Seorang ibu menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahun. Dia meletakkannya di pada rumput luas tengah hutan lebat. Mata sang ibu berkaca-kaca, tak kuasa menahan bendungan air mata hingga meneteslah beberapa butir air mata lembut membahasi pipinya. Namun, sang ibu menggeleng ketika anak laki-laki menatap mukanya malahan dia pasang senyum palsu lebar-lebar.
"Itamos, ibu pergi dulu. Ibu akan kembali kok. Jika ada orang yang menemukanmu di sini sebelum ibu kembali, ikuti saja orang itu. Tidak perlu khawatirkan ibu, ibu pasti menyusulmu," ucap sang ibu.
Anak itu menarik pakaian sang ibu ketika ibu tersebut berbalik arah. Perasaan sang ibu kini semakin mengguncang.
"Tapi, aku hanya ingin bersama ibu. Jangan tinggalkan aku!" Ucapan polos dari anak yang
Pertumpahan darah telah berakhir. Para petugas medis berlarian ke sana ke mari memberikan pertolongan kepada para pejuang yang terluka. Diperkirakan tiada yang terenggut nyawanya, jika seandainya ada mereka dianggap meninggal secara terhormat. Dikala Boy Knight melawan Itamos, mereka membuat pernyataan peperangan dengan tanpa saling membunuh. Bahkan sewaktu Itamos melakukan pemberontakan, mereka tiada niat membunuh kecuali jika harus membunuh. Boy Knight mempercayainya, tetapi bagi Boy Knight pribadi sudah menjadi janjinya bahwa ia tidak akan pernah merenggut nyawa meski kebiasaannya merampok harta orang lain. Ia tidak memaksakan prinsip kepada para anggotanya, tetapi senantiasa mengingatkan sebelum bertindak. Itamos terlentang lemas, ia bangkit per
Rigol berjalan dengan napas terengah-engah sambil menggendong Rinara. Langkah kakinya terdengar oleh sekelompok pasukan negara yang sedang berpatroli di tempat evakuasi dari peristiwa kehancuran Akropolis. Satu petugas menancegahnya dengan menodongkan senjata. "Siapa kau? Kenapa kau bisa membawa anak kecil ini?." Rigol menjelaskan bahwa ia menemukan anak kecil ini sedang terluka di tengah hutan dan berniat mengembalikannya kepada orang tuanya. Rigol juga menjelaskan bahwa Rinara adalah seorang anak yang terdampak dari peristiwa kehancuran Akropolis. "Kaupikir aku percaya ceritamu, aku bisa melihat bahwa kau adalah seorang bandit. Tidak mungkin kau mau menyelamatkan anak ini, kau pasti ingin memperalatnya 'kan?" hardik sang petugas.
Hembusan angin mengibarkan dedaunan dan pepohonan rindang di dalam hutan belantara. Seseorang pria setengah baya berbaju tempur memasuki kawasan pepohonan lebat, membawakan aura yang hebat. Hewan-hewan liar menjadi jinak di hadapannya. Ia duduk bersandar pada satu pohon ek rindang, dedaunannya menutupi sinar sang surya di siang hari menyengat. Di tengah nyamannya beristirahat, ia kedatangan seseorang. Membawa senjata tajam yang dihunuskan padanya. Tetapi ia tidak merasakan adanya ancaman sedikitpun meski tajamnya pedang hanya berjarak satu senti dari lehernya. Justru orang yang mengancam tersebut merasa kuwalahan."Kau nampaknya masih mengingat kata-kataku. Aku tidak akan bergeming jika tidak merasakan adanya ancaman," ucap pria tersebut.
