Wahai Dewa sungai, hamba mengadap kepadamu
Belas kasihanilah hamba, berikanlah manfaat dari air sungai ini atas izin Raja samudera Poseidon
Sampaikan karunia-Mu kepada para Nymph Dryad penghuni sungai Criptos.
Bersihkanlah penghapusan pada setiap kecacatan, dosa dan luka
Dengan kelembutan kasih sayang Para Dewa
Ia mendekati Saxomenes. Menyentuh tubuhnya yang terkena luka.
“Ini akan menimbulkan sedikit rasa sakit tahanlah!” kata Vichnight kepadanya, Saxomenes mengangguk.
”Terapheftiko nero!(air penyembuh)” seru Vichnight. Saxomenes menggerakkan tubuh dan menahan rasa sakit akibat efek dari sentuhan air yang ada pada tangan Vichnight merambat, mengaliri seluruh tubuh guna menyembuhkan luka yang dia derita. Nafasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang baru saja dialaminya.
Saxomenes mengatur nafas, memejamkan mata sejenak. Dia gerakkan dengan pelan setiap tubuhnya, luka yang dia derita sembuh total.
“Terima kasih, Vichnight,” ungkap Saxomenes menyampaikan rasa terima kasih. Dia alihkan pandangan ke arah Boy Knight yang sibuk sendiri, menghitung sesuatu semacam logam mulia. Tidak salah lagi itu adalah alat tukar yang disebut sebagai uang di zaman kuno.
“Ngomong-ngomong, kalian berdua ini siapa?” tanya Saxomenes masih penasaran. Boy knight mendengarkan pertanyaannya, spontan dia balikkan kepalanya.
“Seorang perampok,” jawabnya. Saxomenes memasang raut muka heran seolah tak mempercayai ucapannya. “Lihat ini, harta ini aku dapatkan saat di balai kota tadi. Aku merampok penduduk lokal yang sedang menonton pertunjukan drama panggung.”
Melihat hal itu Saxomenes sedikit mempercayai ucapan Boy Knight. Tapi masih banyak yang ingin dia ketahui dari kedua rekannya lebih dari sekedar perampok saja. Jawaban itu tidak membuatnya puas, keingintahuannya bahkan semakin haus dilanda rasa penasaran.
Ketika Saxomenes serius menghadapi Gisarios di balai kota. Boy Knight mendekati kerumunan penduduk lokal yang sedang berlindung. Tanpa basa basi, ia hunuskan pedangnya.
"Serahkan harta kalian, ini perampokan!” ancam Boy Knight. Beberapa orang tanpa berfikir panjang langsung memberikan seluruh harta yang mereka bawa sampai memenuhi kantong yang dibawa Boy Knight.”Hei, kalian kebanyakan!” peringatnya.
Alexis mendekatinya dan memberikan sekantong koin emas yang begitu banyak dan menggiurkan. “Ini seluruh hartaku terimalah, Boy Knight!” Boy Knight menerimanya.
“Kau begitu kaya, ya.” Boy Knight mengambil sebagian hartanya.”Bagikan ini kepada orang-orang lainnya!” suruhnya. Alexis pun menyetujuinya.
“Terima kasih, Pahlawan!” ucap beberapa rakyat.
“Aku bukan pahlawan, aku perampok,” teriaknya, ”dengar ya! Jika ada pasukan kerajaan merazia tempat ini. Katakan kepada mereka kalau kalian sedang dirampok. Lakukan seolah kalian menderita!” Kata-kata tersebut mendapatkan respon baik dan para penduduk siap untuk melakukannya.
Kengerian datang memecah kesunyian. Boy Knight dan lainnya berdiri, mengambil posisi untuk bersiaga. Para rombongan militer mengepung mereka dengan baju zirah berkuda lengkap dengan senjata yang terhunus. Boy Knight angkat tangan, begitu juga dengan Vichnight. Saxomenes yang awalnya tidak tahu tingkah laku mereka berdua pada akhirnya megikuti juga.
