Share

Bab 4

Marwa turun dari ranjang. Mengendap-endap perlahan. Sekali lagi ia menengok ke arah sang suami memastikan jika sudah terlelap. Setelahnya, ia duduk di lantai dan mengambil ponsel yang sudah diamankan sebelumnya di kantong daster.

Dalam kegelapan, Marwa membuka benda persegi panjang itu dan mulai menuliskan tentang cara memulai usaha online, lalu membaca dengan seksama setiap informasi yang ditemukan.

"Kalau sebagai firsthand sepertinya ga mungkin, karena membutuhkan modal lebih besar," gumamnya. "Udah gitu, harus nyetok barang di rumah pastinya," lanjutnya sambil menggeleng.

Sekali lagi ia menelaah dan mencermati keterangan mengenai beberapa cara memulai usaha online.

"Hem, reseller atau dropship, ya?" Wajahnya yang terpancar cahaya ponsel terlihat bingung.

"Ah, sepertinya dropship saja yang tak harus menyetok barang."

Dengan yakin ia memantapkan pilihan. Bukan tanpa sebab. Setelah mempelajari semuanya Marwa memilih yang tidak perlu mengadakan barang di rumahnya.

Saat ini ia hanya ingin tidak diketahui siapa pun perihal rencananya yang ingin membuka usaha online. Jadi, apapun hasilnya nanti dia bisa tenang. Jika gagal tak ada yang mencemooh, dan jika berhasil ia bisa menabung dan mempergunakan untuk masa depannya.

Untuk modal yang sudah ada akan disimpannya sementara sampai nanti dibutuhkan. Marwa pun berniat akan membuka rekening untuk kelancaran usahanya, juga menyimpan uangnya di bank.

Kemudian, satu kalimat ia tuliskan lagi di pencarian. Barang yang laku di jual online. Tiga puluh menit ia menganalisa dan pilihannya jatuh pada menjual makanan. Lanjut tangannya lihai kembali menari di atas layar datar mencari suplier yang murah untuk mengisi toko onlinenya nanti.

Uhuk! Uhuk!

Marwa tersentak mendengar suaminya terbatuk, ia menoleh cepat ke arah ranjang. Memandang dengan takut-takut jika suaminya bangun. Namun, ia bernapas lega ketika terdengar dengkuran halus.

Satu bantal ia ambil dan menaruhnya di lantai. Kini, ia menelungkup berganti posisi karena pegal. Kembali ia menekuri dan mengamati supllier yang menurutnya murah dan memiliki rekam jejak yang baik.

"Alhamdulillah, akhirnya ketemu beberapa."

Marwa melihat jam di ponselnya. Sudah pukul tiga pagi. Tak terasa hampir empat jam ia berkutat dengan handponenya. Matanya perih menatap layar dalam gelap, pun karena menahan kantuk. Sepertinya, petualangan hari ini akan disudahi dulu.

Ia akan membuat toko online besok saja, sekalian mencari tahu tentang aplikasi menulis online. Tubuhnya meminta hak untuk istirahat. Dua jam berikutnya lumayan untuk melepaskan penat sebelum bertempur dengan kesibukan rumah tangga.

Dalam hatinya ia berdoa, semoga segala sesuatunya dipermudah.

"Ya Rabb jika rejeki untukku ada di sana mudahkanlah. Namun, jika bukan berilah petunjuk untuk menjemput segala nikmat-Mu."

*****

"Nanti Mas pulang telat, ya. Ada lembur gantikan teman yang ga masuk," ucap Galih.

Marwa mengangguk dan menatap suaminya yang terlihat lahap dengan masakannya. Tadi, setelah salat subuh, gegas ia membuat sarapan dan bekal. Ayam goreng, tumis kangkung, dan sambal.

"Eh, iya, sampai jam berapa, Mas?

Kemarin, ia paling kesal jika sang suami pulang telat. Meskipun, hanya berakhir menonton televisi tanpa bicara atau ngobrol jika suaminya yang memulai. Setidaknya Marwa merasa aman ada orang di rumah malam hari.

Namun, ini pertama kalinya ia merasa gembira. Kesempatannya untuk menjelajahi perihal usaha onlinenya akan lebih leluasa.

"Jam sembilanan mungkin."

"Oke, Mas."

"Jangan lupa dikunci pintunya kalau lagi di kamar,"

"Siap."

Galih menyudahi sarapannya dan berdiri kemudian bersiap-siap hendak berangkat.

"Hati-hati di jalan, Mas."

"Iya."

Marwa memgantar sampai depan rumah. Melihat sang suami berlalu dan lenyap di persimpangan jalan, ia bergegas masuk. Namun, langkahnya terhenti ketika ada suara yang memanggil.

"Hei, Marwa!"

Tanpa menolehpun ia tahu suara itu, tetapi demi kesopanan ia terpaksa menengok.

"Eh, Ibu."

Terlihat perempuan paruh baya itu berjalan tergesa-gesa.

"Mau kemana, Bu? Kok keliatan buru-buru?"

"Mau kemana lagi kalau arahnya ke rumahmu, masa mau ke pasar."

