Share

Kesatria Agung Mikenai
Kesatria Agung Mikenai
Penulis: Riza Hanazawa

Prolog

            Istana kerajaan sangat megah dengan arsitektur yang indah dihiasi dengan pernak-pernik hiasan yang begitu berkilauan tiada tara. Tiang-tiang penyangga bercorak budaya tradisional Yunani Kuno. Keagungannya bagaikan istana dewa-dewi Olympus sendiri. Menggiring nuansa eksotis, membawa kenyamanan bagi para penghuninya.

            Singgahsana  tinggi dengan bentuk yang sangat indah hanya boleh diduduki oleh sang penguasa negeri. Dia yang mengatur segala kelangsungan pemerintahan kerajaan yang dikuasainya.

Sang raja sedang duduk ditemani oleh beberapa pelayannya, terdapat juga tukang kipas demi tetap menjaga kesegaran sang raja di tengah cuaca yang begitu panas di siang hari. Dengan sinar matahari yang begitu terik, sesekali seorang pelayan dari ujung ruangan datang untuk menawarkan minuman kepada sang raja.

   “Sudah, kau tak perlu lagi mengambilkan aku minuman. Aku tidak akan meminta apa pun dari kalian sebelum dia datang menghadapku, aku sangat menantikan kehadirannya,” titah sang raja.

            Semua penghuni mahligai itu sedikit takjub. Begitu inginnya sang raja menemui seorang rakyat jelata dan memberikan penghormatan yang begitu penuh. Sungguh, dari cara beliau bicara, orang yang akan datang bukan orang sembarangan. Bahkan sang raja enggan menerima segala pelayanan sebelum keinginannya untuk bertemu dengan orang yang dimaksud itu tercapai.

            Beberapa waktu berlalu, seorang pelayan pembawa pesan menghadap sang raja. Dia menundukkan kepala, menahan tubuhnya dengan kaki kiri, kedua tangannya mengepal dan bersatu. Mulailah dia berbicara kepada sang raja.

   “Yang mulia! Boy Knight dan teman-temannya telah berada di depan istana bersama para prajurit kerajaan,” ucapnya.

   “Bagus semuanya berdiri! Sambutlah tamu kita yang terhormat!” tegas sang raja menyebarkan titah. Semua penghuni mahligai bersiap untuk menyambut tamu yang dinantikan sang raja.

Para pemain musik melantunkan suara musik yang indah disertai para penari kerajaan yang mulai unjuk tarian lemah gemulainya yang begitu menawan. Sambutan ini melebihi sambutan kepada raja atau keluarga bangsawan dari negeri lain yang hendak berkunjung ke istana raja negeri ini, negeri Vennisios.

                           ***

            Beberapa prajurit pengawal datang beserta tiga orang pemuda bertopeng dengan senjata yang disarungkan, satu diantara mereka membawa tongkat, di samping kirinya pemuda membawa kedua pedang kembar pada pinggangnya, di samping kirinya lagi membawa satu pedang panjang di punggungnya. Mereka berpakaian sederhana sekali, tak sesuai dengan nuansa yang saat ini mereka singgahi.

Saat menghadap raja pun mereka tak menunduk, lebih tepatnya tidak ingin menunduk. Kemungkinan mereka belum pernah menghadap sang raja. Beberapa pengawal membisiki mereka untuk menunduk seperti yang lain dan mereka mengikuti instruksinya.

            Penguasa negeri begitu gembira melihat mereka bertiga berada di hadapannya. Beliau segera turun dari kursi tahta dan menghampiri ketiga pemuda bertopeng di depannya. Sang raja mengangkat tangan kanan, dengan seketika berbagai alat musik berhenti dimainkan serta para penari menghentikan goyangannya.

   “Selamat datang, tamu istimewaku. Aku senang kalian bisa hadir di tempat ini,” ucap sang Raja.

”Aku ingin berbincang-bincang dengan kalian sebentar, jika kalian keberatan di ruang terbuka, perbincangan kita bisa kita lakukan di ruang tertutup. Hanya ada aku dan kalian bertiga atau hanya anda saja, Boy Knight,” lanjut sang raja sambil berjalan mendekati pemuda yang berada di posisi tengah, dialah Boy Knight. Mendengar hal itu salah satu jenderal mengajukan keberatan.

   “Tuan! Jika Anda lakukan hal demikian, anda bisa celaka. Kita harus mengantisipasi kejadian buruk, anda bisa saja ditikam di saat tanpa perlindungan,” ucap salah satu panglima.