Salah seorang turun dari kuda dengan menggenggam palu ditangan kanannya, mengarahkannya kepada Boy Knight. Alih-alih memberikan intimidasi dan ancaman kepada Boy Knight. Dibalik topeng, Boy Knight seolah tak merasa ketakunan sama sekali terlihat dari kedua bola matanya yang menatap lurus pria di hadapannya.
“Serahkan dirimu, atau hancurlah!” gertaknya. Pria itu tak lain adalah panglima negeri Vennisios batalyon area selatan yang sedang merazia balai kota kemarin namanya adalah Himokletos.”Aku tak akan segan untuk menghancurkan tubuhmu dengan paluku ini, Perampok!” Himokletos melihat ke arah Saxomenes, ia tahu kalau Saxomenes adalah buronan kerajaan juga.
Himokletos terkekeh.”Keberuntungan ada di pihakku, sang Dewa sedang berbelas kasih. Aku akan membawa para komplotan perampok buronan mahal secara langsung tanpa susah payah mencari ke seluruh penjuru negeri.” Ucapannya membuat Saxomenes naik pitam.
Boy Knight menghela nafas. Kedua mulutnya mengajukan sepatah dua patah kata, “Kalau begitu, lawan kami!” Himokletos mendecih. Segera dia mengayunkan palunya. Boy Knight memutar pinggang kirinya tempat salah satu pedangnya disarungkan untuk menahan hantaman palu Himokletos. Hantaman cukup kuat sampai tubuh Boy Knight melayang bagai kapas dan mendarat dengan tubuh menyeret rumput ilalang.
Tubuhnya terlentang lemas, Himokletos maju dan memberikan serangan tabahan. Boy Knight mengarahkan kedua pedangnya untuk bertahan. Satu hantaman membuat tanah retak, Himokletos tak puas dan melakukannya sebanyak tiga kali. Boy Knight tak kuasa menahannya hingga matanya berkunang-kunang, menutup secara perlahan-lahan.
“Boy Knight!” panggil Saxomenes. Ia berlari ke arah Boy Knight, sayangnya dihalau oleh salah satu pasukan yang menghalaninya. Saxomenes bersiap dengan pedang yang menyala dengan airan listrik. Menyabetnya dengan sekali serangan, sambaran petir menggelegar menyertainya.
“Astrapi!(Petir)” Sambaran petir menggelegar. Musuhnya jatuh tak sadarkan diri seketika.
“Kau terburu-buru, Saxomenes!” seru Boy Knight yang berdiri di hadapannya.
Himokletos yang melihatnya begitu terkejut, segera dia membalikkan tubuhnya dan dilihatnya tanah retak yang hampa. Saxomenes memukul Boy Knight untuk melepaskan rasa jengkelnya.
“Dasar bodoh! Kau membuatku khawatir,” kata Saxomenes.
“Maaf soal itu, Devil!” ucapnya singkat, Boy Knight menggerakkan kepalanya, terdengar suara rentekan sendi yang begitu keras.”Tulangku patah dibuatnya.”
Vichnight mendatangi mereka berdua. Menancapkan tongkatnya dengan kuat sampai berdiri tegak bagai pasak. Vichnight berkata,”Pantas saja mereka semua kesakitan, tak kusangka benda ini bisa melukai orang.” Dilihatnya banyak jasad manusia berzirah jatuh bergelimpangan, di tempat Vichnight berpijak sebelumnya.
Ternyata ia mengalahkan semua pasukan dalam sekejap tanpa disadari seorang pun. Saxomenes berfikir kalau kedua temannya bukan orang sembarangan.
"Bukan senjatanya tapi kau yang melukai mereka, Pendeta,” kesal Boy Knight.
Himokletos marah besar. Dia mengeluarkan teriakan bagaikan monster, Boy Knight bersiaga menghadapinya. Mengisyaratkan teman-temannya untuk mundur dengan tangan kanan. Kedua temannya pun menyetujuinya. Boy Knight maju dan menghunuskan kedua pedangnya.