Marwa menggigit bibir mendapat jawaban ketus dari mertuanya. Ah, bodohnya ia. Kenapa pula berbasa basi dengan orang yang jelas-jelas kurang suka padanya.

"Galih sudah berangkat?"

"Sudah, Bu."

"Syukurlah."

Atik nelewati Marwa masuk ke dalam rumah.

"Hari ini Ibu mau arisan, nanti kamu masakin, ya!"

Marwa yang mengikuti ibu mertuanya dari belakang, menghentikan langkah sejenak dengan wajah tersentak.

"Kok, diam! Ga bisa!"

Atik menoleh ke belakang ketika tak ada sahutan.

"Em, e ... bisa, Bu!" jawab Marwa, antara iya dan tidak sebenarnya.

"Nah, gitu, dong. Daripada di rumah ga ngerjain apa-apa. Kan, mending masak buat arisan."

Marwa ingin membantah ucapan ibu mertuanya, tetapi diurungkan, demi kewarasan. Sebagai perempuan apakah ibu mertuanya lupa, meski tak bekerja di luar, setiap hari seorang ibu rumah tangga justru berkutat dengan pekerjaan yang tak ada habisnya pun dengan waktu tak terbatas. Marwa menggedikkan bahu berusaha tak peduli ucapan Atik. Ia menghela napas pelan, mengingat kegagalan rencananya.

Padahal tadi ia sudah merancang kegiatannya hari ini. Setelah beberes rumah dan mengurus Arum, ia akan membuat toko online dan memasukkan gambar juga mempromosikannya.Sepertinya, ia harus lebih sabar menunggu. Perintah mertuanya tak bisa dibantah.

"Bagus!"

Atik melangkah ke meja makan, kemudian duduk dan mengambil sepotong ayam goreng.

"Nanti kamu belanja ke pasar! Ibu mau bikin sayur capcay, tumis kangkung, ayam bakar, gurame bakar, oreg tempe, bakwan sayur, sambel terasi," jelasnya.

Marwa menelan ludah mendengar permintaan perempuan yang terlihat asik mengunyah. Rencananya hari ini benar-benar akan sangat tertunda.

"Tolong ambilin piring, dong! Ibu mau sarapan!"

Setelah mengambilkan piring, Marwa duduk di hadapan Atik.

"Untuk berapa orang, Bu?"

"Dikit, cuma lima belas orang."

Atik mulai menyendok nasi dan mengambil ayam, tumis kangkung juga sambal. Sangat diakui masakan menantu yang tak diharapkannya itu memang sangat enak. Karena itulah, ia selalu meminta dimasakkan jika ada acara keluarga atapun acara bersama teman.

"Tapi, sih, mereka suka bawa anaknya. Ya hitung ajalah 30 atau 40 orang."

Kedua mata Marwa membulat. Membayangkan berapa waktu yang ia butuhkan untuk memasak semua. Atik yang sedang menikmati sarapan tak melihat perubahan mimik Marwa.

"Oh, ya, ini uangnya?"

Atik meletakkan sendok kemudian mengambil uang di tas selempang yang melekat di tubuhnya kemudian menyerahkan tiga lembar berwarna merah di meja yang membuat bukan hanya mata Marwa yang membulat, mulutnya pun ikut menganga. Terbayang uang belanjanya yang akan ikut melayang untuk menambahi kekurangan.

"300 ribu? Ini ga cukup, Bu. Kan, buat 40 orang."

"Halah, masa ga cukup, sih! Emang kamu kira Ibu ga tahu harga pasar," ucap Atik sewot.

"Kalau gitu Ibu saja yang belanja. Aku tinggal masak," tantang Marwa.

Atik terkesiap mendengar jawaban menantunya. Matanya melotot menatap Marwa yang juga menatapnya.

"Berani kamu nyuruh Ibu?"

"Aku ga nyuruh Ibu. Aku cuma bilang uangnya kurang."

"Mangkir kamu! Kalau gitu namanya apa nyuruh Ibu belanja?"

"Kan, Ibu sendiri yang bilang tahu harga pasar. Kalau memang lebih murah jika Ibu yang belanja, ya Marwa tinggal masak aja."

"Tapi, misalkan Marwa juga yang harus belanja, Ibu harus menambahkan uangnya."

Atik kembali terperanjat, tak habis pikir dengan perubahan sikap perempuan yang menggunakan daster lusuh. Biasanya menantunya akan manut tanpa menuntut apa-apa.

Bahkan, ia tahu betul uangnya yang diberikannya memang kurang, akan tetapi biasanya Marwa tak protes dan menuruti semua keinginannya. Kini, menantunya telah berani menentangnya. Atik tak boleh lemah.

"Halah, udah kamu saja yang belanja. Cukup ga cukup harus cukup!" titah Atik tak mau dibantah.

Marwa menatap ibu mertuanya yang langsung berdiri karena kesal dan berlalu ke wastafel hendak mencuci tangan. Sejenak ia tertegun dengan keputusan yang sang mertua. Namun, seulas senyum terukir di wajahnya kemudian. Sebuah rencana telah tersusun di kepalanya. Ia akan memenuhi permintaan Atik tanpa mengeluarkan uang belanjanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status