Serena berusaha mempertahankan ketenangannya, dan berkata, "maaf, Tuan. Saya harus segera pergi."
Eoghan menaikan sebelah alisnya, tersenyum, dan berkata, "silahkan, kau bisa melihat pintu keluarnya."Serena yang cemas akan situasinya yang semakin rumit melanjutkan, "tapi, pakaian saya—""Eoghan Thornton!" Teriakan tiba-tiba seorang wanita yang memasuki kamar Eoghan membuat Serena terkejut. Wanita asing itu membawa aura keanggunan, rambut abu-abu violet terpelihara rapi. Langkah mantap dan pandangan tajamnya membuat ketegangan di kamar itu semakin terasa.Eoghan menyambut ibunya dengan senyum tipis, "Hai Mom!"berusaha menyembunyikan ketidaknyamanan di matanya."Dasar anak durhaka!" teriak Caroline, Dia langsung terbang menemui Eoghan begitu mendengar putranya menghancurkan perjodohan yang direncanakannya.Caroline dengan sorot mata yang observatif, memeriksa seluruh ruangan seakan menganalisis setiap detail."Oh Dear, Mommy tidak tahu kau punya pacar. Siapa dia?" tanya Caroline dengan sorot matanya yang tajam mengamati Serena yang terbalut selimut.Eoghan berusaha menjelaskan, "Mom, dia bukan pacarku. Dia hanya..."Caroline dengan ramah memotongnya, "tidak perlu terlalu malu, anakku. Dia sepertinya cukup cantik."Serena, terjebak dalam situasi yang semakin rumit, berusaha menjelaskan, "Maaf, bukan niat saya untuk... ."Caroline tersenyum dengan keramahan yang melegakan. "Tidak masalah, Sayang. Apa kamu ingin sarapan bersama?"Eoghan dan Serena saling pandang. Serena tidak ingin lebih lama lagi berada di tengah-tengah penghuni mansion yang hendak dia curi."Mom," ujar Eoghan dengan senyum tenang.Caroline mengamati Serena sekali lagi, dan tersenyum anggun berkata, "kau harus memberi penjelasan, Eoghan." lalu pergi meninggalkan kamar putranya.Saat Caroline telah pergi meninggalkan mereka, Serena kembali menatap tajam ke arah Eoghan, "Tuan, sebaiknya Tuan segera mengembalikan pakaian saya, dan saya akan pergi dengan tenang dari sini,""Pakaianmu ada di dalam sana," Eoghan menunjuk ke arah sebuah paper bag yang sejak tadi ada di atas tempat tidur bersama Serena. Dia mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum singkat. "Oh!" seru Serena sambil menggeser tubuhnya, mengambil paper bag yang tak terlihat olehnya sejak tadi. Hatinya berdebar saat dia menemukan pakaian baru yang terbungkus rapi, disertai dengan label elegan yang menyiratkan kualitas istimewa.Gadis itu benar benar malu, jika dia menyadari ada pakaiannya di sana lebih cepat, dirinya mungkin bisa langsung kabur lebih cepat tanpa membuat drama dengan Eoghan Thornton."Seseorang sudah menunggumu di luar, dia akan mengantarmu," kata Eoghan dengan tenang, melangkah keluar dari kamar itu.Begitu Eoghan menghilang di balik pintu kayu yang menjulang tinggi, Serena segera mengeluarkan pakaian dari dalam paper bag. Keningnya sedikit berkerut melihat sebuah bungkusan berwarna coklat yang berisikan uang.Mengabaikan segepok uang yang begitu menggoda, Serena dengan cepat mengenakan gaun yang lembut dan berkilau.Dia tidak akan mengambil uang itu. Dia adalah pencuri, bukan wanita bayaran.Leal, pelayan yang bekerja di mansion keluarga Thornton berdiri di depan