Himokletos mengayunkan palunya. Kedua senjata mereka berbenturan. Menimbulkan udara yang begitu kencang. Setelah itu keduanya mundur. Himokletos bersianga mengumpulkan tenaga yang begitu kuat.
“Thymomenos Kiklops!(Amarah Cyclop)” teriak Himokletos. Himokletos melompat, menghujamkan palunya tepat dari atas Boy Knight. Suara hantaman yang begitu mengerikan, menciptakan debu tebal menutup segala pandangan.
“Ohok!” suara batuk Boy Knight memuntahkan darah. Boy Knight berusaha berdiri. Terlihat pedang di tangan kanannya mengeluarkan udara yang berputar-putar mengelilinginya.
“Sial, kuat sekali. Bahkan jurus perisai angin bisa ditembusnya,” kesal Boy Knight. Himoklitos bersiap menciptakan serangan lanjut. Tapi Boy Knight menghunuskan pedang di tangan kirinya dengan nyala api yang sangat membara. Kedua petarung itu tak ada yang merasakan ketakutan.
“Sekali kau menghadapi hantaman palu ini, tulangmu akan hancur,” ancam Himokletos.
“Menarik sekali, sebelum itu aku juga ingin memperingatkan. Berhati-hatilah karena kau akan terbakar dan menerima luka sayatan yang mengerikan,” gertak Boy Knight yang tak mau kalah.
Keduanya maju melancarkan serangan, kedua senjata itu berbenturan, lalu melepasnya. Kemudian mereka melancarkan serangan lagi dan lagi. Serangan mereka sama-sama dahsyatnya. Hingga pada akhirnya, Boy Knight mengayunkan pedang apinya, melukai tubuh Himokletos sementara palu Himokletos menghantam pundak kanan Boy Knight.
Sesaat mereka berdua berhenti, Himokletos duduk bertekuk lutut. Ternyata serangan Boy Knight lebih cepat dan merambat ke lengan kiri Himokletos. Membuat otot pada tangan Himokletos yang menggenggam palunya kesakitan dan terbakar sehingga serangan yang menghantam pundak kanan Boy Knight melemah. Tapi sebaliknya, Boy Knight melepaskan serangannya dengan sekuat tenaga.
Nafas Himokletos tak beraturan. Boy Knight yang berada di hadapannya bagaikan harimau yang siap memangsa seekor rusa tak berdaya. Segera Boy Knight mengangkat tangan kanannya dan memberikan sabetan terakhir. Himokletos jatuh tersungkus bersimbah darah.
“Akhirnya selesai juga,” ucap Boy Knight lega. Pedang di tangan kanannya terjatuh. Sementara tangannya lemah tak berkuasa.”Aku butuh tukang medis!”
Vichnight mendekatinya. Memegang lengan kanan Boy Knight lalu menggerakkannya, suara retakan begitu keras. Boy Knight mengerang kesakitan. Setelah itu ia gerakkan tangan kanannya, dan merasa lebih baik. Ia ambil pedang miliknya yang terjatuh seusai petempuran lalu menyarungkannya.
“Kita dapat kendaraan baru.” Boy Knight menunjuk ke suatu arah. Kedua rekannya mengalihkan pandangan dan dilihatnya beberapa kuda dari para pasukan kerajaan. Boy Knight mendekati Himokletos. Memberi peringatan,
“Kami adalah perampok. Jadi jangan merengek kalau kami mengambil harta kalian!”
Himokletos mengumpat, “Perampok laknat! Tunggu sampai para pendekar kerajaan memenggal kepala kalian, aku yakin hidup kalian tidak lama lagi. Karena tiga akademi pendekar negeri melahirkan para pendekar baru yang tak terkalahkan.”
“Menarik. Kutunggu para pendekar yang lebih kuat lagi untuk memburuku. Aku selalu siap untuk menyambut mereka,” ucap Boy Knight dengan santai dan tersenyum lebar dibalik topengnya.