Rombongan Boy Knight pergi meninggalkan singgahannya di kampung para Gigant. Mereka menuju ke suatu tempat agar bisa mendapatkan singgahan berikutnya. Boy knight memiliki kebiasaan untuk melawan para pasukan kerajaan yang sedang mengintimidasi suatu pemukiman. Sehingga bila ia dapat melakukannya, ia bisa meraih alih kekuasaan atas kampung tersebut. Entah tujuan seperti apa sebenarnya melakukan hal semacam itu. Kali ini ia menuju ke suatu daerah pemukiman yang konon katanya diintimidasi oleh para pasukan kerajaan. Mereka hadir hanya meminta-minta dan menjamin keamanan. Segala bentuk pembayaran pajak masuk ke kantong mereka sendiri. Beginilah suatu budaya mafia tanah dijalankan oknum aparat negara. Salah satu pasukan berkuda kerajaan menuju pemukiman tersebut. Mereka di
Istana kerajaan sangat megah dengan arsitektur yang indah dihiasi dengan pernak-pernik hiasan yang begitu berkilauan tiada tara. Tiang-tiang penyangga bercorak budaya tradisional Yunani Kuno. Keagungannya bagaikan istana dewa-dewi Olympus sendiri. Menggiring nuansa eksotis, membawa kenyamanan bagi para penghuninya. Singgahsana tinggi dengan bentuk yang sangat indah hanya boleh diduduki oleh sang penguasa negeri. Dia yang mengatur segala kelangsungan pemerintahan kerajaan yang dikuasainya. Sang raja sedang duduk ditemani oleh beberapa pelayannya, terdapat juga tukang kipas demi tetap menjaga kesegaran sang raja di tengah cuaca yang begitu panas di siang hari. Dengan sinar matahari yang begitu terik, sesekali seorang pelayan dari ujung ruangan datang untuk menawarkan minuman kepada sang raja. “S
Malam gelap dipenuhi kabut lebat, menutupi segala pandangan. Angin dingin menyebar menusuk indera peraba. Membangunkan bulu kuduk ‘tuk menari sebagai refleksi terhadap rangsang. Beberapa manusia berkemah dalam hutan belantara. Mereka adalah pelancong dari negeri yang jauh hendak menuju ke negara Vennisios. Merantau demi suatu kebutuhan hdiup. “Apakah kita akan beristirahat di tempat ini? Kita sudah kelelahan berjalan seharian tanpa istirahat,” keluh seorang lelaki. “Tahan dirimu, Kawan! Akan sangat berbahaya jika kau berhenti di sini. Desas-desus mengatakan bahwa di hutan perbatasan kota banyak sekali penarik pajak ilegal yang hanya akan menguras perbekalan kita,” ucap seorang lelaki. “Maksudmu perampok?” tanya balik laki-laki tadi. Laki-laki yang menjawabnya mengangguk. Akan tetapi, mer
Boy Knight berbalik dan mengayunkan pedangnya, hembusan angin menyibak beberapa orang yang di yakini berkomplotan dengan para pemeran titan. “Kalian hanya para pemuja Titan yang ingin menginvasi negeri ini. ‘kan?” teriak Boy Knight. Seseorang maju dengan tangan menyala api, menembakkannya ke arah Boy Knight. Sebelum sampai ke targetnya, kekuatan itu meledak. Vicnight menahannya agar tidak sampai mengenai Boy Knight. Semua mata yang melihat takjub atas peristiwa tersebut. “Kau siapa, Pemuda misterius? Kaupikir kedatanganmu bisa menghentikan kami!” teriak pemeran Kronos, nama aslinya adalah Gisarios. “Aku Boy Knight, seorang perampok. Aku tak suka kalian mengacaukan pertunjukan, itu saja,” jawab Boy Knight. Thinanomakhia. Pertempuran paling kuno yang terlukis pada lembaran sejarah. Meng-hikayat-kan perebutan kerajaan agung Dunia dan Nirwana.
Boy Knight tersenyum, menyapa pria muda kekar berambut pendek dengan mata kebiruan berjalan mendekatinya, dengan menghunuskan pedang di tangan kanannya. Kedatangannya meretakkan setiap tanah yang dia pijak. Boy Knight menodongkan pedang angin di tangan kanannya. “Aku yakin, kau pasti orang yang dipanggil Devil, ‘kan?” seru Boy Knight. “Jadi kau yang menyerang anak buahku kemarin malam,” ucap Devil sinis. Pedang di tangannya adalah pedang yang panjang, menyala dengan aliran listrik bertenaga tinggi. “Matilah kau!” teriaknya menggerakkan tangannya ke arah Boy Knight, petir menyambar dari pedangnya. Boy Knight menahannya dengan kedua pedang, tenaga yang dahsyat itu membuat tubuh Boy Knight terdorong dan sedikit mengalami luka. “Kau hebat, Devil. Kekuatan thelisi(kehendak)-mu setara