kamar, menunggu dengan sabar. Kehadiran Serena di mansion keluarga Thornton sebagai seorang pelayan sebulan lalu mencuri perhatiannya. Kecantikan gadis itu terlalu mencolok, rambut hitam pekat terurai dengan anggun, mata hazel dan senyuman lembut yang menghiasi wajahnya."Selamat pagi, Nona Serena," sapanya dengan senyum memandang rendah. Serena membenci tatapan itu, tapi situasinya yang bermalam di kamar Eoghan memang sulit untuk membantah bahwa dirinya adalah gadis tidak bersalah.Mereka melangkah bersama melalui lorong-lorong yang dihiasi oleh lukisan-lukisan bersejarah dan lampu gantung mewah, menciptakan atmosfer kemewahan di dalam mansion.Serena, tak percaya bahwa setelah upayanya menyusup sebagai pelayan di mansion Eoghan sebulan lalu untuk mencuri dari rumah yang dipenuhi dengan barang seni bersejarah bisa berakhir dengan kegagalan. Selama ini, dia lincah dalam setiap langkah, tetapi ruangan yang dimasukinya tadi malam dipenuhi oleh berbagai guci dari penjuru dunia. Guci-guci itu, sialnya, menggagalkan rencananya.Serena terus melangkah di samping Leal, mencoba menyembunyikan kekesalan di wajahnya. Bukannya berhasil mencuri berlian Blue Moon yang dimiliki Eoghan Thornton, pria itu malah mencuri miliknya yang berharga.***Setelah keluar dari mansion Thornton, Serena langsung kembali ke apartemennya. Perasaan kecewa merasuki setiap tarikan napasnya. Dia meraih ponselnya, menelusuri kontak hingga menemukan nama 'Ewan', sahabat sejak bayi sekaligus partner setianya dalam dunia pencurian.Setelah beberapa kali nada sambung, suara akrab Ewan terdengar di seberang sana dengan antusias, ["Hey Serena! Ada apa?"]"Kegagalan, Ewan," Serena menghela napas. "Sialan guci-guci itu. Aku tidak bisa mendapatkan Blue Moon."Ewan kemudian bertanya antusias, ["kau baik baik saja, kan?"]Serena terdiam sejenak, "Ya, aku baik baik saja, aku adalah Serena yang ahli menyelamatkan diri," katanya bernada menyombongkan dirinya.["Kau membuatku khawatir, semalaman."]"Ewan," panggil Serena dengan suara lembut melalui ponselnya, "sepertinya aku harus melakukan pekerjaan normal untuk sementara waktu."["Tentu, Serena. Aku akan melihat apa yang bisa aku temukan."]"Trims!" Serena mengakhiri panggilan teleponnya, dan merebahkan dirinya di atas kasurnya yang nyaman.Menatap langit langit apartemennya sembari merenungkan nasibnya.Dua tahun lalu dia pernah bangga dengan profesinya sebagai kurator seni di sebuah galeri. Namun saat terjadi kasus penjualan lukisan palsu, dirinya dijadikan kambing hitam sebagai orang yang bertanggung-jawab. Para petinggi menyalahkan Serena untuk menyelamatkan reputasi Gallery, dan menghancurkan karirnya.Dihantui oleh tuduhan palsu dan hujatan publik, Serena terpaksa bersembunyi. Dalam putus asa, dia merencanakan pelarian ke luar negeri untuk memulai hidup baru. Namun, untuk rencananya itu dia membutuhkan banyak uang.