Lampu gantung yang berkilauan tergantung dengan tenang di ruang makan mansion keluarga Thornton. Caroline, duduk di ujung meja makan yang terbuat dari kayu jati yang kokoh.
Eoghan, putra semata wayangnya yang hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk makan bersama, kini duduk di hadapannya."Mommy menerima laporan kalau kau sering pulang ke mansion. Ternyata itu karena pelayan wanita itu," cibir Caroline, suaranya terdengar anggun namun dingin. Dia tahu putranya itu datang menemuinya karena Serena. "Luangkan waktumu lusa, dia adalah putri gubernur, kau pasti menyukainya setelah bertemu dengannya," imbuh Caroline sambil memotong steak yang tertata baik di hadapannya dengan gerakan yang elegan.Eoghan merespon dengan nada dingin, "Mom, jangan terus menambah daftar wanita yang mengutukku."Caroline tersenyum licik, "Jika tidak ingin wanita yang membencimu bertambah, maka menikahlah! Kau ingin mommy mati begitu saja tanpa memiliki cucu? Menikahlah dengan wanita yang Mommy pilihkan kali ini."Eoghan tanpa ragu menyatakan, "berhentilah mencari calon istri yang lain untukku. Aku akan menikahi wanita yang Mommy kurung itu." Dia tersenyum tak kalah licik dengan Caroline.Caroline terkejut, dan menatap Eoghan dengan mata yang penuh kebingungan dan ketidaksetujuan. "Berhenti bermain-main Eoghan! kau tahu dengan baik jika wanita seperti itu tidak bisa menjadi bagian dari keluarga Thornton. Daddy, dan Mommy sudah saatnya melihat cucu.""Kalian akan mendapatkan cucu darinya," Eoghan berkata dengan tenang setenang pisau dan garpu yang menyentuh piring."Eoghan!" Caroline menatap putranya dengan tegas, "Jangan membuat Mommy mengusirmu. Daddy-mu juga tidak akan ragu untuk menghapus namamu dari ahli waris!" imbuhnya kemudian.Eoghan menjawab dengan tenang, "Kalian tidak akan melakukannya." Senyumnya menyiratkan keyakinan yang kuat.Caroline mencoba tetap tenang dan anggun saat mengeluarkan gas karbon dioksida perlahan. "Mommy akan membiarkanmu bermain-main dengan pelayan wanita itu, dengan syarat kau menikah dengan Mia White. Bagaimana?" tawarnya, berusaha bernegosiasi dengan putranya.Eoghan menyudahi makan malamnya dan berdiri, berjalan mendekati Caroline. "Jaga kesehatan Mommy, goodnight," katanya setelah mengcup pipi wanita yang telah melahirkannya 34 tahun lalu.Tidak ada gunanya terus berdebat dengan ibunya. Perjodohan itu tidak akan pernah berakhir. Setiap kali dia berhasil menggagalkan perjodohannya, akan selalu ada lagi wanita baru. Kedua orang tuanya sepertinya tidak akan pernah kehabisan kandidat. Gagal satu, datang seribu.Eoghan meninggalkan ruang makan, menghilang di balik pintu besar di salah satu dinding ruangan, setelah seorang pelayan membukakan pintu untuknya.****Sementara itu, Serena yang telah terkurung di dalam kamar selama dua hari tanpa ponselnya, tampak sangat bosan.Krek! Terdengar seseorang membuka pintu kamarnya. Serena, yang sedang berbaring di lantai, mengabaikan suara seseorang yang masuk."Apa kau membawa es krimnya?" tanyanya tanpa mengangkat pandangannya untuk melihat siapa yang datang."Apa yang sedang kau lakukan?" suara Eoghan mengagetkan Serena. Dengan cepat, gadis itu berdiri tegak menghadap Eoghan.Dia melirik Lillian di belakang Eoghan yang membawa makan malam untuknya. "Saya sedang berolahraga," jawabnya kepada Eoghan sambil menghampiri makan malam yang telah diletakkan oleh Lillian di atas meja kamar."Maaf, aku tidak bisa membawakanmu es krim," bisik Lillian dan bergegas pergi keluar meninggalkan Serena dengan Eoghan."Apa kau begitu