengan keyakinan yang salah, mengajak Serena untuk duduk. Sofa kulit yang lembut dan lampu gantung kristal menciptakan atmosfer yang kontras dengan ketegangan di antara mereka.

Serena, yang tidak ingin memperburuk situasi, menuruti ajakan Eoghan. Namun, ia menyadari bahwa harus menemukan cara untuk bisa kabur dari Eoghan.

"Saya benar benar seorang pelayan di sini," ucap Serena, mencoba memberikan penjelasan yang sederhana.

Eoghan memperhatikan dan mengamati Serena lebih dalam, dia terkejut oleh kecantikan Serena yang bersinar di bawah gaun hitamnya. Keyakinannya pada kejutan ulang tahun semakin kuat.

"Kau terlalu cantik untuk itu," sahut Eoghan, masih tertutup oleh keyakinannya sendiri.

Eoghan, masih terhanyut dalam keyakinannya yang salah, menuangkan anggur ke dalam dua gelas kristal.

"Kita bisa merayakan malam ulang tahunku bersama," kata Eoghan, mengangkat gelasnya dengan senyum yang mabuk.

Serena yakin bahwa Eoghan yang sudah tampak sangat mabuk akan segera roboh. Dia mengangkat gelasnya dan menjawab, "Tentu, selamat ulang tahun Tuan,"

Malam itu, Serena yang tidak pernah meminum alkohol itu mengambil keputusan berisiko dengan meneguk anggur pemberian Eoghan, sebagai langkah yang diambilnya untuk meredakan kecurigaan.

Eoghan yang terhanyut dalam keadaan mabuknya, bercerita tanpa henti tentang kisah lucu mengenai salah satu bawahannya. Serena berpura-pura tertarik, tersenyum dan mengangguk setiap kali Eoghan mengakhiri setiap ceritanya.

"Kau tahu, dia yang paling aneh. Selalu membuatku tertawa setiap kali dia berada di sekitar," ujar Eoghan sambil mengisyaratkan ke arah sofa yang kosong, seakan-akan bawahannya itu duduk di sana.

Serena memainkan perannya dengan baik, "Benar-benar lucu, Tuan Thornton. Saya bisa membayangkan betapa menghiburnya dia."

Eoghan, semakin terhanyut dalam ceritanya, tertawa terbahak-bahak. Sementara Serena menjaga penampilannya.

Di tengah tawa yang merayap hingga ke seluruh ruangan, Serena mencoba mengukur momen yang tepat. Ia merasa yakin bahwa sebentar lagi, Eoghan akan menyerah pada efek alkohol, memberinya peluang untuk melanjutkan aksinya mencuri.

Namun, perkiraannya meleset. Keadaan berubah ketika Serena, yang sebelumnya tampil begitu percaya diri, tiba-tiba merasa dunianya berputar. Rasa yang tak bisa dihindari terus menghampirinya, dan tanpa terasa, langkahnya menjadi goyah. Di antara tawa dan cerita Eoghan yang semakin merayap ke telinganya, Serena jatuh tumbang lebih dulu karena mabuk.

Keesokan paginya, Serena terbangun dengan kepala yang terasa berat, mendapati dirinya berada di tempat tidur yang tak dia kenal. Suasana kamar mewah yang dipenuhi dengan cahaya lembut matahari memperjelas betapa kontrasnya malam sebelumnya. Matahari pagi yang lembut itu menyinari selimut sutra yang tergeletak begitu indah di atas tempat tidur besar berbalut linen putih.

Desain interior yang elegan menciptakan suasana yang damai, dengan tirai yang terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari pagi menyelinap masuk dan menari-nari di permukaan lantai marmer.

Serena, yang duduk di ujung tempat tidur yang lembut, merasakan sentuhan sutra yang mewah di ujung jarinya. Karpet tebal di bawah tempat tidur memberikan sentuhan hangat pada suasana pagi itu.

Saat gadis itu mencoba memahami bagaimana malam itu berakhir dengan keadaan seperti ini, Eoghan tiba tiba muncul dari pintu kayu yang menjulang tinggi.

Eoghan, dengan langkahnya yang tenang, membawa aroma harum kopi segar ke dalam kamar.

"Selamat pagi," sapa Eoghan dengan senyum hangat, sembari menempatkan secangkir kopi di meja samping tempat tidur.

Serena, dengan pandangan bingung, menatap sekeliling kamar yang dipenuhi dengan unsur kemewahan. Kaca jendela dari lantai ke langit-langit menampilkan pemandangan taman yang hijau.

"Kau tidur nyenyak semalaman," sambung Eoghan, mencoba memecah keheningan.

Serena mencoba merangkai ingatannya. Hal yang terjadi tidak sesuai dengan rencananya, pandangannya mencari petunjuk di sekitarnya. "Apa yang terjadi tadi malam?"

Eoghan tersenyum, mencoba memberikan penjelasan ringan. "Kita menyulap tadi malam menjadi suatu kenangan yang tidak terlupakan."

Penjelasan absurd Eoghan, membuat Serena mengira tadi malam mereka telah melakukan perbuatan tak terpuji yang menodai kesuciannya. Tebakannya diperkuat dengan dirinya yang kini hanya mengenakan pakai dalam.

Dengan frustrasi Serena merutuki kecerobohannya yang meneguk benda terlarang tadi malam.

Eoghan tertawa kecil sembari menyeruput kopinya, memperhatikan Serena yang sedang berusaha membungkus rapat tubuhnya.

Pemandangan itu adalah tontonan yang menarik baginya.

Serena menatap tajam ke arah Eoghan yang sedang mengamatinya dengan secangkir kopi.

Hal pertama yang direncanakannya adalah meninggalkan mansion Eoghan tanpa membongkar identitasnya sebagai pencuri.

Namun dia lupa, tadi malam dia berperan menjadi seorang pelayan atau seorang wanita bayaran yang melayani Eoghan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status