   “Kau benar Panglima yang terhormat, tapi biarlah aku memenuhi keinginan tamu kita ini. Menurutku, mereka lebih layak dihormati daripada aku sendiri,” jawab sang raja. Beberapa prajurit terheran-heran, baru kali ini mereka menyaksikan sang raja begitu merendah kepada manusia rakyat jelata dengan penuh kesadaran.

            Boy Knight menghirup napas panjang dan mulai mengangkat suara.

   “Kita bisa membicarakannya di sini, Yang Mulia! Agar dari kita tak ada yang bisa melakukan pengkhianatan.” tegas Boy Knight. Ajuan pemuda itu sedikit menyulut kemarahan prajurit karena dia seolah menuduh bahwa sang raja bisa saja melakukan kecurangan padahal yang sedang dicurigai adalah Boy Knight itu sendiri.

   “Hoi bocah, kau tak berhak mengatakan hal itu di hadapan raja!” tegas salah satu prajurit.

   “Kau yang tak berhak bersuara, Prajurit!” umpat sang raja kepada bawahannya. Sang prajurit meminta maaf dengan menundukkan kepala.

            Sang raja kembali menghadap ke Boy Knight dan teman-temannya.

   “Boy Knight, dan teman-teman sekalian! Sungguh aku merasa kehadiran kalian adalah hal yang begitu istimewa, aku memanggil kalian ke tempat ini untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Berkat kalian, rakyatku telah terbebas dari teror sekelompok perampok yang memporak-porandakan beberapa akropolis di negara Vennisios ini. Maka dengan ini, aku akan memberikan kalian posisi menjadi prajurit. Tidak, menurutku jenderal kerajaan!” tegas sang raja.

            Semua orang begitu takjub dengan prestasi yang diraih tiga pemuda misterius itu. Boy Knight adalah pemimpin mereka, sebelum menyatakan keputusan ia menoleh ke kanan dan ke kiri meminta pendapat dari kedua temannya, mereka berdua menggelengkan kepala, Boy Knight pun sependapat.

   “Kami menolak!” jawab Boy Knight singkat. Semua orang murka mendengarkan jawabannya, geraman demi geraman terdengar di antara para prajurit.

   “Dasar sombong, kau pikir ada yang lebih besar dari pemberian yang ditawarkan sang raja? Kau memang pemuda keras kepala dan tak mau diberi keberuntungan!” umpat sang jenderal.

            Sang raja mengangkat tangan kanan, memberi isyarat agar tenang. raja masih ingin berbicara dengan Boy Knight.

   “Boy Knight! Apa gerangan yang membuat kalian menolak pemberianku? Banyak prajurit-prajurit di sekeliling kalian menginginkan posisi jenderal sementara kalian menolaknya begitu saja,” ucap sang raja.

  “Kami sudah bertekad untuk menolak segala pemberian dari pemerintah kerajaan jika itu harus menjabat sebagai salah satu darinya." Boy Knight membusungkan badan. "Karena aku hidup sebagai musuh kerajaan, tak sepatasnya aku menerima bagian dari kerajaan demi kepentingan pribadi. Kami punya harga diri yang lebih besar. Singkatnya seperti itu,” tegas Boy Knight. Semua terdiam mendengarkan penjelasannya. Boy Knight mulai berdiri tegak sekalipun di hadapan raja.

“Akan lebih baik jika aku tunjukkan identitasku kepada anda, Yang Mulia. Sebenarnya aku adalah ....” Boy Knight melepas topengnya. Sungguh semuanya takjub dan tak mempercayai apa yang mereka lihat, bahkan untuk sang raja pun.

 “Kau ....” Sang raja sulit mengucapkan kata-kata. Boy Knight adalah seorang pemuda yang begitu tampan. Ketampanannya mengingatkan sang raja kepada suatu tragedi yang sangat kelam. Mengigatkan dosa terbesarnya, kini ia merasa terbelenggu dan tak bisa lari dari kutukan sebagai tebusan perbuatannya di masa lalu.

  Hai, teman-teman! Bagaimana menurut kalian bagian prolog-nya? Pasti seru dan mendebarkan, 'kan? Hehehe ....

   Aku ucapkan terima kasih banyak bagi kalian yang mau mampir dan mendukung ceritaku. Jika kalian ada komentar, kritik dan saran. Aku sangat menghargai itu. Kolom komentar terbuka lebar bagi aspirasi kalian. Semoga hari-hari kalian menyenangkan!

Salam manis: Hanazawa-kun

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status