menikmati tinggal di sini? Mengapa kau membiarkan ibuku mengurungmu di sini?" tanya Eoghan bernada sindiran.Dia memperhatikan Serena yang tengah menyantap makan malamnya dengan khidmat, mengamati wanita yang mengabaikannya demi makanan. Apakah kali ini dirinya dikalahkan oleh makanan?"Tuan, saya ini hanya seorang pelayan, tidak ada yang bisa saya lakukan. Seharusnya Tuan menjelaskan kepada nyonya besar kalau Tuan tidak menghamili saya."Eoghan berjalan mendekati Serena dengan perlahan, langkahnya cukup tenang. "Aku adalah pria yang bertanggung jawab. Aku akan menikahimu."Serena hampir tersedak oleh sebutir nasi di mulutnya karena terkejut dengan perkataan Eoghan. "Tuan jangan bercanda, kemarin saya hampir tertipu dan frustrasi karena berpikir Tuan mengambil keperawanan saya. Menikah? Sebaliknya, saya meminta kompensasi, karena Tuan telah membuka baju saya."Eoghan tersenyum tipis mendengar pengakuan Serena tentang masih perawan. "Aku meminta pelayan membuka pakaianmu, karena kau muntah begitu banyak. Aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita yang baru saja mengeluarkan sesuatu yang menjijikan. Ah...," dia menjeda kalimatnya seperti memikirkan sesuatu, "Haruskan aku memintamu untuk membayar kerugian yang aku alami? Keramik yang kau pecahkan adalah Delft yang kubeli di Belanda."Serena terkejut mendengar tuntutan pembayaran. "Saya menjadi mabuk karena Tuan meminta saya untuk minum, bagaimana kalau kita anggap—," dia terdiam begitu menyadari Eoghan telah berdiri di dekatnya. Pria itu menatap wajahnya dengan tajam, dengan jarak yang cukup dekat dengan wajahnya. Naluri femininnya tidak bisa menyangkal ketampanan Eoghan."Apakah kau memiliki motif tersembunyi di balik menjadi pelayan di keluarga Thornton?" tanya Eoghan, sambil menarik dirinya menjauh. Dia merogoh sakunya, dan mengembalikan ponsel Serena yang sempat ditahan oleh orang suruhan ibunya.Serena langsung mengambil ponselnya dengan sukacita. "Tentu saja, demi uang. Saya butuh pekerjaan," ucapnya dengan tegas, sebelum kembali melanjutkan makan malamnya. "Saya akan pergi setelah ini selesai," tambahnya kemudian. "Ya, pergilah, kau kan sudah dipecat. Aku akan memastikan nyonya Caroline tidak akan mengganggumu lagi. Serena Owen, jangan sampai kita bertemu lagi," kata Eoghan sembari berjalan menuju pintu kamarnya."Baik, Tuan," jawab Serena dengan hormatEoghan tersenyum miring mendengar jawaban Serena. Tentu saja mereka akan bertemu lagi. Dia sangat yakin akan hal itu, karena sudah membuat rencana untuk itu.Orang suruhan Eoghan mengantar Serena pulang setelah gadis itu menyelesaikan makan malamnya.Setelah berhasil mengecoh orang suruhan Eoghan mengenai tempat tinggalnya, Serena pergi naik bus menuju apartmentnya.Dia adalah seorang pencuri, tentu saja segala sesuatu mengenai dirinya harus rahasia. Termasuk tempat tinggalnya. Begitu tiba di apartemennya yang hangat dengan cahaya lampu yang menerangi seluruh ruangan, Serena duduk kursi meja kerjanya. Dengan santai dia mengambil salah satu ponsel dari laci meja, memeriksa beberapa pesan dan email yang masuk. Salah satu email dengan subjek 'Undangan Kolaborasi' menarik perhatiannya. Isinya merupakan undangan dari Artistry Innovations Co, sebuah perusahaan kreatif yang ingin merekrutnya sebagai Konsultan Kreatif. Perusahaan tersebut mengungkapkan kekagumannya terhadap portofolio yang Serena miliki. Sesaat dirinya sedikit bangga dengan tawaran bergengsi itu. Sebuah perusahaan besar tertarik dengan keahliannya, bukan skandal yang menimpanya