Mereka bertiga menjarah beberapa bekal dan harta para pasukan kerajaan. Membawa dua kuda kerajaan. Satu untuk Saxomenes yang satunya untuk Vichnight dan Boy Knight menumpang dibelakangnya, karena tangannya masih terasa patah. Perjalanan mereka berlanjut menuju ke negara Bornuza.
Bersambung
Ternyata kekuatan para kesatria kerajaan sungguh mengerikan, semangat mereka untuk memburu Boy Knight begitu menggebu-gebu. Akankah Boy Knight bisa tertangkap suatu saat nanti? Mampukah ia bertahan melawan gempuran pasukan kerajaan yang datang silih berganti? Stay reading!
Semoga hari-hari kalian menyenangkan!
Salam manis: Hanazawa-kun
Tanah Yunani disebut sebagai tanah para Dewa. Konon diceritakan, para penduduk Yunani kuno pernah hidup berdampingan dengan para Dewa-dewi, mereka saling menjawab pesan satu sama lain melalui orang-orang tertentu yang disebut sebagai para orakel, dukun di zaman Yunani Kuno. Dewa dan Dewi selalu muncul disaat manusia melakukan kelalaian menyembah kepada mereka, demi memberikan hukuman yang setimpal. Suatu masa, ktika tatanan kehidupan di Yunani sudah mulai teratur, para Dewa kehilangan perannya untuk ikut andil dalam mengatur kehidupan manusia. Manusia memilih untuk hidup dan berjuang dengan kemampuannya sendiri. Pada saat itu, para Dewa dan Dewi telah menyadari bahwa selama ini mereka tidak berhak berkuasa atas manusia itu sendiri. Hidup
Langkah kaki Boy Knight dan teman-temannya memasuki gerbang utara negara Bornuza, kota Lobos. Beberapa penjaga gapura mempersilahkan mereka bertiga lewat. Lalu lalang warga kota melihatnya dan saling berbisik satu sama lain, seolah melihat sesorang yang pernah dikenalnya. Saxomenes sedikit terganggu oleh bisikan-bisikan mereka yang terdengar sedang menggunjing kedatangan mereka. “Kau yakin orang-orang di sini ramah?” tanya Saxomenes kepada Boy Knight dengan sedikit melampiaskan rasa tidak nyaman. Boy Knight hanya mengangguk, mengisyaratkan agar tidak melakukan tindakan apapun. Seorang lelaki kepala berkilau alias gundul, memiliki tubuh yang begitu kekar berotot menghadangnya. ”Mau ke mana kau perampok sialan!” gertaknya, membunyingan send
Dataran, sungai, perbukitan, hutan, lembah, rawa dan lain sebagainya telah dilalui oleh Boy Knight dan rekan-rekannya. Jarak menuju ke kastil Kegelapan membutuhkan waktu kurang lebih selama satu hari. Sekali-kali, keempat pendekar itu bersua dengan rombongan lain. Menegur sapa di tengah perjalanan mereka. “Hai, Kalian! Bermainlah bersama kami sebentar!” panggil seseorang dengan pakaian compang-camping, lalu beberapa orang dibelakangnya mengikutinya keluar dari semak-semak belukar. Tak diragukan lagi mereka adalah para perompak jalanan.”Jika ingin nyawa kalian selamat serahkan perbekalan kalian kepada kami!” Boy Knight dan yang lainnya mulai siaga dan mengatur kuda-kuda untuk siap menyerang. &
Asap mencekik terus meluas mengurung area gladiator. Para peserta lain tak mampu menahannya. Mereka hanya terunduk kaku, terasa leher dicekik tak bisa melawan. Bahkan beberapa orang sampai melompat ke jurang dengan sukarela demi lepas dari siksaan cekikan asap misterius. Satu pendekar berkepala terang berdiri tanpa takut. Tubuhnya bisa bergerak leluasa seperti biasa. Tangannya mengepal dan siap menyerang. Sang prajurit Athena yang mengendalikan asap tersebut terbelalak menyaksikannya.“Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini,” ucap pria berkepala terang alias gundul, siapa lagi kalau bukan Zanagos.”Matilah kau prajurit Athena!” gerakannya beg
