Share

Bab 2. Mengakhiri Hubungan

"A-apa yang terjadi? Kenapa aku seperti ini? A-aku ada di mana?" tanya Ivana gelagapan, manakala ia melihat-lihat ke setiap sudut kamar mewah yang asing ini. 

"Tunggu... Kenapa juga tubuhku terasa sangat sakit dan pegal? Terutama pada bagian...." Ivana tidak melanjutkan kata-katanya, sebab atensi dan fokusnya kini tertuju kepada miliknya yang terasa sakit seperti habis dirobek paksa.

"Siapa yang sudah melecehkanku?" gumam Ivana gelisah. Wanita itu memejamkan matanya, sembari berusaha untuk mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.

Ketika sedang mencoba mengingat apa yang terjadi kepadanya, potongan-potongan ingatan seperti film yang diputar secara acak muncul di ingatannya.

Ivana mengingat kejadian di mana ia memergoki sang calon suami bercumbu dengan adik tirinya sendiri di dalam apartemen miliknya. Kemudian, Ivana pergi ke sebuah tempat hiburan malam untuk melampiaskan kesedihannya.

Saat ia sedang asyik minum-minum seorang diri, tiba-tiba saja, seorang pria datang menghampirinya. Namun setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi.  

"Ingatan sialan! Setidaknya aku harus tahu siapa pria yang sudah melecehkanku!"

Ivana mendengus kesal, karena tidak bisa mengingat wajah pria yang sudah menodainya. Mungkin memang di lingkungannya, berhubungan suami istri sebelum menikah itu adalah hal yang lumrah. Akan tetapi, bagi Ivana hal ini sangat penting untuknya, karena ia hanya ingin mempersembahkan kesuciannya untuk suami masa depannya. Namun, ia malah menyerahkan kesucian itu untuk sembarang orang.

 "Ayolah Ivana, setidaknya kau harus mengingat wajahnya!"

Wanita itu terus memaksakan dirinya untuk mengingat siapa pria pertamanya itu, tapi tetap saja dia tidak menemukan apa pun.

Menyerah, akhirnya Ivana memutuskan untuk segera membersihkan tubuhnya saja, daripada dia memikirkan siapa pria semalam. Saat ia baru saja bangkit dari tempat tidur, tanpa sengaja Ivana melihat secarik kertas kecil di atas nakas di samping tempat tidurnya yang bertuliskan sesuatu, 

[Aku sudah siapkan pakaian dan makanan untukmu. Jika makanannya sudah dingin, kau bisa memesan makanannya lagi dengan uangnya]. 

Ivana melihat ada beberapa lembaran uang ratusan dollar di atas nakas, juga ada sepotong sandwich plus segelas susu. Ia sudah dapat menebak dari siapa uang tersebut. Pastilah dari pria yang semalam sudah merenggut mahkotanya.

[Temui aku di rumahku, ketika keadaanmu sudah baikan. Kita harus bicara].

"Hah? Dia bicara seolah-olah dia sudah mengenalku saja. Aku saja tidak tahu siapa dia, bagaimana bisa aku tahu di mana rumahnya?" gumam Ivana bertanya-tanya dengan bingung.

Namun, setelah ia menganalisis note terakhir dari pria itu, Ivana yakin kalau orang yang menjadi pasangan cinta satu malamnya, adalah orang yang dikenal oleh Ivana.

Usai membersihkan tubuhnya dan memakai pakaian yang sudah disiapkan di sana. Ivana keluar dari kamar hotel yang ternyata dipesan atas namanya itu. Padahal Ivana berharap kalau yang memesan kamar hotel adalah pria yang semalam bersamanya. Namun, pria itu malah menggunakan namanya untuk memesan kamar. Alhasil, Ivana masih belum mengetahui identitas pria semalam.

Dalam keadaan sakit dan pegal-pegal, Ivana pulang ke rumahnya. Di sana, ia melihat adik tirinya, Julia dan juga calon suaminya, Rick sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Apa kalian duduk bersampingan seperti ini untuk memamerkan hubungan kalian berdua?" sindir Ivana seraya menatap keduanya dengan sinis. 

Matanya berkilat marah melihat dua orang di hadapannya ini. Merekalah yang membuat Ivana pulang ke rumah ayahnya, karena tidak sudi kembali ke apartemen tempat pasangan tersebut berselingkuh semalam.

Julia mendekati Ivana, bahkan mengengggam tangan kakaknya itu dan berkata, "Kakak, kejadian semalam tidak seperti yang kau pikirkan. Aku dan Kak Rick, kami melakukannya karena khilaf!"

"Iya Sayang, aku sedang mabuk dan semalam aku pikir Julia adalah dirimu. Maafkan aku Sayang," ucap Rick memohon maaf kepada calon istrinya itu.

Ivana memutar bola matanya, ia merasa jengah dengan setiap kata-kata yang keluar dari bibir Rick dan Julia. "Kalian memang sangat cocok, aku restui kalian berdua. Kalian jangan khawatir, aku juga sudah tidak berminat dengan pernikahan ini."

Wajah Rick berubah menjadi panik. Lantas, lelaki itu pun menggenggam tangan Ivana dengan erat. Wanita itu berusaha menepisnya, tapi Rick malah mempererat genggaman tangannya.

"Sayang, jangan bicara begitu. Maafkan aku, Sayang, semalam kami benar-benar khilaf."

"Khilaf?” Sudut bibir Ivana naik sebelah. “Khilaf macam apa yang terjadi berkali-kali?" Ivana menatap sinis pada Julia dan Rick.

"A-apa maksudmu Sayang?” Ekspresi pria itu seakan kaget dengan kalimat yang dilontarkan Ivana. “Aku dan Julia hanya melakukannya sekali, tadi malam saja.”

Tanpa bicara sepatah kata pun, Ivana mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menunjukkan video, juga foto-foto mesra Julia dan Rick, lengkap dengan tanggal di mana foto dan video itu diambil. Sehingga kedua orang itu terlihat panik, karena belang mereka sudah terbongkar di depan Ivana.

“Apa kalian masih bisa berdalih?” 

Rick panik, kemudian dia pun berkata dengan tergagap, "Sa-sayang, dengarkan dulu penjelasanku. Ini tidak seperti yang kau—"

Ivana mengangkat tangannya, memberikan kode agar pria itu diam saja. Hal itu membuat Rick yang akan memberikan penjelasan menjadi terdiam. Kemudian, Rick melihat Ivana melepaskan cincin yang tersemat di jarinya. Napasnya memburu dan Rick juga terlihat ketakutan.

“Selamat karena telah membuat hubungan kita berakhir, Rick."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Semoga papah Rick duda biar bisa bertanggung jawab kepada Ivana
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
good Ivana jangan jadi bodoh hanya karena lelaki bajingan
goodnovel comment avatar
Nani Inayati
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status