Di trotoar tepi jalan, Serena melompat lompat kecil untuk menghilangkan hawa dingin malam itu. Gadis itu menunggu sesuatu di sana.Dia yakin mobil yang membawa Tim Cooker akan melewati jalan itu. Benar saja, sebuah Bentley Limousine milik Tim Cooker melewati Serena. Serena menatap iba mobil panjang yang baru saja melewatinya begitu saja. Apakah rencananya gagal?"Sudahlah! memang tak semudah itu menarik perhatian tuan Tim Cooker!" gerutunya sembari mengeluarkan ponselnya untuk memesan uber. Rencananya untuk diberi tumpangan oleh Tim Cooker gagal. Dia harus pulang."Nona," suara tegas seorang pria membuat Serena mendongakkan kepalanya.Gadis itu melirik mobil mewah yang tadi melewatinya kini terpakir di hadapannya. Rencananya tidak gagal?"Tuan Cooker ingin bertemu dengan Nona," pria berpostur tinggi itu membukakan pintu penumpang untuk Serena.Serena meneguk salivanya dan masuk ke dalam. Duduk di atas kursi yang nyaman.Suasana aneh dirasakan Serena ketika pintu di sebelahnya ditutup.
Di depan Manggis tower, Serena berdiri ragu untuk masuk ke dalam. Sejak kemarin, hatinya bertanya bingung mengapa Tuan Cooker menunjukkan kemurahan hati dengan menawarkan kerja magang di perusahaan miliknya. Gadis itu yakin, tawaran kerja magang itu adalah jebakan dari tuan Cooker. Pria itu pasti ingin menghukumnya karena telah berbohong dengan nama Runa dan soal penyakit.Tapi, mungkin saja tuan Tim Cooker yang masih percaya dengan kebohongannya itu memang sosok yang dermawan dan murah hati."Apakah rumor tentang tuan Cooker yang memiliki yayasan beasiswa khusus untuk anak anak yang bernama Runa itu benar?" gumamnya sembari menatap pintu masuk Manggis Tower sekali lagi. Serena menarik napas dalam dan melangkah dengan tenang menuju meja informasi. Dengan riasannya, tidak ada yang akan mengenalinya sebagai Serena. Dia yakin akan hal itu, karena Eoghan tidak mengenalinya tadi malam.Sebenarnya dia melihat Eoghan di antara tamu Braun. Tetapi pria itu tampak seperti tidak mengenalinya.
"Tuan, saya benar benar minta maaf. Tadi saya hanya bercanda dengan wanita tadi," jelas Serena memelas."Aku tidak akan memaafkan orang yang menjadikan namaku sebagai bahan bercandaan," tegas Eoghan. Wajahnya datar, menatap lurus ke depan. Daniel yang duduk di depan mereka sedang mengemudikan mobil menuju kantor pernikahan Menhanttam dengan tenang.Serena menatap siluet Eoghan dengan bingung, mencoba membaca isi pikiran pria itu. "Apakah Tuan benar-benar akan mendaftarkan pernikahan kita?" tanyanya hati hati.Eoghan menoleh ke arah Serena dan tersenyum miring, "Karena kau mengaku sebagai istriku, bukan kah lebih baik jika aku menjadi suamimu?"Serena dengan cepat menggeleng, "Tidak- tidak! Saya tidak mau menikah dengan tuan," jawabnya bersemangat sembari kedua tangannya menyapu-nyapu udara."Mengapa? Apa kau lebih tertarik menjadi simpanan pria kaya tua seperti Tim?" ledek Eoghan.Serena menatap Eoghan jengah, mengapa pria itu mengira dirinya adalah wanita gold digger. Harga dirinya se
Sejak masih di dalam kandungan, Serena tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Baru berusia satu bulan, dia sudah berada di panti asuhan. Anak yang hidup sebatang kara tanpa memiliki privilege seperti dirinya harus berjuang berkali-kali lipat untuk bisa terus melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa. Dan untuk mendapatkan pekerjaan, dia juga harus berjuang lebih keras.Selama ini, Serena menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk belajar, bekerja, dan mencari uang. Tanpa memiliki kehidupan sosial dan asmara. Sekarang, dia menikah? Dia baru saja melangsungkan pernikahan kilat. Benar-benar gila. Bagaimana bisa dia, yang telah menjalani hidup dengan penuh perjuangan, akhirnya terjebak dalam pernikahan yang bukan atas pilihannya sendiri?Serena menatap tajam tangan kanannya yang telah mengkhianatinya. Tangan itu menandatangani surat menikah karena tidak ingin Eoghan menggugatnya atas pencemaran nama baik. Rasanya seolah dia telah menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak adil, merenggut se