Tangan kanan mengangkat pedang, muncul energi petir menyala. Saxomenes ayunkan senjata mautnya. Energi listrik besar itu menyambar ke arah target dengan telak. Namun, target masih bisa berdiri tegak. “Kau hebat buronan. Tapi setiap seranganmu akan menjadi senjataku,” ucap pria yang menjadi target tersebut. Pria itu memukulkan tangan kirinya muncul energi listrik dahsyat meluncur ke arah target. Saxomenes pun menerima serangan itu dengan pedangnya. Anehnya serangan itu merambat dari pedang menuju ke tubuhnya. “Ini benar-benar menyenangkan,” ucapnya. Tubuhnya teraliri energi listrik yang baru saja menyambarnya. Di tambah dia kombinasikan dengan kekuatannya sendiri, energi petir menyelimuti seluruh tubuhnya. Tanah pun retak pada pijakan kedua kakinya meski tanpa dia pancal.
Semua pendekar berkumpul di ruangan selanjutnya, mereka berada di sebuah ruangan dengan meja makan yang terbilang mewah pada zaman itu. Kue ambrosia, keju feta, aneka buah dan nektar serta minuman anggur dan air mineral yang segar. Vichnight menganjurkan untuk tidak meminum anggur karena sedang dalam medan perang, Boy Knight dan Saxomenes menyetujuinya. “Para pendekar hebat, seusai makan. Kalian akan mendapatkan undian untuk kompetisi selanjutnya, perhatikanlah dengan baik piring tempat kalian makan tersebut!” Seusai makan mereka semua melihat telapak piring masing-masing. Mereka menemukan undian yakni berupa ikon yang berbeda-beda. Ada dua orang dari mereka mendapatkan gambar yang sama yakni s
Kegelapan menyelimuti ruangan. Boy Knight dalam keadaan babak belur menerima serangan dari anjing Kerberos yang amat ganas. Dia perhatikan setiap sisi ruangan tak ada gunanya, hanya indera pendengar dan perabanya yang bisa difungsikan. Dia layangkan tubuhnya ke arah kanan yang diyakini keberadaan Kerberos. Namun, tidak terlihat wujudnya. Tiba-tiba dari atas keluar tembakan energi kegelapan, untung dia bisa menangkisnya dengan sabetan pedang di tangan kanan, energi itu pun meledak. Spontan dia rasakan cakaran dipunggungnya, ternyata Kerberos menyerangnya dengan cara mengalihkan perhatian. Punggung Boy Knight mengucurkan darah segar. Bola kegelapan tak memberinya kesempatan beristirahat demi melepaskan rasa perih atas lukanya. Sebagai pendekar tangguh, Boy Knight pun dapat mengatasi rasa sakitnya mes
Kedua wanita dengan kekuatan Mahadahsyat saling beradu di ruangan benteng. Miss. Shadow dengan kekuatan kegelapannya melawan Rifailos dengan tombak yang dia sebut sebagai senjata suci Kentaur. Rifailos memiliki insting bertarung yang begitu unggul, menghindari dan menangkis setiap serangan Miss. Shadow dengan tepat. Rifailos menyerangnya, meghujamkan tombak ke arah tubuh Miss. Shadow tapi selalu dihalangi oleh energi kegelapan yang menjadi perisai baginya. Namun, kali ini pertahanan perisai itu pun mulai hancur. Rifailos dengan cepat menghujamkan tombaknya, Miss. Shadow menangkisnya dengan tangan kanannya. Alhasil, tangan kanannya pun tergores, mengucurkan darah dengan deras. Wanita Kentaur itu tak memberi belas kasihan, dia menyeran