****Malam harinya, Serena mendapati Ewan membawa dirinya berada di pintu masuk ke 'Elysium', sebuah klub mewah tempat para orang kaya menghabiskan waktu mereka.Cahaya lampu sorot bergemerlapan, memantulkan keglamoran di sekelilingnya. Suasana di dalam dipenuhi dengan tawa lembut, musik yang menghentak, dan percakapan yang penuh dengan nada bisnis.Di tengah gemerlapnya lampu dan suasana penuh gaya, Serena merasakan gelegar musik yang menghipnotis begitu memasuki klub tersebut. Bartender di bar melayani koktail eksklusif, sementara pelayan-pelayan dengan pakaian rapi bergerak gesit menawarkan hidangan lezat kepada para tamu.Serena merayap melewati kerumunan mengikuti Ewan, menyaksikan perbincangan yang penuh intrik dan senyum penuh arti. Di tengah-tengah ruangan, ada beberapa sofa kulit yang nyaman tempat para elit bisnis dan selebriti berbaur, merencanakan kesepakatan bisnis dan menjalin hubungan yang saling menguntungkan.Ketika Serena menemukan sudut yang lebih tenang, dia memerhatikan tarian gemulai yang menarik perhatian di lantai dansa, mengisyaratkan bahwa kehidupan malam di Elysium adalah pertunjukan yang tak pernah berakhir.Dengan sekilas, Serena memahami bahwa klub ini bukan hanya tempat, melainkan panggung bagi drama dan kehidupan malam kelas atas."Ewan, pekerjaan sebagai pelayan di klub? Kenapa tidak sesuatu yang lebih normal?" protes Serena dengan ekspresi kesal.Ewan dengan senyum khasnya mencoba menjelaskan, "Serena, ini bukan hanya pekerjaan biasa. Kau bisa mendapatkan banyak informasi di sini,"Serena sambil menggelengkan kepala merasa tidak puas dengan pilihan pekerjaan tersebut. "Aku butuh sesuatu yang lebih normal, Ewan. Bukan berurusan dengan klub mewah seperti ini."Ewan mencoba meyakinkannya, "Ini hanya sementara, Serena. Duduklah di sini, kau bisa mempertimbangkannya sembari menungguku bekerja. Aku akan kembali dua jam lagi," pria itu mengedipkan sebelah matanya dan menghilang di tengah tengah kerumunan.Di tengah keramaian dan kebisingan klub itu, Serena merasa tidak nyaman. Tanpa ragu, dia mengeluarkan AirPods-nya, memasangnya dengan cermat, dan memulai musik klasik dari ponselnya. Melalui melodi yang mendamaikan, Serena menciptakan dunianya sendiri yang tenang, memisahkan dirinya dari hiruk-pikuk di sekelilingnya.Dalam kedalaman melodi klasik yang membelai telinganya melalui AirPods-nya, dia tak menyadari bahwa tatapan tajam seorang pria telah menyorot dirinya. Seorang pria bertubuh tegap menyaksikan Serena dengan penuh perhatian. Dia mengamati penampilan Serena dengan cermat, membandingkan setiap detail dengan sebuah foto Serena di layar ponselnya."Nona Serena?" Pria bertubuh tegap berwajah tegas yang sedari tadi memperhatikan Serena akhirnya menyapa gadis itu untuk memastikan dirinya tak salah mengenali gadis yang sedang dicari. Suaranya terdengar tegas dengan penampilannya yang serius. Serena yang tenggelam dalam alunan musik dari Airpods di telinganya, tak menyadari seseorang menegurnya. Pria itu dengan cekatan mencabut benda mungil yang terpasang di telinga Serena, membuat gadis itu terkejut dan refleks memukul tangan yang mencoba mengganggunya. Namun sayangnya, pria itu memiliki otot yang kokoh."Auch!" Serena menahan sakit di tangannya yang baru saja menghantam sesuatu yang keras. "Siapa kau? Dan mau apa?!" tanyanya dengan berteriak keras. suaranya mencerminkan kombinasi antara ketakutan dan kebingungan."Apakah Anda bernama Serena?" tanya pria itu dengan tegas dan sorot mata tajam.Serena memperhatikan penampilan pria yang mirip dengan petugas keamanan di klub Elysium itu, dia mengira pria itu adalah temannya Ewan. "Ya,