Menyeret Serena ke biro pernikahan Menhanttam adalah di luar rencana Eoghan. Dia terpaksa menunda jadwal kegiatannya karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membuat Serena menjadi istrinya dengan cepat. Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda, dia langsung segera pulang. Tidak sabar untuk mengganggu istri barunya itu.Suasana sangat tenang begitu Eoghan tiba di unit apartmentnya. Dia mendapati Serena tengah tertidur pulas di atas sofa ruang tengah ditemani oleh patung kelinci yang terbuat dari stainless steel. Itu adalah patung yang dibelinya seharga 50jt di pelelangan New York. "Kau selalu membuatku ingin mencari tahu lebih banyak tentangmu," gumam Eoghan seraya mengembalikan patung kelinci miliknya ketempat semula. Saat hendak menggedong istri barunya ke kamar tanpa membangunkannya, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya. Eoghan pergi ke kamarnya, dan meninggalkan Serena di sofa. .***Keesokan paginya Serena yang tidur semalaman di sofa dibangunkan oleh suara
Eoghan tertegun melihat Serena yang berdiri di depan kamarnya. Sesampainya di apartmentnya, Eoghan langsung pergi mandi. Begitu keluar kamar, Serena sudah berdiri dengan cantik di depan kamarnya.Serena mengenakan gaun biru langit yang lembut, terbuat dari kain satin yang ringan dan tergerai lembut. Gaun tersebut memiliki potongan yang sederhana namun anggun, dengan leher bulat dan tanpa lengan. Kulit lengannya yang bening terekspos dengan cantik. Pita sutra kecil yang membingkai pinggangnya, menonjolkan bentuk tubuhnya dengan anggun.Serena merias wajahnya dengan sempurna. Blush on merah muda yang segar di kulit putihnya. Matanya diberi eyeshadow natural, eyeliner tipis dan mascara hitam. Bibirnya dipoles menggoda."Bagaimana?" suara ceria Serena mengagetkan Eoghan."Ternyata kau lumayan bisa diandalkan," puji Eoghan ala kadarnya. 'Lumayan katanya? aku mencoba berias sejak jam dua tadi!'–Teriak batin Serena tidak terima mendapat pujian ala kadarnya.Mengabaikan tatapan mematikan dari
Mengapa dirinya tiba tiba jadi hamil?Caroline dan Hunter menatap serius Serena, mereka menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut kecil Serena.Serena menunduk memberi hormat. "Maaf, saya akan diam saja di pojokkan."Mendengar jawaban absurd Serena, Eoghan memasang senyum di wajahnya dan merangkul bahu Serena. "Kalian membuatnya takut. Aku yang tergila gila kepadanya, menghamilinya dan memaksanya menikah. Jadi jangan menekannya," pinta Eoghan dengan tenang tanpa ngegas.Hunter menghela napas, putra dan istrinya sama sama memiliki sifat keras. Jika sudah berkeinginan sulit untuk digoyahkan. "Baiklah, aku akan menerimanya sebagai bagian dari keluarga Thornton jika dia memberikanku cucu."Tetapi Caroline tetap tidak merubah pendiriannya, "Sayang, Putraku seharusnya menikah dengan wanita terhormat," gerutu Caroline karena suaminya tidak bisa tetap teguh menolak Serena."Serena lulusan NYU, dan dulu bersekolah di SMA Stuybesan," ungkap Eoghan. "Tidakkah itu cukup?" tanyanya kemudian."A