Dataran, sungai, perbukitan, hutan, lembah, rawa dan lain sebagainya telah dilalui oleh Boy Knight dan rekan-rekannya. Jarak menuju ke kastil Kegelapan membutuhkan waktu kurang lebih selama satu hari. Sekali-kali, keempat pendekar itu bersua dengan rombongan lain. Menegur sapa di tengah perjalanan mereka.
“Hai, Kalian! Bermainlah bersama kami sebentar!” panggil seseorang dengan pakaian compang-camping, lalu beberapa orang dibelakangnya mengikutinya keluar dari semak-semak belukar. Tak diragukan lagi mereka adalah para perompak jalanan.”Jika ingin nyawa kalian selamat serahkan perbekalan kalian kepada kami!”
Boy Knight dan yang lainnya mulai siaga dan mengatur kuda-kuda untuk siap menyerang.
&
Asap mencekik terus meluas mengurung area gladiator. Para peserta lain tak mampu menahannya. Mereka hanya terunduk kaku, terasa leher dicekik tak bisa melawan. Bahkan beberapa orang sampai melompat ke jurang dengan sukarela demi lepas dari siksaan cekikan asap misterius. Satu pendekar berkepala terang berdiri tanpa takut. Tubuhnya bisa bergerak leluasa seperti biasa. Tangannya mengepal dan siap menyerang. Sang prajurit Athena yang mengendalikan asap tersebut terbelalak menyaksikannya.“Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini,” ucap pria berkepala terang alias gundul, siapa lagi kalau bukan Zanagos.”Matilah kau prajurit Athena!” gerakannya beg
Tangan kanan mengangkat pedang, muncul energi petir menyala. Saxomenes ayunkan senjata mautnya. Energi listrik besar itu menyambar ke arah target dengan telak. Namun, target masih bisa berdiri tegak. “Kau hebat buronan. Tapi setiap seranganmu akan menjadi senjataku,” ucap pria yang menjadi target tersebut. Pria itu memukulkan tangan kirinya muncul energi listrik dahsyat meluncur ke arah target. Saxomenes pun menerima serangan itu dengan pedangnya. Anehnya serangan itu merambat dari pedang menuju ke tubuhnya. “Ini benar-benar menyenangkan,” ucapnya. Tubuhnya teraliri energi listrik yang baru saja menyambarnya. Di tambah dia kombinasikan dengan kekuatannya sendiri, energi petir menyelimuti seluruh tubuhnya. Tanah pun retak pada pijakan kedua kakinya meski tanpa dia pancal.
Semua pendekar berkumpul di ruangan selanjutnya, mereka berada di sebuah ruangan dengan meja makan yang terbilang mewah pada zaman itu. Kue ambrosia, keju feta, aneka buah dan nektar serta minuman anggur dan air mineral yang segar. Vichnight menganjurkan untuk tidak meminum anggur karena sedang dalam medan perang, Boy Knight dan Saxomenes menyetujuinya. “Para pendekar hebat, seusai makan. Kalian akan mendapatkan undian untuk kompetisi selanjutnya, perhatikanlah dengan baik piring tempat kalian makan tersebut!” Seusai makan mereka semua melihat telapak piring masing-masing. Mereka menemukan undian yakni berupa ikon yang berbeda-beda. Ada dua orang dari mereka mendapatkan gambar yang sama yakni s
Kegelapan menyelimuti ruangan. Boy Knight dalam keadaan babak belur menerima serangan dari anjing Kerberos yang amat ganas. Dia perhatikan setiap sisi ruangan tak ada gunanya, hanya indera pendengar dan perabanya yang bisa difungsikan. Dia layangkan tubuhnya ke arah kanan yang diyakini keberadaan Kerberos. Namun, tidak terlihat wujudnya. Tiba-tiba dari atas keluar tembakan energi kegelapan, untung dia bisa menangkisnya dengan sabetan pedang di tangan kanan, energi itu pun meledak. Spontan dia rasakan cakaran dipunggungnya, ternyata Kerberos menyerangnya dengan cara mengalihkan perhatian. Punggung Boy Knight mengucurkan darah segar. Bola kegelapan tak memberinya kesempatan beristirahat demi melepaskan rasa perih atas lukanya. Sebagai pendekar tangguh, Boy Knight pun dapat mengatasi rasa sakitnya mes
Kedua wanita dengan kekuatan Mahadahsyat saling beradu di ruangan benteng. Miss. Shadow dengan kekuatan kegelapannya melawan Rifailos dengan tombak yang dia sebut sebagai senjata suci Kentaur. Rifailos memiliki insting bertarung yang begitu unggul, menghindari dan menangkis setiap serangan Miss. Shadow dengan tepat. Rifailos menyerangnya, meghujamkan tombak ke arah tubuh Miss. Shadow tapi selalu dihalangi oleh energi kegelapan yang menjadi perisai baginya. Namun, kali ini pertahanan perisai itu pun mulai hancur. Rifailos dengan cepat menghujamkan tombaknya, Miss. Shadow menangkisnya dengan tangan kanannya. Alhasil, tangan kanannya pun tergores, mengucurkan darah dengan deras. Wanita Kentaur itu tak memberi belas kasihan, dia menyeran
Sebelum terjun ke medan perang, seorang panglima perkasa membuatkan makanan spesial untuk putri tercintanya. Ia tinggal bersama putri tersebut sendirian karena istrinya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Panglima Hegemonia adalah seorang panglima kerajaan Athena yang tinggal di negeri Bornuza, ia bekerja menjaga sebuah pangkalan militer kerajaan Athena di negara Bornuza. Putrinya bernama Elanza. Gadis belia yang berumur sekitar 10 tahun itu adalah anak yang berbakat dalam bertempur dan mempunyai fisik yang kuat, dia memasuki akademi pendekar Akrisios dan termasuk dari deretan murid yang unggul. Thelisi-nya adalah ber-transformasi menjadi anji
Ketiga pendekar yang lolos dari kompetisi sebelumnya berkumpul di sebuah ruangan terbuka kastil Kegelapan. Awan begitu gelap pekat. Angin berhembus kencang serta suara guntur menggelegar ke sana ke mari. Ketiga pendekar tangguh itu adalah Boy Knight, Saxomenes dan Miss. Shadow. Boy Knight mendekati Saxomenes. Saxomenes pun menunduk menyambut pemuda yang ada di hadapannya, ia merasa bersalah karena melukai tangan kanannya. “Jadi kau mengalahkan Vichnight?” tanya Boy Knight. “Iya, seperti itulah.” Mendengar jawaban itu seutas senyum terbentuk dari wajah Boy Knight, ia tepuk punggung Saxomenes.
Gelap memenuhi seluruh area kastil. Pendekar dengan kedua pedang dipinggangnya menyusuri jalan menuju ke tempat sebelum ke panggung pertempuran terakhir. Langkah kakinya begitu cepat terburu-buru seolah dikejar oleh waktu yang semakin mendesak. Pendekar itu berhenti saat ia sampai di tempat sebelumnya yakni tempat pertarungan melawan sang Kerberos. Pendekar itu pun duduk berlutut sedangkan di hadapannya seorang gadis belia terlentang lemas tak bergerak sama sekali. Boy Knight menggerak-gerakkan tubuh gadis itu untuk membangunkannya. "Elanza! Elanza! Bangunlah,” seru Boy Knight, ”aku tahu cara menyelamatkan orang yang kaumaksud. Hey, bangunlah! Buka matamu, Elanza!” seruannya tidak direspon. Elanza tetap menutup matanya ra