Lampu gantung yang berkilauan tergantung dengan tenang di ruang makan mansion keluarga Thornton. Caroline, duduk di ujung meja makan yang terbuat dari kayu jati yang kokoh. Eoghan, putra semata wayangnya yang hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk makan bersama, kini duduk di hadapannya. "Mommy menerima laporan kalau kau sering pulang ke mansion. Ternyata itu karena pelayan wanita itu," cibir Caroline, suaranya terdengar anggun namun dingin. Dia tahu putranya itu datang menemuinya karena Serena. "Luangkan waktumu lusa, dia adalah putri gubernur, kau pasti menyukainya setelah bertemu dengannya," imbuh Caroline sambil memotong steak yang tertata baik di hadapannya dengan gerakan yang elegan.Eoghan merespon dengan nada dingin, "Mom, jangan terus menambah daftar wanita yang mengutukku."Caroline tersenyum licik, "Jika tidak ingin wanita yang membencimu bertambah, maka menikahlah! Kau ingin mommy mati begitu saja tanpa memiliki cucu? Menikahlah dengan wanita yang Mommy pilihkan kali
Orang suruhan Eoghan mengantar Serena pulang setelah gadis itu menyelesaikan makan malamnya.Setelah berhasil mengecoh orang suruhan Eoghan mengenai tempat tinggalnya, Serena pergi naik bus menuju apartmentnya.Dia adalah seorang pencuri, tentu saja segala sesuatu mengenai dirinya harus rahasia. Termasuk tempat tinggalnya. Begitu tiba di apartemennya yang hangat dengan cahaya lampu yang menerangi seluruh ruangan, Serena duduk kursi meja kerjanya. Dengan santai dia mengambil salah satu ponsel dari laci meja, memeriksa beberapa pesan dan email yang masuk. Salah satu email dengan subjek 'Undangan Kolaborasi' menarik perhatiannya. Isinya merupakan undangan dari Artistry Innovations Co, sebuah perusahaan kreatif yang ingin merekrutnya sebagai Konsultan Kreatif. Perusahaan tersebut mengungkapkan kekagumannya terhadap portofolio yang Serena miliki. Sesaat dirinya sedikit bangga dengan tawaran bergengsi itu. Sebuah perusahaan besar tertarik dengan keahliannya, bukan skandal yang menimpanya
Di trotoar tepi jalan, Serena melompat lompat kecil untuk menghilangkan hawa dingin malam itu. Gadis itu menunggu sesuatu di sana.Dia yakin mobil yang membawa Tim Cooker akan melewati jalan itu. Benar saja, sebuah Bentley Limousine milik Tim Cooker melewati Serena. Serena menatap iba mobil panjang yang baru saja melewatinya begitu saja. Apakah rencananya gagal?"Sudahlah! memang tak semudah itu menarik perhatian tuan Tim Cooker!" gerutunya sembari mengeluarkan ponselnya untuk memesan uber. Rencananya untuk diberi tumpangan oleh Tim Cooker gagal. Dia harus pulang."Nona," suara tegas seorang pria membuat Serena mendongakkan kepalanya.Gadis itu melirik mobil mewah yang tadi melewatinya kini terpakir di hadapannya. Rencananya tidak gagal?"Tuan Cooker ingin bertemu dengan Nona," pria berpostur tinggi itu membukakan pintu penumpang untuk Serena.Serena meneguk salivanya dan masuk ke dalam. Duduk di atas kursi yang nyaman.Suasana aneh dirasakan Serena ketika pintu di sebelahnya ditutup.
Di depan Manggis tower, Serena berdiri ragu untuk masuk ke dalam. Sejak kemarin, hatinya bertanya bingung mengapa Tuan Cooker menunjukkan kemurahan hati dengan menawarkan kerja magang di perusahaan miliknya. Gadis itu yakin, tawaran kerja magang itu adalah jebakan dari tuan Cooker. Pria itu pasti ingin menghukumnya karena telah berbohong dengan nama Runa dan soal penyakit.Tapi, mungkin saja tuan Tim Cooker yang masih percaya dengan kebohongannya itu memang sosok yang dermawan dan murah hati."Apakah rumor tentang tuan Cooker yang memiliki yayasan beasiswa khusus untuk anak anak yang bernama Runa itu benar?" gumamnya sembari menatap pintu masuk Manggis Tower sekali lagi. Serena menarik napas dalam dan melangkah dengan tenang menuju meja informasi. Dengan riasannya, tidak ada yang akan mengenalinya sebagai Serena. Dia yakin akan hal itu, karena Eoghan tidak mengenalinya tadi malam.Sebenarnya dia melihat Eoghan di antara tamu Braun. Tetapi pria itu tampak seperti tidak mengenalinya.
"Tuan, saya benar benar minta maaf. Tadi saya hanya bercanda dengan wanita tadi," jelas Serena memelas."Aku tidak akan memaafkan orang yang menjadikan namaku sebagai bahan bercandaan," tegas Eoghan. Wajahnya datar, menatap lurus ke depan. Daniel yang duduk di depan mereka sedang mengemudikan mobil menuju kantor pernikahan Menhanttam dengan tenang.Serena menatap siluet Eoghan dengan bingung, mencoba membaca isi pikiran pria itu. "Apakah Tuan benar-benar akan mendaftarkan pernikahan kita?" tanyanya hati hati.Eoghan menoleh ke arah Serena dan tersenyum miring, "Karena kau mengaku sebagai istriku, bukan kah lebih baik jika aku menjadi suamimu?"Serena dengan cepat menggeleng, "Tidak- tidak! Saya tidak mau menikah dengan tuan," jawabnya bersemangat sembari kedua tangannya menyapu-nyapu udara."Mengapa? Apa kau lebih tertarik menjadi simpanan pria kaya tua seperti Tim?" ledek Eoghan.Serena menatap Eoghan jengah, mengapa pria itu mengira dirinya adalah wanita gold digger. Harga dirinya se
Sejak masih di dalam kandungan, Serena tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Baru berusia satu bulan, dia sudah berada di panti asuhan. Anak yang hidup sebatang kara tanpa memiliki privilege seperti dirinya harus berjuang berkali-kali lipat untuk bisa terus melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa. Dan untuk mendapatkan pekerjaan, dia juga harus berjuang lebih keras.Selama ini, Serena menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk belajar, bekerja, dan mencari uang. Tanpa memiliki kehidupan sosial dan asmara. Sekarang, dia menikah? Dia baru saja melangsungkan pernikahan kilat. Benar-benar gila. Bagaimana bisa dia, yang telah menjalani hidup dengan penuh perjuangan, akhirnya terjebak dalam pernikahan yang bukan atas pilihannya sendiri?Serena menatap tajam tangan kanannya yang telah mengkhianatinya. Tangan itu menandatangani surat menikah karena tidak ingin Eoghan menggugatnya atas pencemaran nama baik. Rasanya seolah dia telah menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak adil, merenggut se
Menyeret Serena ke biro pernikahan Menhanttam adalah di luar rencana Eoghan. Dia terpaksa menunda jadwal kegiatannya karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membuat Serena menjadi istrinya dengan cepat. Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda, dia langsung segera pulang. Tidak sabar untuk mengganggu istri barunya itu.Suasana sangat tenang begitu Eoghan tiba di unit apartmentnya. Dia mendapati Serena tengah tertidur pulas di atas sofa ruang tengah ditemani oleh patung kelinci yang terbuat dari stainless steel. Itu adalah patung yang dibelinya seharga 50jt di pelelangan New York. "Kau selalu membuatku ingin mencari tahu lebih banyak tentangmu," gumam Eoghan seraya mengembalikan patung kelinci miliknya ketempat semula. Saat hendak menggedong istri barunya ke kamar tanpa membangunkannya, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya. Eoghan pergi ke kamarnya, dan meninggalkan Serena di sofa. .***Keesokan paginya Serena yang tidur semalaman di sofa dibangunkan oleh suara